Home / Rumah Tangga / Mendadak Nikah Kontrak / Bab 4 MNK : Napas Terakhirku

Share

Bab 4 MNK : Napas Terakhirku

Author: Liza Azhari
last update Last Updated: 2023-05-06 10:52:45

Jose mengangguk, meski dia tidak mengerti tempat yang disebutkan oleh Diego. Tak penting baginya, sekarang bisa berteman dengan orang kaya seperti Diego, itu bagus untuk kedepannya. 

Joana, istri dari Jose mengajak Diego untuk bergabung menikmati santapan hasil dari kebun. Joana mengolah sayuran yang dia petik di kebunnya sendiri. 

Diego mengangguk kecil saat mencicipi hidangan, dia memuji dalam hati masakan orang desa yang sangat kental akan rempah-rempah. 

"Apa pekerjaanmu?" tanya Diego di tengah acara makan mereka. Tatapannya tertuju pada Joana. 

Joana menoleh pada sang suami, kemudian menatap Diego dan menjawab, "Hanya membantu Jose di kebun." 

Diego mengangguk kecil. Dia menyudahi makannya dan menatap serius pada dua orang yang ada di hadapannya.  

"Apa kau mau bekerja untukku? Aku akan membuat restoran di daerah sini, kau bisa jadi koki?" 

Mata Joana berbinar, dia menatap senang dan memeluk Jose. "Aku bersedia," jawabnya sambil tersenyum menatap pemuda tampan itu. Tamu yang membawa rezeki kepada keluarga kecil Jose. 

"Itu bagus," kata Diego. 

Jose mengikuti Diego berkeliling dan mencari tempat untuk usaha baru yang akan dia rintis di desa itu. Diego sudah memikirkan untuk menghindar dari Abelin dan satu-satunya cara dia meninggalkan rumah itu, meski nantinya akan ada perdebatan di keluarga besar Gerardo. 

"Diego, sebenarnya kenapa kau berada di desa ini?" 

"Aku hanya ingin berbisnis," sahut Diego cuek. 

Jose mengangguk, dia menduga pemuda tampan itu pasti kabur dari rumahnya. Dia terus menelisik penampilan Diego yang memang seperti Tuan-tuan kaya. 

"Coba di Parada Store itu," tunjuk Jose pada bangunan berjajar. "Ini sudah perbatasan, akan ramai pengunjung karena dekat kota," timpal Jose kembali dengan sangat antusias. 

Diego mengangguk setuju. Dia tidak menyangka Jose paham cara berbisnis. 

"Aku pikir kau hanya tau berkebun," kata Diego. 

Sontak membuat Jose tertawa getir. "Dulu, aku seorang Tuan kaya. Memiliki banyak outlet pakaian dan raja parfum, pada akhirnya perebutan harta. Aku tersisih karena keluargaku yang begitu kejam merebut segalanya." 

Diego menatap Jose sekejap. Mereka kini berada di parkiran luas. Diego belum turun, dia menjadi penasaran tentang hidup Jose. 

"Apa kau bahagia hidup seperti ini?" 

Jose menatap Diego. "Ya, asal bersama orang-orang yang aku cintai," sahutnya. 

"Kau sudah menikah?" Jose mendadak ingin tahu status pemuda itu. 

 "Belum," sahut Diego. Dia keluar dari mobil dan berjalan menuju pada kantor Parada Store. 

Jose mengikuti langkah Diego. Mereka meminta tempat dan menyepakati pembayaran. Meski hanya bisa disewa, Diego tak mengurungkan niat bisnisnya. Biasanya dia selalu membeli, baginya itu lebih tepat daripada harus menyewa. 

Diego dan Jose menerima kunci sebuah bangunan yang berada di tengah-tengah Parada Store. Mereka membuka dengan segera dan mengamati tata letak bangunan tersebut. 

Diego menatap Jose. Segera Jose berucap, "Aku akan membagi tempat ini dengan baik. Biarkan kasir berada di depan, dengan meja yang memanjang sertakan sofa untuk bersantai." 

Diego mengangguk. Mereka kemudian pergi ke toko furniture membeli beberapa meja dan kursi. Diego juga membeli lukisan mahal untuk menunjang penampilan restoran barunya. Meski terbilang kecil dibandingkan dengan restoran pada umumnya yang berada di kota. Tapi ini cukup untuk bermain dalam takdir bagi Diego. 

Mereka kembali, di tengah perjalanan Diego berhenti pada outlet minuman. Cuaca yang panas membuatnya harus menenggak minuman agar kerongkongan dingin. Dia duduk dan mengamati desa tersebut, matanya memicing kala melihat ada seorang gadis yang berlari tanpa menggunakan alas kaki. Di belakangnya tak jauh, ada seorang lelaki tua yang mengejarnya dengan membawa parang serta cambuk. 

