Sebenarnya mereka ini benar pasangan suami istri atau tidak sih? lagi bulan madu lohh ini kenapa malah diam-diaman seakan saling tak kenal sudah gitu jaga jarak lagi, tidak mencerminkan pasangan suami istri sama sekali. Harusnya kan mereka itu lagi hot-hotnya karena pengantin baru.
Pasangan suami istri yang baru sah kemarin itu sudah sampai di hotel tempat yang akan 5 hari ini tempati, tidur dan mandi.Seperti katanya di atas mereka saling menjaga jarak,, Dena duduk di atas ranjang sedangkan Deva sendiri berada di sofa tengah sibuk dengan ponselnya.Mereka sudah tiba di hotel 1 jam yang lalu tapi posisinya masih tetap seperti itu,, seperti awal memasuki hotel.Dari wajahnya Dena terlihat sudah jengah sekali hanya duduk diam seperti ini,, kalian tau kan bahwa Dena itu pecicilan jadi tak betah lama-lama diam seperti ini, diam di satu tempat.Pemandangan dari hotelnya memang cantik sekali view laut gitu tapi ya gak terus di kamar doang don"Mas Deva kemana sih istri ngambek bukannya dibujuk malah ditinggal gini?" sudah hampir satu jam Dena menunggu suaminya yang tak kunjung kembali.Dia sudah sangat bete, hatinya dongkol, kesel pokoknya terhadap suaminya itu.Tok Tok Tok."Siapa itu yang datang perasaan dirinya tak pesan layanan hotel?" Dena hanya diam menatap takut pintu yang masih terdengar ketukan dari luar."Ishh mana Mas Deva belum kembali lagi gimana kalau tiba-tiba ia buka terus ternyata orang jahat?" segala kemungkinan kejahatan bisa terjadi dimanapun dan kapanpun jadi kita harus selalu waspada, benarkan?Tok Tok Tok.Ketukan pintu kembali terdengar membuat Dena bergetar ketakutan, keringat sebesar biji jagung ikut timbul di keningnya."Mas Deva lama banget sih gak tau apa dirinya tengah ketakutan di sini" "Apa aku telfon saja ya?" kenapa dia tak kepikiran dari tadi ya? ishh saking paniknya otaknya sampai ngeblank.Dena segera mengeluarkan ponselnya mencari kontak sang suami dan mencoba menghubunginya."Mas Dev
Di sebuah rumah megah terdengar tangisan nyaring berasal dari bocah berumur 5 tahun."Darren mau Papa Nek!!" rupanya sebab tangisan itu adalah karena si kecil Darren ingin bertemu dengan sang Papa, mungkin dia rindu."Aduhh Sayang Papa kan lagi pergi pulangnya masih 4 hari lagi" "Ahhh gak mau Darren mau Papa sekarang!!" tangisannya tak kunjung berhenti padahal matanya sudah sangat sembab dan hidungnya sudah merah, kasian sekali.Nenek Darren alias Mama Kumala bingung harus melakukan apa agar cucunya itu berhenti menangis."Darren bagaimana kalau kita ke mall,, ke time zone. Darren mau? kita main di sana terus beli mainan setelah itu atau beli es cream?" "Gak mau Darren mau Papa Nenek!" hah biasanya caranya itu berhasil namun kali ini tidak.Cucunya itu malah menangis semakin kejer."Pa bagaimana ini bantuan Mama dong jangan diam aja?!" "Iya Papa juga gak tau Ma harus bagaimana" "Ishh Papa ini gak berguna banget " kesal Mama Kumala."Papa..." Papa Daris membuang nafas kasar,, "Kit
"Akhhh,," lagi dan lagi Deva merasakan sakit perut segera dia berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.Dena bersedekap dada duduk di atas ranjang melihat suaminya itu bolak-balik ke kamar mandi.Masa habis makan nasi kuning di pinggir jalan Mas Deva langsung kena diare sih? perasaan dirinya sering makan di pinggir jalan aman-aman aja tuh sehat walafiat,, bingung Dena.Ceklek.Deva keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya."Mas kamu gak apa-apa?" Dena ikut meringis melihat suaminya kesakitan. Dia tau bagaimana rasanya diare dan itu sakit banget terus lemes."Perut saya sakit" setelah mengatakan itu Deva kembali berlari ke kamar mandi.Dena bangun dari duduknya mendekati kamar mandi mengetuk pintu, "Mas kamu gak apa-apa perlu ke rumah sakit gak?" tanyanya."Ga-gak usah" jawab Deva dari dalam."Mas keluar dulu ayo ke rumah sakit aja dari pada kamu terus-terusan seperti ini!"Tak ada jawaban dari dalam membuat Dena makin khawatir.Jangan-jangan Mas Deva pingsan lag
