Share

03. Salah paham

"Bu Boss, boss seratus persen menghindarimu, lho. Kalian beneran nggak ada masalah apa pun?"

Melati mengatakan hal itu berulang kali sejak hari kedua Atlas tidak muncul di kantor. Namun, Anya terus mengabaikannya. Mencoba untuk berpositif thingking meskipun sekarang tidak lagi. Ini sudah hampir seminggu, tepatnya sudah enam hari. Bila besok Anya juga belum bertemu dengan Atlas hari ini atau besok, dia akan mencoba cara ekstrim. Dia sudah bertekad untuk melakukan segala yang dia bisa dengan baik sejak tiga hari Atlas menghindarinya, tetapi gagal. Itu sebabnya, dia akan menggunakan cara yang cukup buruk sampai yang terburuk.

Anya terpaksa melakukan cara yang dipikirkannya bisa untuk berkomunikasi dengan Atlas. Dengan pertemuan yang sedikit dipaksakan ini, dia berharap Atlas akan berhenti menganggapnya sebagai seseorang yang harus dihindari. Hal ini dikarenakan berkat sikap kekanak-kanakan sang CEO, dia dijuluki sebagai orang yang paling dibenci dan tidak diinginkan oleh CEO killer di perusahaan. Padahal sebelumnya, dia dianggap sebagai sekretaris kompeten yang mampu mengendalikan CEO gila. Namun, pamornya langsung turun dalam sekejap membuatnya dipandang sebelah mata.

Orang-orang mulai menggosipkan diri Anya secara terang-terangan, membuatnya merasa tidak nyaman. Apalagi kemarin, dia tiba-tiba mendapatkan email pemberitahuan kalau dia diberikan libur tanpa batas waktu. Sungguh konyol, bukankah itu sama saja dengan diberhentikan? Anya menjadi sangat emosional karena email tersebut. Melati bahkan bercanda akan memberinya uang perpisahan. Itu sebabnya Anya memutuskan untuk bertindak dengan memakai cara buruk atau terburuk agar bisa mengatasi masalah ini secepat dan seefektif mungkin.

Ada dua hal yang paling tidak Anya inginkan dan takutkan saat ini yaitu dipecat dan kehilangan ibunya. Ibu Anya, Dahlia, sekarang terbaring di rumah sakit. Beliau terkena penyakit kanker pangkreas sejak dua tahun lalu. Itu adalah keajaiban dan perjuangan yang panjang serta sulit baik bagi Anya atau ibunya. Mereka hanya saling memiliki dan mengandalkan sehingga semangat dan tekad saling melindungi sama lain yang membuat keduanya bertahan sampai saat ini.

Ayah Anya masih hidup, tapi tak ada yang bisa diandalkan dari seorang pemabuk, penjudi sekaligus seorang pelaku kekerasan sepertinya. Anya lebih memilih untuk tidak mengakui lelaki itu sebagai ayahnya andai saja bisa. Namun, lelaki tua bangka dan tidak tahu malu itu terus datang dan membuatnya kekacauan. Itu sebabnya, untuk membuat hidupnya tenang, Anya rutin mengirim uang pada ayahnya sekalipun dengan berat hati. Itu adalah harga yang cukup untuk membuat pria tua itu tidak mengusik hidupnya. Demi kedamaiannya dan ibunya, dia tidak bisa kehilangan pekerjaan sekarang. Kalau tidak, pria tua itu akan mengamuk dan merusak hidupnya lagi. Parahnya, ibunya yang harusnya berobat dengan nyaman pasti akan mengalami tekanan batin. Anya tidak bisa kehilangan ibunya dengan cara buruk.

Anya sudah berdiri di sebuah restaurant mewah. Berdasarkan updatean dari sosial media bossnya yang dia ikuti dengan akun palsu, lelaki itu berada di sini, sedang menikmati makanan enak bersama dengan teman lamanya, Mikhael. Pria muda lulusan Swiss yang lebih memilih membuka restaurant dan beberapa usaha bisnis di bidang kuliner daripada harus berbisnis di bidang lain. Kecintaannya sebagai koki telah membuat pria tampan dan muda itu ambisius dengan hal-hal yang berbau makanan.

Anya mengenal beberapa teman baik Atlas karena posisinya sebagai sekretaris pribadi Atlas. Beberapa bulan lalu dia juga membantu membereskan skandal yang beredar antara bosnya dengan Mikhael. Entah daripada gosip itu bisa berembus. Yang jelas itu skandal yang cukup menghebohkan karena Atlas diberitakan menjalin hubungan spesial dengan Mikhael. Bahkan, Atlas sempat bersitegang dengan orang tuanya karena dianggap sebagai pria yang menyukai pria dan wanita alias biseksual. Sebagai keturunan tunggal dan satu-satunya terlibat skandal tentu bukan hal yang baik. Jadi, Anya mengerti alasan orang tua Atlas mengamuk. Namun, skandal itu mereda dengan sendirinya berkat ulah pacar-pacar Atlas yang muncul ke permukaan. Walau semua itu kemudian bisa ditutupi dengan uang.