"Tambah satu minuman," kata Diego. Dia meraih kacamata sensor, mengidentifikasi dari jarak jauh. Hembusan napasnya begitu berat, dia segera membayar minuman dan memasuki mobilnya yang terbuka. 

Jose nampak kebingungan karena arah mobil Diego seperti ke arah pegunungan yang jalannya sedikit terjal. Dia berpegang kuat pada sisi mobil. 

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Jose gugup. 

"Kau tunggu di sini," perintah Diego. Dia melompat keluar mobil dan segera berlari, menghilang ke sisi hutan. 

"Mau apa dia?" gumam Jose begitu khawatir. 

Jose menggeledah mobil besar Diego. Entah kenapa hatinya risau. Dia menemukan dua pistol di balik jok. Tangannya bergetar, dia bergumam kecil, "Apa dia mafia?" 

•••

Lelaki tua itu memberikan sumpah serapahnya kepada gadis yang dia kejar. Meski kaki gadis itu terluka parah, dia tidak berhenti melarikan diri. 

"Berhenti kau anak si4lan! Turuti mauku atau kau mati!" Teriakan dari lelaki tua itu mengalihkan atensi Diego. 

Diego melewati beberapa pohon yang menjulang, menghambat langkahnya. Dia sedikit heran kenapa orang berlari ke arah hutan ini. Meski begitu dia penasaran dan hendak segera menemukan perempuan tadi. 

Napasnya memburu, dia memegang kepalanya dan bersembunyi di bawah semak belukar di ujung tebing. Meski berisiko, gadis itu tetap mengapit kedua kakinya dengan tangan yang gemetar ketakutan. Bahkan tangannya terasa perih dengan beberapa luka. Dia menahan napasnya, menoleh ke kanan. 

"Alexa … keluar kau gadis si4lan!" 

Lelaki tua itu menebas ranting-ranting yang menghalangi jalannya. Bunyi ranting patah yang diinjak dan ditendang, membuat Alexa semakin mengeratkan pelukan pada kakinya. Makian demi makian membuatnya semakin ketakutan, apalagi ancaman akan dibunuh. 

"Kau mencoba bermain denganku! Hah, benar-benar si4lan! Kau mau mati rupanya!" hardik Lukas. Wajahnya memerah karena amarah yang kian meledak. Dia ingin melampiaskan kekesalannya pada anak kandungnya itu. 

Air mata Alexa jatuh, dia menangis dalam diam dengan kepedihan yang menyayat hati. Di desa, dia tak memiliki siapa pun untuk berlindung dari keberingasan sang ayah. Hatinya hancur, dia wanita lemah dan tak mampu melawan. Tak mungkin juga baginya untuk bunuh diri, dia selalu berharap akan memiliki nasib baik kedepannya. 

"Tuhan, kirim aku malaikatmu," ucapnya dalam hati. 

Lukas semakin mendekat, dia menatap daun yang terdapat darah. Dia yakin itu darah Alexa, dengan seringaian Lukas berjalan mendekat. Dia menebas apa saja yang ada di hadapannya. 

"Keluar atau kau mati, Alexa," desis Lukas dengan mengeratkan parang serta tali cambuk yang kuat dan kokoh. 

Tali itu berulang kali dipukulkan pada tubuh Alexa. Dia sering dicambuk saat ayahnya pulang dalam keadaan mabuk. Apalagi saat kalah judi, maka Alexa lah yang akan menerima kemarahannya. Berulang kali Alexa mencoba melarikan diri, namun selalu ditangkap oleh anak buah Lukas.  

Alexa tak ingin mati, dia ingin tetap hidup dan pergi dari desa itu. Dia sudah berlari sejauh mungkin hingga memasuki desa lain. Kini harapan untuk tetap hidup hanya seujung kuku baginya. Dia tak bisa lagi lari menuju kota, kakinya terluka parah karena berlari melewati dua desa. 

"Ini napas terakhirku," lirihnya menangis sambil memejamkan matanya. Dia tahu Lukas sudah dekat dengan persembunyiannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 14 MNK : Kepedulian Diego