Hari ini adalah hari kepulangan Deva dan Dena dari bulan madu,, bulan madu yang gagal maksudnya.Usai Deva keluar dari rumah sakit mereka benar-benar tak kemana-mana dan hanya ada di hotel,, pemulihan pria itu.Kini pesawat mereka sudah mendarat di kota kelahiran.Deva dan Dena turun dari pesawat membawa koper masing-masing. Di lobby bandara kedua keluarga besar menjemput mereka.Kesenangan Dena langsung melepaskan tangannya dari koper begitu saja berlari menuju sang Mami, "Mami!!" Di belakangnya Deva hanya geleng-geleng kepala melihat koper Dena tergeletak mengenaskan ditinggal pemiliknya. Dia pun mengambil koper itu jadi kini Deva membawa satu koper dimasing-masing tangan lalu menghampiri keluarganya."Mami kangen!" Dena memeluk sang ibunda erat."Astaga Dena kamu itu sudah menjadi seorang istri bisa gak sih dewasa sedikit?!" omel ibu dua anak itu."Emangnya kenapa sih Dena gak boleh manja-manja lagi sama Mami? Dena kan masih putri Mami. Emang Dena bukan putri Mami lagi?""Sampai
Dena benar-benar melakukan perannya sebagai seorang istri,, pagi-pagi bangun memasak untuk anak dan suaminya."Jujur ini aku kan gak bisa masak ya kenapa aku sok ngide banget mau masak segala" gumam Dena menatap isi kulkas yang dia biarkan terbuka.Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal,, "Haduhh gimana ini?" bingungnya."Buat masakan yang simpel aja deh,, emm apa ya?" berpikir keras, "Nasi goreng?""Oke sebagai permulaan kita masak nasinya dulu" "Emm tapi dimana berasnya ya?" Dena membuka satu persatu lemari dapur demi mencari tempat penyimpanan beras.Maklum dia baru di rumah ini jadi masih belum tak dimana letak-letaknya."Ahh ini dia!" serunya."Untuk tiga orang berapa banyak berasnya?" beberapa kali Dena mengambil beras memasukkan ke dalam sebuah wadah,, "Segini cukup kali ya" "Tinggal dicuci" lantas dibawanya wadah berisi beras itu ke wastafel,, "Ini cucinya pakai sabun gak ya?" "Emm biar lebih bersih kita pakaikan sabun" ucapnya sambil tersenyum lebar."Kasih yang banyak
Setelah insiden nasi goreng keasinan akhirnya keluarga kecil itu makan diluar, Deva yang menyarankan sekalian mengantarkan Darren sekolah. Makan sudah mengantarkan Darren juga sudah tinggal kedua pengantin baru itu pulang kembali ke rumah. Sampai rumah Deva segera menuju ruang kerja guna memeriksa dokumen yang urgent. Dena sendiri duduk di depan televisi nonton acara yang menurutnya seru tapi tak ada yang seru terlihat dari Dena yang terus mengganti channel televisi. "Hah gak ada tontonan seru bosen banget" desahnya lesu. Televisi dia matikan menyandarkan punggungnya ke sandaran ke sofa di belakangnya. "Enaknya ngapain ya bosen banget?" gumamnya seraya berpikir keras. Saking kerasnya dia berpikir diantara alisnya sampai berubah cekung. "Bikin kue?" tanyanya pada diri sendiri. Dena menggeleng-gelengkan kepala,, "Ohh tentu tidak aku gak bisa buat kue" pertanyaannya itu langsung dipatahkan olehnya sendiri. "Aishh aku harus melakukan apa ya?" Dena mondar-mandir macam setr