Benar, selama ada kekuasaan dan uang, semua hal bisa diatur. Anya juga orang yang merencanakan pengakuan pacar-pacar Atlas itu ke media. Dengan menampilkan skandal baru, maka skandal yang tak berdasar bisa ditepis dan akhirnya mereda atau menghilang dengan sendiri. Ingatan manusia yang tak pernah mengalami suatu kejadiannya langsung, sebesar apa pun rasa empatinya, seiring waktu, rasa empati itu akan memudar lalu menghilang begitu saja seperti tak pernah ada. Anya yang sudah melihat bagaimana orang-orang hanya merasa kasihan, lalu tak menanggapi penderitaannya dan ibunya saat dia aniaya ayahnya, mulai mengerti tabiat manusia di sekitarnya. Itu sebabnya, pengalaman hidup adalah pengetahuan terbaik untuk bertahan hidup dari kejamnya kehidupan.

Sekarang, setelah perjuangan yang melelahkan dari tekanan akan bayangan kematian ibunya bila tidak menjalani pengobatan, ayah sialan yang bisa menghancurkan hidupnya dengan mulut berbisanya dan tingkat stress yang terus menumpuk setiap hari, Anya tidak bisa menyerah hanya karena seorang CEO arogan yang mencoba memberinya libur tanpa batas waktu. Dia tidak bisa kehilangan segalanya sekarang. Itu sebabnya, untuk pukulan terakhir, dia akan melakukan yang terbaik untuk bertahan, baik dalam pekerjaan atau bertahan hidup.

Memang tidak semua kedamaian dan kebahagiaan bisa dibilang dengan uang, tetapi tidak berlaku bagi orang miskin. Kedua hal itu sangat mahal dan sulit mendapatkan keduanya. Itu sebabnya, untuk menjaga kedamaiannya, Anya tidak bisa membiarkan Atlas memecat dirinya. Dia memang sering berkoar-koar untuk berhenti, tetapi itu hanya pelampiasan stress saja. Siapa yang akan berhenti dari pekerjaannya? Dia belum menjadi gila atau semacamnya. Logikanya masih berjalan dengan baik. Zaman sekarang mendapatkan pekerjaan sulitnya minta ampun. Apalagi dia mendapatkan pekerjaan ini dengan mengorbankan keinginan terbesarnya untuk menjadi manager. Meski dia tidak benar-benar menyesal karena gajinya lebih tinggi.

"Atlas sialan."

Anya menatap sebuah foto makanan yang diupload oleh Mikhael, sahabat Atlas.

"Hidupku terancam dan kamu malah asyik minum dan makan makanan enak, hah?" Dia sangat sebal. Matanya menyipit dan bibirnya terkatup rapat agar giginya tak mengertak.

Anya sempat mencurigai hubungan Mikhael dan Atlas lebih dari sekadar sahabat baik. Keduanya tampan dan mapan, saling mengenal sejak dulu dan sering bertemu, itu sebabnya, dia penasaran apakah ada salah satu atau keduanya yang jatuh cinta. Namun, hasilnya nihil. Keduanya sama-sama playboy kelas kakap. Tidak. Mereka adalah buaya yang kebelet kawin.

Anya memasuki restaurant dengan langkah tegas, punggung tegak dan dada yang membungsung ke depan. Dia tidak boleh takut. Kata orang, ketakutan yang berhasil disembunyikan akan membangkitkan keberanian. Itu sebabnya, demi mempertahankan apa yang dimilikinya sekarang, Anya tak boleh gentar. Dia harus bertemu dengan Atlas dan memohon demi kedamaiannya. Bahkan, dia rela berlutut bila memang harus. Tidak ada yang namanya harga diri bagi seorang yang berstatus sebagai pemohon. Mempertahankan harga diri hanyalah sebuah alasan dan kartu VIP untuk terjun bebas dalam kesengsaraan. Dia sudah merasa cukup menderita sejak lahir sampai dewasa dan berhasil lepas dari ayahnya. Jadi, dia rela membuang sebuah harga diri demi kedamaiannya. Sekalipun itu semu, dia tidak peduli.

