Share

Tolong Aku

"Cepat temukan dia secepatnya!"

Teriakan Vadlan terdengar menggelarnya dan membuat siapa saja merasa ketakutannya karena mendengarnya.

Para pelayan dan penjaga dikerahkan untuk mencari keberadaan nona muda tersebut alias Rosela.

Namun, mereka tidak menemukan wanita tersebut hingga jalan terakhir yang dilakukan oleh Vadlan adalah memeriksa CCTV. Memang ada beberapa titik yang di pasang, tapi di kamar dan bagian dalam mansion sama sekali tidak terpasang.

"Ketemu, Tuan Muda. Nona muda sepertinya masuk ke area kandang harimau yang ada di belakang mansion. Tapi, bagaimana bisa masuk ke--"

"Cepat pergi sekarang," potong Vadlan. Ia tidak mempunyai waktu untuk berlama-lama di sana dan harus segera menemukan Salvia.

Sesuai dengan yang ada di dalam kamera CCTV sebelumnya, Rosela ditemukan di area kandang harimau. Di mana hewan buas itu adalah salah satu peliharaan Vadlan di mansion tersebut.

"TOLONG ...."

Rosela berteriak. Ia naik ke atas dahan pohon begitu melihat ada harimau putih di tempat tersebut dan kini hewan itu sedang di bawah pohon tersebut, seakan menunggunya untuk turun.

Kalau saja Rosela tahu di tempat itu ada hewan seperti harimau, mana berani ia masuk ke tempat tersebut.

"Orang gila mana yang bawa hewan buas itu ke sini?! Orang itu pelihara kucing! Bukannya harimau!" pekik Rosela dengan air mata yang berderai di pipinya. Ia sebenarnya sedang marah dan kesal saat ini, tapi entah kenapa air mata mengalir terus sejak tadi.

Di saat yang sama terdengar suara pintu gerbang dibuka, yang mana itu adalah Vadlan. Ia masuk ke tempat tersebut dengan memasang wajah garang untuk mencari keberadaan Salvia alias Rosela.

Namun, detik selanjutnya raut wajahnya berubah lemah lembut disaat harimau kesayangan 'queen' datang menghampirinya.

"Ada apa Queen? Apa wanita itu mengganggu kamu di sini? Jangan khawatir, aku akan membawanya keluar dari rumah kamu," ucapnya kepada harimau kesayangannya tersebut.

Seakan mengerti apa yang dikatakan oleh Vadlan, harimau putih betina itu membawa pria tersebut ke pohon rindang yang berada tepat di kandang besar itu.

Ada satu harimau putih jantan tampak bersantai di bawah pohon, di mana di atas pohon tersebut ada Rosela yang terlihat ketakutan sambil memeluk dahan di depannya.

"King, kemarilah," panggil Vadlan pada harimau peliharaannya itu yang satu lagi dan bernama 'king."

Sama seperti harimau betina sebelumnya, harimau jantan itu pun menurut dan menghampiri Vadlan.

Bersamaan Rosela mengelap air mata yang ada di pipinya, di saat mendengar suara Vadlan di tempat itu. Ia melihat ke bawah dan benar saja, jika pria tersebut ada di tempat itu. Tapi, ada satu hal yang membuat matanya kian melebar, yaitu betapa akrabnya Vadlan dan dua harimau yang ada di sana. Bahkan pria kejam itu bisa tersenyum dengan kedua peliharaannya itu.

"Sampai kapan kamu akan disana hah?! Cepat turun sekarang juga," perintah Vadlan yang seketika tahu jika istrinya itu di atas pohon dan saat ini tengah melihat ke arahnya.

Rosela mengerjapkan matanya sambil meneguk ludahnya dengan kasar. Jujur ia sebenarnya takut dengan ketinggian. Hanya karena keadaan darurat tadi dirinya memaksakan diri naik ke atas pohon tersebut. Aslinya ia sama sekali tidak pernah memanjat pohon apapun. Kecuali di saat masih kecil.

"Terlalu tinggi, Tuan. Aku gak bisa turun. Apa bisa bawakan aku tangga--"

"Tidak mau," sela Vadlan dengan senyuman mengejek. "Tidur saja malam ini di sana dan dua harimau ini akan menemani kamu," tukasnya yang sama sekali tidak peduli dengan apa yang diinginkan oleh Salvia.

Mendengar ucapan Vadlan, Rosela membelalakkan matanya. Mana bisa ia tinggal bersama dua harimau itu. Sekalipun mereka jinak dan hewan peliharaan. Tapi, tetap saja hewan buas yang bisa saja menerkamnya di saat tertidur.