Saat ini tepat di depan Dena berdiri seorang wanita dengan pakaian modis menenteng sebuah tas branded di tangan."Mau cari siapa Mbak?" tanya Dena."Siapa yang kamu panggil Mbak emang saya Mbak kamu, dasar jalang?!" bentak wanita itu dengan wajah kesal.Apasih orang dirinya tanya baik-baik jawabnya ngegas lagian dirinya cuman salah panggil emang gak bisa bicara baik-baik? lagian sepertinya umurnya lebih tua darinya wajar dong ia panggil Mbak,, batinnya kesal."Mau cari siapa Tante?" menatap malas wanita di depannya itu."kamu!" bentaknya keras seraya menunjuk ke wajah Dena,, "Dasar, gak diajarin sopan santun ya sama orang tua kamu?!" "Ehh Tante jangan bawa-bawa orang tua saya ya!!" seru Dena tak terima."Cihh saya gak ada urusan dengan kamu minggir kamu pembantu baru ya di sini?!" Mulut Dena reflek menganga,, "Apa?!" Orang secantik aku dikata pembantu? benar-benar ini Tante mulutnya minta dicabein kayaknya."Siapa yang Tante bilang pembantu?" seru Dena tak terima."Dena kenapa ribu
Deva turun dari lantai atas, Darren berada di dalam gendongan pria itu tengah memeluk lehernya."Darren!!" Atika menyongsong maju mendekat ke Darren rupanya si kecil takut sehingga memeluk leher Deva makin erat menyembunyikan wajahnya ke leher sang Papa."Papa" cicitnya."Tidak apa-apa itu Mama Atika, Mama Darren juga" Langkah Atika terhenti melihat ketakutan putra kandungnya. Wajahnya berubah sedih.Atika kembali menunjukkan senyum walaupun hatinya sakit sebab anak kandungnya sendiri takut dengannya. Namun mengingat memang saat itu dia berpisah dengan Deva tat kala umur Darren masih 1 tahun jadi wajar bocah itu tak mengenalinya dan bahkan takut dengannya."Mama mau ajak Darren ke time zone lohh Darren mau gak?" ucapnya begitu lembut agar Darren tak lagi takut."Darren lagi ditanya itu sama Mama jangan sembunyi gini mau gak diajak ke time zone?!" dengan lembut pria itu menarik tangan sang putra agar melepaskan pelukannya."Ayo coba lepas dulu!" "Papa" cicit Darren mengangkat wajah
Untuk kedua kalinya Elora datang ke rumah Deva dan Dena tanpa sepengetahuan pria itu tentunya."Lohh Elora kenapa ada di sini? mau ketemu suami saya tapi Mas Deva lagi gak ada, lagi ada di kantor" "Gak kok saya ke sini mau bertemu dengan kamu" "Bertemu saya? ada apa? mau ngomongin bisnis? hahaha, kan gak mungkin saya gak ngerti masalah begituan" "Boleh kita berbicara di dalam saja?" wajah Elora tetap serius tak terpengaruh oleh candaan Dena."Ohh boleh,, ayo silakan masuk" Dena pun akhirnya tak lagi bercanda melihat wajah serius Elora.Dena pun berjalan masuk diikuti Elora di belakangnya, "Silakan duduk dulu biar saya ambilkan minum" "Iya,," Tak berapa lama Dena kembali dengan teh di tangannya menaruhnya di atas meja, "Silakan diminum dulu tehnya" "Iya terima kasih,," Elora mengambil cangkir teh tersebut menyeruputnya sedikit.Lantas Dena duduk di sofa tepat di depan Elora, menunggu Elora selesai meminum teh buatannya.Melihat Elora kembali menaruh cangkir tehnya baru Dena mem
Mobil sedan hitam Deva berhenti di depan lobby perusahaan. Deva turun dari mobil setelah Yono sang asisten pribadi membukakan pintu mobil untuknya.Deva berjalan lebih dulu diikuti Yono di belakangnya, "Pak siang ini anda ada meeting dengan Bu Atika" beritahu Yono.Seketika Deva menghentikan langkahnya, "Atika?" gumamnya pelan, amat pelan sampai hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya."Sekedar info saja siapa tau anda tidak mau bertemu dengan beliau"Hmm sungguh pengertian sekali ya Yono ini. Deva membalikkan badan sembari mengerutkan kening, "Kok Atika?" "Begini Pak,, Pak Riyan telfon saya beliau bilang gak bisa menghadiri meeting dengan Bapak karena sedang ada di luar kota karena tiba-tiba ada keperluan mendadak. Tapi, sebagai gantinya Bu Atikah lah yang akan menggantikan beliau" "Kenapa dia gak bilang sendiri kepada saya?" "Untuk masalah itu saya tidak tahu-menahu Pak" "Baiklah, tolong bilang sama Neny untuk menggantikan saya meeting dengan Atika" "Baik Pak" ucap Yono sem
