"Tu-tunggu dulu. Kalian ini mau apa? Malam pertama? Jangan bercanda! Aku ini bukan--"
Mendadak ucapan Rosela terjeda, di saat ia mulai menyadari ada beberapa foto pernikahan dirinya dengan Vadlan di kamar tersebut. Juga ada foto lainnya juga di saat resepsi pernikahan. Itu benar-benar wajah yang mirip dengannya. Tapi, bagaimana bisa ada wanita lain yang serupa dengannya? Ia saat ini sungguh bingung dengan situasinya saat ini.Sementara Kamelia mendekat ke sisi ranjang sambil tersenyum tipis. Ia kini baru percaya jika Salvia benar-benar hilang ingatan. Itu karena buktinya tidak mengenali mereka. Termasuk dengan dirinya. Meskipun begitu, ia tetap membenci Salvia karena yang seharusnya menikah dengan Vadlan itu adalah dirinya.Namun, Kamelia harus mengalah karena Vadlan berada dalam situasi yang sulit di mana harus menerima perjodohan demi perusahaan dan juga hak warisnya di keluarga Atmajaya.Kamelia memasang senyum palsunya saat ini."Nona, kami hanya menjalankan tugas. Kami dengar anda hilang ingatan. Tapi, jangan khawatir kami akan tetap melayani anda seperti sebelumnya. Kami akan membuat anda menjadi pengantin wanita yang cantik malam ini," tuturnya.Rosela menggelengkan kepalanya. Ia mana mau dibersihkan atau dimandikan oleh orang lain. Sungguh itu baginya benar-benar di luar nalar. Lagipula siapa yang mau menjadi pengantin wanita dan malam pertama?"Tapi tunggu sebentar, kenapa Om itu mau melakukan malam pertama sama istrinya sendiri sekarang? Harusnya kan dia udah--""Nona muda kabur sebelum menunaikan malam pertama," potong Kamelia, seraya dengan kening yang mengkerut. Ia sedikit heran siapa 'om' yang dimakan oleh Salvia. Apa mungkin Vadlan? Pikirnya.Sedangkan Rosela terdiam sesaat. Ia memikirkan kenapa wanita yang bernama Salvia itu sampai melarikan diri, mungkin karena merasa suaminya itu benar-benar mengerikan.Belum sempat Rosela mengatakan apapun, para pelayan itu tampak bergerak menghampiri dan memegangi tangannya."Aaaa, jangan!" teriak Rosela sembari menepis tangan para pelayan itu dari tubuhnya.Para pelayan itu dibuat terkejut dengan sikap kasar Nona Muda. Di saat yang sama Kamelia pun menghela nafasnya kasar karena ia benar-benar dibuat kerepotannya dengan sikap Salvia saat ini."Nona, kami harus membawa anda ke--""Aku akan mandi sendiri," sela Rosela. Meskipun ia masih tidak bisa menerima kenyataan orang-orang itu menganggapnya wanita bernama Salvia. Tapi, tidak ada salahnya untuk mandi dan membersihkan dulu saat ini, lalu memikirkan cara untuk keluar dari tersebut."Aku akan mandi sendiri. Jadi, kalian bisa keluar dari tempat ini." Ia pada akhirnya bersikap seperti nona muda saat ini."Baik, ketiga pelayan ini akan keluar. Kecuali saya, yang akan memastikan Nona gak akan kabur lagi," tegas Kamelia."Ya, terserah lah."Rosela mengatakan hal itu, seraya turun dari ranjangnya. Ia baru menyadari jika kamar tersebut begitu luas dan terkesan mewah serta baru kali ini ia memasuki kamar yang luasnya mungkin seukuran rumahnya di kampung.Bersamaan, Kamelia menyuruh ketiga pelayan itu untuk keluar dari tempat tersebut."Ngomong-ngomong kamar mandinya di mana?" tanya Rosela tiba-tiba, karena tempat itu begitu luas dan tidak tahu di mana posisi kamar mandinya."Di sebelah sana, Nona," tunjuk Kamelia mengarah ke salah satu pintu yang tidak jauh dari sebuah lemari besar."Ah iya, terimakasih."Rosela yang sedikit kikuk itu segera melangkahkan kakinya dengan pelan-pelan karena kakinya belum sembuh benar. Ia berjalan menuju ke kamar mandi, lalu masuk ke dalamnya.Sementara Kamelia diam berdiri memperhatikan istri Vadlan tersebut.Begitu Rosela masuk ke kamar mandi tersebut, ia dibuat tercengang karena cukup luas untuk ukuran kamar mandi yang diketahuinya selama ini. Bahkan ada tempat berendam dan juga shower untuk membersihkan diri. Selain itu disana juga ada handuk kecil dan bathrobe alias handuk kimono."Ini beneran kamar mandi?" decak kagum Rosela, seraya menyentuh setiap benda yang ada di dalam kamar mandi tersebut.Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ia segera membersihkan diri dari atas sampai bawah dan menggosok di setiap inci tubuhnya. Seharian ia benar-benar bergelut dengan debu jalanan dan saat ini airnya benar-benar membuatnya merasa nyaman.Namun, di tengah kebahagiaan semu itu Rosela harus disadarkan pada kenyataan, bahwa apa yang dilakukannya saat ini bukan untuknya. Tapi, untuk wanita bernama Salvia itu."Gimana kalau dia kembali?"Rosela bergumam dengan nada cemas, memikirkan akan nasibnya nanti, jika terlalu lama di tempat tersebut. Maka dari itu ia harus mencari cara agar bisa keluar dari sana. Salah satunya bagaimana untuk bisa menghindari malam pertama mereka.TokTokTokTerdengar suara ketukan di pintu dan hampir saja membuat jantung Rosela hendak copot karena saking terkejutnya."Nona muda, apa anda belum selesai?" panggil Kamelia dari balik pintu kamar mandi."I-iya, sebentar lagi. Aku hampir selesai," sahut Rosel yang masih berendam di dalam bathup.Detik selanjutnya, Rosela keluar dari bathup dan segera membersihkan dirinya dengan benar. Ia menggapai bathrobe yang ada di tempat tersebut dan memakainya juga memakai handuk kecil yang menutupi rambut basahnya. Kemudian segera bergerak membuka pintu.KLEK..Begitu pintu dibuka, Kamelia masih berada di sana dengan senyum palsunya tersebut."Silahkan anda memakai pakaian yang ada di atas kasur, Nona. Dalam sepuluh menit Tuan muda akan masuk ke kamar ini," tukasnya, seraya keluar dari kamar tersebut tanpa mau mendengarkan apa yang mungkin ingin dikatakan oleh Rosela.Rosela sendiri mematung di tempatnya, ketika melihat ke arah ranjang yang mana ada pakaian yang harus dikenakannya. Baginya itu bukanlah pakaian, tapi melainkan kain tipis yang bahkan bisa tembus pandang."Gak mungkin kan aku harus pakai baju kayak gini," gerutunya.Akan tetapi, waktu terus saja berjalan dan sebentar lagi Vadlan akan masuk ke kamar tersebut. Ia buru-buru memakai pakaian model gaun panjang dengan lengan pendek.Anehnya ukuran pakaian dalam dan gaun tersebut begitu pas dengan tumbuhnya, seakan ia dan wanita bernama Salvia itu mempunyai ukuran tubuh yang sama. Meskipun untuk bagian bra sedikit sesak karena miliknya mempunyai ukuran lebih besar dari wanita yang seumuran dengannya.KLEKTerdengarlah pintu kamar tidur itu dibuka. Bersamaan Rosela memegangi dadanya karena jantungnya yang dibuat terkejut kembali.Dan yang masuk tidak lain adalah Vadlan. Pria tersebut tersenyum tipis menatap istrinya yang memakai gaun tidur. Begitu cocok dan terlihat cantik, tapi itu tidak akan menggoyahkan hatinya untuk membalaskan dendamnya kepada Salvia. Malam pertama kali ini bukan dilandasi atas dasar suka, tapi keharusan istrinya itu agar segera hamil secepatnya."Apa kamu mulai ingat siapa kamu sebenarnya?" tanyanya seraya membuka kancing kemeja yang dikenakannya itu satu persatu.Rosela menggelengkan kepalanya, sembari melangkahkan kakinya ke belakang. Ia masih memeras otak bagaimana bisa terhindar dari malam pertama mengerikan yang akan dihadapinya saat ini.Vadlan tersenyum samar dengan kancing pakaiannya yang sudah terbuka semuanya. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Rosela dan mengikis jarak diantara mereka."Tidak masalah kalau kamu tidak ingat. Tapi, yang jelas malam ini tunaikan kewajibanmu," kecamnya seraya dengan gerakan cepat meraih pergelangan tangan Rosela, membawa wanita tersebut dan mendorongnya ke atas ranjang.Rosela kembali menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak bisa melakukan malam pertama dengan suami dari wanita lain. Apa yang harus dilakukannya saat ini?"Saya pikir anda baik-baik saja untuk sekedar bisa mandi sendiri," ucapnya yang sebisa mungkin untuk menyangkal keinginan Vadlan.Namun, Vadlan malah tersenyum samar mendengar bagaimana Rosela yang terkesan tidak ingin menuruti keinginannya."Kenapa kamu tidak mau bukan?""Bu-bukannya gak mau, Tuan," jawab Rosela buru-buru. Ia sudah bisa menebak dari nada suara Vadlan bahwa pria itu sebenarnya saat ini sedang marah kepadanya."Kalau begitu apalagi. Cepat bangun dan bantu aku ke lantai atas," tukas Vadlan memberikan perintah kepada Rosela."Baik, Tuan." Rosela segera beranjak dari pangkuan Vadlan, dalam membantu pria tersebut untuk bangun hingga berjalan dengan hati-hati menuju anakan tangga.Baru saja keduanya bangun, terdengar suara pintu depan. Kemudian ada suara derap langkah kaki menuju ke ruang tengah.Itu adalah Kamelia yang mana wanita tersebut baru saja mendengar tentang Vadlan yang mengalami kecelakaan mobil. Ia langsung ke tempat itu dengan berlari untuk memastikan keadaan V
"Duh, kenapa bisa jatuh. Ini mungkin gelas mahal! Aku pasti dimarahi nanti."Dengan nada suara yang panik, Rosela segera membersihkan pecahan gelas kaca yang berserakan di lantai."Aw."Rosela meringis kesakitan karena ujung jarinya tidak sengaja mengenai pecahan kaca gelas kaca yang sedang dibersihkannya saat ini.Namun, dia tidak mempedulikan rasa sakit yang ada di jarinya itu dan secepat mungkin membersihkan pecahan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah."Apa gak ada kotak P3K ya di sini," gumam Rosela yang hendak mencari plester untuk menutupi ujung jarinya yang terluka. Ia mencari di setiap sudut tempat tersebut tidak ditemukannya kotak peralatan untuk pertolongan pertama.Rosella pada akhirnya membiarkan luka yang ada di tangannya itu, kemudian kembali duduk menata televisi seperti sebelumnya. Memang cukup membosankan, tapi hal itu lebih baik karena dirinya sama sekali tidak melakukan pekerjaan berat selama di tempat itu. Padahal ia di sana bisa makan dan tidur dengan nyaman
Ketukan di pintu membuat Vadlan teralihkan dan melepas semua pikiran atau bayangan tentang Salvia alias Rosela."Ini saya, Tuan." Terdengar suara Baswara dari balik pintu."Masuk," sahut Vadlan yang masih duduk di kursi kerjanya.Detik selanjutnya, Baswara masuk ke ruangan tersebut dan menyimpan selembar kertas di atas meja kerja Vadlan."Ini bahan untuk konferensi pers nanti, Tuan muda. Sesuai dengan permintaan alasan sebelumnya. Anda harus periksa terlebih dahulu, mungkin ada yang kurang dan harus ditambahkan atau mungkin ada yang harus dibuang," papar Baswara. Di mana lembaran kertas tersebut berisikan tentang pernyataan Vadlan nantinya bahwa ia sudah menikah dengan anak dari TJ group dan dalam waktu dekat akan mengakuisi dua perusahaan tersebut.Vadlan membaca lembaran kertas tersebut dalam hitungan menit dan ia sudah bisa menilai bagaimana isi dari bahan nanti yang akan ia bacakan."Ya, cukup seperti ini, kamu bisa kembali ke tempat kamu, Bas," tukas Vadlan memberikan perintah."