"TUAN, AKU MOHON," teriak Rosela dengan nada putus asa. Ia sebenarnya cukup kelelahan dan ingin tidur malam itu. Tapi, karena keinginannya yang besar membuat dirinya bertekad melarikan diri.

Namun, kini ia sepertinya harus menyerah untuk melarikan diri dari tempat tersebut. Setidaknya sampai ia mempunyai kesempatan untuk dibawa keluar dari tempat itu dan menyusun rencana untuk melarikan diri lagi.

"TUAN, TOLONG AKU," teriak Rosela kembali. Ia bahkan menangis layaknya anak kecil yang menyesal karena perbuatannya.

Vadlan membuang nafasnya kasar karena Salvia benar-benar berisik dan membuat kedua harimaunya itu seakan merasa terganggu.

"Apa kamu tidak bisa diam, hah! Mereka terganggu karena suara jelekmu itu," balasnya dengan menaiki volume suaranya

Rosela terdiam untuk sejenak, di saat mendengar Vadlan yang tampak marah dan kesal karena dirundung terus saja berteriak. Ia pikir itu mungkin salah satu cara agar ia bisa cepat turun, pikirnya.

"TUAN TOLONG AKU. AKU TAKUT KETINGGIAN. TUAAAAN ...."

Rosela sengaja berteriak dengan sekencang mungkin agar Vadlan benar kesal kepadanya.

Vadlan memejamkan matanya dalam-dalam. Itu karena Salvia tidak bisa dibiarkan sesuka hatinya. Ia beralih kepada beberapa orang yang ada di luar kandang.

"Cepat bawakan tangga ke tempat ke dalam," perintahnya.

"Baik, Tuan muda."

Tidak lama kemudian tampak dua orang membawakan tangga ke dalam kandang tersebut, lalu menyimpannya di dekat pohon.

"Cepat turun sekarang juga!" perintah Vadlan kepada Rosela, di saat tangga sudah terpasang dengan baik.

"Tolong pegangin tangganya dan jangan lihat ke atas," pinta Rosela. Bagaimanapun ia saat ini tengah memakai gaun dan hanya ada dalaman tanpa celana panjang atau celana pendek. Akan sangat tidak lucu dan memalukan, jika orang-orang itu melihatnya ke atas dan bagian celana dalamnya.

Vadlan kembali membuang nafasnya kasar, lalu dengan tatapan tajam menatap dua orang yang membawa tangga sebelumnya.

"Kalian dengar kan apa yang dikatakannya?! Cepat lakukan!" perintahnya kembali.

"Baik, Tuan Muda."

Dua orang itu pun memegangi tangga, tapi kedua netra mereka menatap ke bawah dan tidak berani menengadah karena akan fatal jika membuat tuan mereka itu marah.

Di saat yang sama, Rosela pun turun dengan tangan dan kaki yang gemetaran. Tapi, beruntungnya ia berhasil sampai ke bawah dengan selamat. Meskipun harus bercampur dengan keringat yang melekat di badannya saat ini.

"Terimakasih, Tuan," ucap Rosela yang sebenarnya terpaksa mengatakan kalimat tersebut. Terlebih lagi ia berada di tempat tersebut karena sebuah kesalahan pahaman yang di luar nalar menurutnya.

Namun, Vadlan sama sekali tidak menanggapi Rosela. Ia malah beralih kepada dua harimau putih peliharaannya dan berpamitan kepada mereka. Kemudian melangkahkan kakinya pergi dari tempat tersebut.

Rosela buru-buru mengikuti langkah Vadlan agar tidak tertinggal dan bisa keluar dari kandang harimau yang baginya benar-benar menakutkan.

Tiba di di depan kamar utama, Rosela mau tidak mau masuk ke ruangan tersebut. Ia yakin tidak akan diapa-apakan karena mempunyai alasan sedang datang bulan.

"Tu-Tuan. Apa anda marah sama--"

"Tidur di bawah!" sela Vadlan. "Jangan pernah menyentuh kasur ini sebelum kamu bisa melayaniku," tegasnya.

Rosela menganggukkan kepalanya. Baginya tidak masalah sekalipun harus tidur di lantai. Itu lebih baik daripada tidur di atas pohon atau sampai tidur di jalanan.

Vadlan tampak naik ke atas ranjang, masuk ke dalam selimut yang hangat.

Sementara Rosela meringkuk di lantai tanpa alas atau sekedar selimut tipis yang menutupi tubuhnya. Tapi, ia tidak akan mengeluh dan memejamkan matanya agar segera tidur.

Rosela berharap malam itu hanyalah mimpi buruk semata, lalu ia terbangun di kampung serta hidup bahagia meskipun serba kekurangan.

"Aku mau pulang ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status