Anya mengepalkan kedua tangannya. Meski sudah berusaha, dia tetap merasa takut dan gugup. Tangannya yang terkepal berkeringat. Namun, dia tidak akan mundur. Dia terus berjalan menyusuri koridor, pergi ke sebuah ruangan VIP yang biasa digunakan bosnya untuk makan. Itu bukan ruangan yang sepenuhnya tertutup, tetapi cukup menjaga privasi karena lokasinya yang berada cukup dalam dan jauh dari tempat duduk untuk umum.

"Apa yang harus aku lakukan, Miki?"

Anya berhenti tepat di belakang tembok. Dia hanya perlu berjalan sedikit untuk menunjukkan wajahnya lalu bosnya akan segera mengetahui kedatangannya. Lelaki muda itu hanya perlu berbalik dan mereka akan saling bertatap muka lalu bicara. Andai bisa semudah itu. Namun, Atlas tak akan bisa melarikan diri karena pintu masuk dan keluarnya sama.

"Aku telah tidur dengannya," lanjut Atlas membuat pupil mata Anya membulat. Itu berita luar biasa yang seketika membuat rasa takut dan gugupnya sirna.

"Kamu gila? Bukankah kamu harus ingat prinsip kita? Kita ini memang seorang playboy, pemain yang memiliki banyak wanita untuk bersenang-senang. Namun, kita bukan gigolo yang bergonta-ganti pasangan. Bukankah kita sudah berjanji untuk melepas keperjakaan dengan wanita yang akan dinikahi?" Mikhael terdengar marah dan mengomel. Anya cukup heran dengan hal itu karena selama ini Mikhael yang diketahuinya hanyalah seorang pria yang sering memasang wajah dingin dan tak banyak bicara.

Jika didengarkan dengan baik, pembicaraan ini seharusnya adalah sebuah rahasia. Namun, Anya tidak bisa mundur. Rasa penasaran telah menahannya untuk melarikan diri. Memegang kelemahan lawan bukannya adalah sebuah kartu pass untuk bertahan hidup? Dia bisa saja menggunakan ini untuk memaksa Atlas tetap mempertahankannya sebagai sekretaris pribadinya, kan? Anya merasa buruk dengan niat liciknya, tapi dia harus melakukan segala cara untuk bertahan hidup.

"Siapa wanita itu? Pacarmu yang mana? Aku rasa kita perlu mendatanginya untuk mengkonfirmasi apakah kamu benar-benar tidur dengannya atau tidak."

Mikhael mencoba untuk mengatasi dengan kepala dingin. Namun, suaranya sedikit bergetar. Entah dia sedang gugup atau merasa marah, Anya tidak bisa menebaknya.

"Hah? Untuk apa aku mendatanginya? Apa kamu tidak tahu, selama seminggu ini, aku selalu menghindarinya. Bahkan, aku ingin mengirimnya sejauh mungkin."

"Hah? Apa-apaan!"

Anya cukup terkejut, nyaris berteriak ketika mendengar Mikhael menggebrak meja. Dia sepertinya sudah tidak bisa menahan diri.

"Si keparat ini. Apa kamu sudah kehilangan pikiranmu? Tak hanya menjadi bodoh, sekarang kamu juga menjadi pengecut? Kita harus mengkonfirmasinya, Atta."

"Tidak, aku tidak setuju." Atlas ngotot.

"Kau ini benar-benar menyebalkan, hah? Kamu mencoba melindungi wanita itu? Bagaimana kalau ternyata semua ini rencananya? Bisa saja dia adalah rubah licik atau seseorang yang sengaja menggodamu untuk bisa tidur denganmu, kan?"

"Itu tidak mungkin."

"Kenapa kamu begitu yakin? Kamu juga tidak tahu, kalau dia benar-benar tidur dengannya atau tidak, kan? Kamu bilang saat kamu bangun, dia sedang mandi. Ya, kan? Walau kamu telanjang, siapa tahu tak terjadi apa pun malam itu, kan? Bahkan, semabuk apa pun dirimu, kurasa kamu tidak akan melanggar prinsip untuk tidur dengan seorang wanita yang tak ingin kamu nikahi, kan?"

Atlas menunduk lesu.

"Andai saja begitu," ratapnya.

Alis Mikhael terangkat sebelah, "Apa maksudmu? Kamu sudah ingat kalau kamu tidur dengannya?"

Atlas menggeleng, "bukan begitu. Aku sama sekali lupa bagian itu."

"Lalu bagaimana kamu yakin kalau benar-benar menidurinya, Atta?" Mikhael terdengar frustrasi.

"Aku melihat bercak darah di kasur. Juga... aku melihatnya berjalan setengah pincang."

Tak ada percakapan selama beberapa detik. Keheningan yang menegangkan. Bulu kuduk sampai meremang.