Pagi hari."Sebenarnya kapan kamu bisa membuat Deva dan istrinya bercerai? Mama sudah gak sabar mau Deva menjadi menantu Mama lagi" tiba-tiba Mama Atika itu berucap saat Atika baru sampai di lantai bawah."Ma Tika mau ngomong sesuatu sama Mama,,""Kenapa? ahh sudahlah Mama gak mau dengar apapun pokoknya kamu harus bisa membuat dia bercerai dari istrinya itu dan menjadikan dia menantu Mama lagi. Mama hanya mau dia yang menjadi menantu Mama bukan orang lain apalagi mantan pacar kamu yang mokondo itu!" "Tapi Ma,," "Gak ada tapi-tapian. Mama harap kamu segera mewujudkan harapan Mama itu!" "Iya Ma," Atika lantas menoleh ke Sherly yang sedari tadi menatap dia tajam, menaikkan kedua bahunya.Sherly langsung melengos begitu saja membuat Atika menghela nafas kasar.Sialan kenapa gue jadi terjebak diantara posisi yang sulit begini sih,, umpatnya."Baiklah kalau begitu Mama mau siap-siap pergi arisan dulu kamu harus segera bergerak cepat!""Baik Ma,," Melihat keberadaan sang Mama yang tak la
"Ma aku pulang!" seru seorang wanita sembari menggeret koper memasuki rumah. "Ngapain lo pulang merusak pemandangan aja" sahutan ketus seseorang dari ruang keluarga. "Lo gak suka lihat gue balik?" "Iyalah," "Kalau begitu buang saja mata lo biar gak bisa lihat gue" "Lo,," "Apa?" "Ada apa sih ini Atika, Sherly, kenapa ribut-ribut?" "Dia duluan Ma" yahh begitulah mereka selalu seperti tom and jerry kalau bertemu, selalu ribut. "Sudahlah kalian jangan ribut terus pusing Mama dengarnya! Atika kamu baru pulang nak, bagaimana lancar kerjaannya?" "La-lancar Ma,," ekspresi Atika terlihat aneh, seperti ketakutan dan dia bahkan tak berani menatap mata sang Mama. "Baiklah kamu istirahat sana gihh jangan lupa mandi!" "Ba-baik Ma,," gegas Atika menaiki tangga, menggeret koper bersamanya. Pintu kamar dia tutup sontak Atika menyandarkan punggungnya di pintu menghela nafas lega. Kalian percaya kalau dia keluar kota karena pekerjaan? tentu saja itu bohong. Dia keluar
Elora mengendarai mobilnya tak tentu arah, tak ada tujuan. Yang jelas dia tak ingin pulang ke rumah.Sampai akhirnya Elora melihat suatu taman. Banyak pohon tumbuh di sana membuat pemandangannya begitu asri, bunga warna-warni dan ada juga permainan bagi anak kecil.Lantas dia membelokkan setir memilih singgah di taman tersebut. Turun dari mobil Elora langsung berjalan mencari bagian sudut yang tak terjamah oleh orang. Duduk di sebuah bangku panjang, muat untuk sekitar 3 orang dewasa. Tamannya lumayan ramai, banyak keluarga kecil yang berkumpul dan bermain bersama di taman itu.Matanya berkaca-kaca melihat para orang tua dan anak-anak mereka tengah bermain, "Tanpa sadar aku baru saja hampir merusak keluarga kecil orang lain, aku baru saja hampir merusak kebahagian sebuah keluarga" "Aku wanita jahat" diapun menangis di bangku itu. Hatinya begitu merasa bersalah karena menyukai pria beristri. Pasti istrinya sakit hati kalau tau aku menyukai suaminya. Tanpa sadar aku menyakiti wanita l