Rosela yang memang masih belum mahir melakukan ciuman, hampir tidak bisa bernafas karena pria tersebut memenuhi seluruh isi rongga mulutnya. Bahkan di akhir malah menggigit bibirnya itu yang membuatnya kesakitan.Menit selanjutnya Vadlan menjeda kegiatan tersebut."Bernafas, Salvia! Apa kamu ingin mati hah?" sentak Vadlan yang terdengar tidak puas mengingat Salvia belum pandai melakukan pertukaran saliva tersebut dengannya. Ada sedikit kesal, tapi sekaligus gemas di sana."Ma-maafkan saya, Tuan. Saya--" Rosela sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata, ketika Vadlan kembali melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.Namun kali ini, Rosela sedikit lebih pandai dari sebelumnya dan bisa bernapas dengan benar serta mulai bisa mengimbangi apa yang dilakukan oleh Vadlan saat ini.Usai puas melakukan permainan bibir itu, barulah Vadlan menghentikan kegiatannya tersebut dan diakhiri dengan tersenyum tipis."Lumayan untuk hari ini," tukasnya mengatakan hal itu kepada Ros
"Apa yang kamu lakukan di sini, Kamelia? Lalu kenapa dengan Salvia"Vadlan dengan tatapan penuh menyelidiki menetap ke arah Kamelia. Ia bisa melihat Rosela yang duduk dengan menundukkan wajahnya, seperti telah terjadi sesuatu diantara kedua wanita tersebut. Selain itu juga di lantai tampak ada beberapa pakaian dalam yang berserakan.Kamelia mengerjapkan matanya sambil meneguk ludahnya dengan kasar. Untuk sesaat tangan dan kakinya gemetar. Ia tidak menyangka Vadlan akan kembali ke rumah belakang itu tanpa diketahuinya. Tapi, di situasi seperti ini ia harus bersikap setenang mungkin.Sementara Rosela juga tidak berani mengatakan apapun. Entah itu Kamelia ataupun Vadlan dua orang tersebut sama sekali tidak bisa dipercayainya. Salah-salah jika ia mengadu kepada Vadlan mungkin saja pria tersebut malah tidak akan percaya kepadanya, terlebih lagi karena Kamelia sudah lebih dulu berada di tempat itu dibandingkan dengan dirinya. Maka pasti yang akan dipercaya Vadlan adalah wanita bernama Kamel
"Apa yang kamu lakukan di sana, Kamelia?!"Vadlan yang sudah selesai dengan Rosela dan masih dalam keadaan tak berbusana itu, tampak menatap tajam ke arah Kamelia yang ketahuan mengintip dirinya dan sang istri tengah memadu kasih.Sedangkan Rosela yang benar-benar kelelahan, terbaring lemas di atas sofa dengan tubuh polosnya.Sementara Kamelia mengerjapkan matanya karena siapa sangka Vadlan mengetahui keberadaannya. Di saat yang sama matanya tak lepas menatap ke arah milik Vadlan yang masih tegak berdiri. Padahal tadi pria tersebut jelas-jelas tampak sudah melakukan pelepasan dengan Salvia, tapi sepertinya menginginkan lagi.'Apa mungkin Salvia mendapatkannya berkali-kali? Padahal aku hanya selalu mendapatkan sekali aja, itu pun kadang-kadang aku gak sampai. Tapi, di udah duluan,' pekiknya di dalam hati yang merasa iri dengan Salvia."Kamelia!" ulang Vadlan karena tidak kunjung mendengar jawaban dari Kamelia."Ma-maafkan saya yang lancang ini, Tuan muda," jawab Kamelia buru-buru. "Say