"Dasar sampah! Kamu tidak hanya melepas keperjakaanmu, tapi kamu juga menghancurkan masa depan seorang wanita, hah! Sekarang kamu menghindarinya seperti seorang bajingan. Sial, Atta. Untuk apa kita bersahabat kalau ternyata kamu sesampah ini. Sial."

Mikhael sangat marah.

"Aku bingung harus bagaimana." Atlas berkata jujur.

Pria bermata kastanya dengan rambut hitam itu terlihat bingung.

"Dia adalah orang yang berharga untukku. Walau dia orang yang paling tidak aku sukai karena sering ikut campur, tapi aku tidak membencinya. Juga, aku sudah merenggut hal berharganya. Aku takut dia akan marah dan menjambakku kalau bertemu... Jadi, aku menghindarinya."

"Kalau kamu tidak mau menjadi brengsek, aku rasa kamu perlu bertanggungjawab atas perbuatanmu."

"Aku melakukannya karena mabuk." Atlas membela diri.

"Apa bedanya? Mau kamu mabuk atau tidak, kamu sudah melakukannya. Kamu juga sudah merasa yakin kalau kamu menidurinya, kan? Kamu melihat bercak darah dan melihatnya berjalan pincang karena perbuatanmu, Jadi, kamu tidak bisa melarikan diri. Kamu harus bertanggungjawab,"

"Maksudmu aku harus menikahinya?"

Mikhael mengangguk cepat.

"Kamu gila? Aku bahkan tidak menyukainya, kenapa aku harus menikahinya?" Atlas tidak terima. Pria tampan dengan bibir merekah dan bulu mata panjang itu terdengar tidak terima. Anya menganggukkan kepala beberapa kali setuju dengan apa yang Mikhael katakan. Menurutnya setelah tidur bersama, Atlas sudah sepatutnya bertanggungjawab dengan menikahi perempuan itu. Apalagi dia memiliki prinsip hanya akan menikah dengan wanita yang ditidurinya. Seperti menuai apa yang dia tanam, Anya sangat setuju dengan usulan dari Mikhael barusan.

"Itu karena kamu sudah tidur dengannya, Sialan! Kalau kamu tidak mau menjadi sampah, temui dia lalu katakan kamu akan menikahinya. Jika kamu beruntung, dia mungkin tidak akan langsung hamil."

Mata Anya membulat mendengarkan perkataan Mikhael. Hamil? Wah, bisa dikatakan bosnya sangat macho dan subur kalau sampai sekali melakukan langsung jadi. Anya merasa akan bertepuk tangan sekarang, tapi dia menahan diri agar tidak ketahuan.

"Juga, orang tuamu akan menggila kalau mendapatkan cucu tanpa pernikahan. Kamu harus mendatanginya, Atta. Setidaknya kamu harus memastikan dia tidak hamil dan mengajaknya bertunangan atau memberikan kompensasi selama menunggu hasilnya."

Atlas tidak mengatakan apa pun.

"Aku tahu ini mendadak dan terasa tidak adil, tapi kawan, kamu tahu, keluarga kita sangat membenci adanya keturunan tanpa adanya ikatan pernikahan. Walau kamu pewaris tunggal, orang tuamu akan mencoretmu dari daftar keluarga begitu tahu kamu memiliki anak di luar nikah."

Atlas membuang napas berat.

"Jadi, katakan siapa wanita itu padaku." Mikhael mencoba membujuk Atlas.

Anya menganggukkan kepala berulang kali. Dia juga penasaran dengan wanita yang sudah ditiduri oleh bosnya.

"Sekretarisku."

"APA?"

Anya sangat terkejut. Dia menduga Atlas sudah meniduri Melati.

Gila, si sosiopat yang berkata lelaki semuanya bajingan, tidur dengan Atlas? Jika itu benar, maka wajar kalau dia terus diajak Atlas menggantikan dirinya selama ini, kan? Tunggu. Sepertinya ada yang salah. Bukankah tadi Atlas bilang sedang menghindari wanita itu, bukan mencoba dekat dengannya? Sekretaris Atlas ada dua, jika bukan Melati, maka itu...

"Anya. Aku tidur dengannya." Atlas memberitahu dengan yakin.

"KAMU GILA?"

Anya keluar dari tempat persembunyiaannya, membuat kedua pria itu terkejut.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Atlas sembari menatap lekat Anya yang menatapnya dengan mata bergetar. Wanita itu seperti kebingungan. Namun, sorot matanya menyiratkan sesuatu. Dia mengetahui kebenarannya. Salah paham konyol yang membuatnya nyaris dipecat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status