Weekend."Ini Mas teh di minum dulu" ucap Dena sembari meletakkan secangkir teh di hadapan sang suami yang tengah fokus pada berkas-berkasnya."Terima kasih ya" pria itu mengambil teh yang dibawakan sang istri menyeruput sedikit lalu kembali meletakkan di atas meja."Kamu lagi banyak kerjaan ya Mas sampai weekend juga harus kerja, yahh walaupun kerjanya di rumah sih?" "Iya bentar lagi ada proyek baru jadi banyak banget kerjaan, maaf ya" Dena berjalan mendekati sofa di ruang kerja sang suami duduk di atasnya, "Ngapain juga minta maaf" gumamnya."Kalau kamu mau keluar bersama Darren gapapa, pakai kartu kredit aku, belanja apapun yang kamu dan Darren mau" "Gak mau ahh. Kamunya kerja capek-capek masa aku belanja terus" "Iya gak masalah orang aku kerja kan memang buat kalian berdua" "Gak mau ahh,," setelah itu Dena terdiam sejenak, lanjut berkata,, "Mas kalau capek istirahat dulu saja jangan dipaksakan nanti sakit" "Iya Mas ngerti" Lalu Dena berdiri, "Kalau begitu aku ke bawah dul
Kamar Deva dan Dena.Dena duduk di kursi rias, mengaplikasikan skincare di wajah. Deva sendiri duduk di ranjang memainkan ponsel. "Tadi seru banget ya kan Mas?" tanya tanya Dena, melihat ke arah yang suami dari kaca."Iya,," setuju pria itu.Padahal tadi kan dia hanya melihat anak dan istrinya main saja, tak ikut main. Tapi demi tak membuat sang istri marah dia hanya bisa setuju. Apakah sekarang Deva sudah menjadi suami-suami takut istri? "Kapan-kapan kita ke pasar malam lagi ya Mas?" "Iya,, atur saja" Dena bangun dari kursi meja riasnya jalan menuju ranjang, "Aku bahagia banget apalagi saat melihat wajah bahagia Darren" ucapnya sembari menaiki ranjang. Spontan deva menurunkan ponselnya menatap penuh makna kepada Dena, "Terima kasih sudah sangat menyayangi Darren"Dena tertawa kecil, "Dia kan anak aku juga Mas sejak aku menikah sama kamu" "Ternyata Mama nggak salah pilih" "Hah?" "Kamu wanita baik. Pasti berat harus menikah dengan seorang duda. Bukan hanya menjadi seorang ist
Di sebuah restoran steak.Di salah satu meja sebuah restoran keluarga kecil Deva duduk, Dena dan Darren sebelahan sementara Deva duduk di depan Dena.Pelayan datang membawakan pesanan mereka yaitu 3 steak sesuai jumlah anggota keluarga.Mata Dena dan Darren berbinar-binar menatap steak mereka. Sungguh,, jika gak tau orang pasti mengira mereka adalah anak dan ibu kandung, sama persis ekspresi wajahnya.Dena mulai memotong steak selesai dia ingin memberikannya pada Darren. Deva,, pria itu juga ingin memberikan steak yang telah dia potong ke Dena."Ini,," ucap Dena dan Deva berbarengan."Lohh,," sontak kedua pasangan suami istri itu saling pandang, sama-sama saling membeku.Beberapa detik,, Dena kembali melanjutkan kegiatan awalnya, mengganti steak Darren dengan punyanya. Kemudian dia mengambil steak yang berada di tangan sang suami, mengganti dengan steak Darren yang belum dipotong."Makasih yang Mas hehehe" Dengan canggung Deva pun mulai kembali memotong steak yang awalnya milik Dar
Ceklek,,"Lohh Dena kok gak ada di kamar dia kemana?" ucap Deva bingung. Dia baru pulang kerja bergegas ke kamar karena berpikir bahwa sang istri ada di kamar tapi ternyata kamarnya kosong.Lantas kembali dia tutup pintu kamarnya."Dia kemana sih? apa jangan-jangan ada di kamar Darren?" kontan Deva melangkahkan kaki menuju kamar sang putra semata wayang, langsung dibukanya pintu di depannya tanpa mengetuk terlebih dahulu."Kamu ada di sini rupanya" dan benar saja tebakannya. Dena berada di kamar sang putra.Entah mereka tengah ngapain posisinya Dena tengah memangku Darren.Kemudian pria dengan satu anak itu masuk ke dalam kamar sang putra, "Kalian lagi ngapain? lagi main ya? kok Papa gak diajak?"Bukannya menjawab Dena malah berbisik kepada Darren.Setelah itu, "Gak mau Papa bau belum mandi" "Apa?" dia tercengang."Kamu bilang Papa bau? nakal ya kamu, sini biar Papa gelitikin kamu" Darren mulai tertawa, meliuk-liukkan badannya, kegelian karena digelitikin."A-ampun Pa, a-ampun Mama