    Kevin segera datang kala Diego menelponnya. Lelaki tampan itu tergesa-gesa hingga berada di depan pintu kamar rawat Alexa. Tok tok tok "Masuklah!" Kevin menyentuh keningnya kala melihat Alexa yang duduk di atas ranjang. Matanya memindai ruangan. "Berikan ponselmu," ujar Diego. Kevin memberikan satu ponsel kepada Diego. Sahabatnya itu melihat kembali rekaman CCTV saat keluarganya datang berkunjung. Saat melihat handuknya jatuh, Diego segera bertanya, "Apakah kau selalu mengecek hasil rekaman di sini?" Kepala Kevin bergerak ke samping, sedikit, tampak ia heran mendengar pertanyaan itu. "Tidak. Aku tahu batasan, kurasa kau pasti akan membuatku mimisan jika aku lancang membukanya, kan?" tanya Kevin balik. Diego menatap pria yang tengah menatapnya itu. "Hari ini hewan tarantula ada di atas selimut Alexa. Mungkin besok hewan berbahaya lainnya juga akan menyerang istriku di sini," katanya. Kevin terperangah, sejurus kemudian ia menggeleng bingung. "Lalu, siapa yang kau curiga

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 13 MNK : Obsesi Yang Berbahaya

    Andrea mendekat saat ia menyadari menantunya itu membuka mata. "Alexa, kau sadar, Sayang." Andrea mengusap lembut tangan istri dari anaknya. Alexa mengamati wajah Andrea. "Ma, apa aku masih hidup?" Andrea mengangguk. "Tuhan mengabulkan doa kami. Kau mau minum?" Alexa mengangguk pelan. Andrea mengambilkan air minum, dia membantu menantunya untuk bangun. "Suamiku di mana?" tanya Alexa lirih. "Aku di sini," sahut Diego yang baru saja memasuki kamar rawat sang istri. Ia tersenyum, menghampiri Alexa dan mengecup kening istrinya dengan lama. 'Tuhan, aku ingin tetap hidup. Aku ingin terus bersama pria ini,' batin Alexa. Andrea mengusap pundak Diego. "Mama tunggu di luar saja, ya. Beri makan untuk Alexa agar dia punya tenaga," ujar Andrea. Diego menatap lekat wajah Alexa. "Aku bersyukur kau selamat. Maafkan aku, Alexa." "Ini bukan salahmu. Aku yang kurang hati-hati." Diego membujuk istrinya untuk makan terlebih dahulu. Meski ia begitu penasaran dengan kejadian yang membuatnya takut

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 12 MNK : Alibi

    Abelin yang terkejut, tangannya bergerak cepat hendak menyimpan pisau miliknya. Namun, tajamnya pisau itu menggores lengan Alexa hingga berdarah."Siapa kau sebenarnya?" sergah Diego.Abelin sigap menghindar, wajahnya yang tertutup selendang yang dililit ke kepala itu membuat Diego tak mengenalinya. Apalagi Abelin datang dengan menggunakan pakaian serba baru dan sengaja memilih pakaian yang jauh berbeda dari pakaian yang biasa ia pakai.Aksi tangkap-menangkap itu membuat Abelin terpaksa melukai sang paman, dia juga melempar beberapa barang di dalam ruangan itu kepada Diego. Diego menangkap tubuh Abelin dari belakang. "Siapa yang mengirimmu?" Tangan Diego menarik selendang, ia sedikit kesulitan karena Abelin yang memberontak. Gadis itu sedikit memutar tubuhnya, dia melindungi wajah dengan satu tangannya dan menendang pusaka berharga milik Diego. Pekikan itu menggema, Diego memegangi pusaka kelelakian miliknya. Abelin berhasil lolos."Sialan!" geram Diego. "Astaga!" Diego berjalan se

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 11 MNK : Kemarahan Diego

    Diego dan Kevin berlarian memasuki rumah sakit. Diego terus menelpon Andrea untuk menanyakan ruangan sang istri. "Mama." Diego menghampiri dan menyambut tangan sang ibu. "Istrimu di dalam sedang ditangani dokter dan teamnya. Doakan agar ia selamat," ucap Andrea. Diego berbalik menatap tajam pada sang keponakan yang tersenyum kecil menatapnya. "Paman … tadi aku–" "Tutup mulutmu!" Anggota keluarga yang lain terkejut saat mendengar Diego membentak Abelin. Andrea mengusap lengan sang putra. "Jangan memarahinya," ucap lembut Andrea. "Aku mau dengar kronologinya," kata Diego. Andrea menjelaskan sesuai yang ia tahu. Rahang Diego mengeras, ia yakin kalau di apel tersebut diberi racun oleh Abelin. "Apa kakek tahu masalah ini?" tanya Diego menatap Andrea. Ibunya mengangguk pelan. Dia terus menenangkan putranya. "Kau pasti sengaja, kan, Abelin?" tanya Diego penuh penekanan. "Aku tidak melakukan apa pun," bantah Abelin tenang. Kevin mengamati raut wajah gadis itu. Kondisi seperti ini

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 10 MNK : Keracunan

    Diego menutup kembali pintu kamarnya dan meminta Abelin untuk menunggu di depan pintu kamar. Diego menghampiri Alexa dan berucap, "Di depan kamar ada Abelin. Katanya ia ingin berkenalan denganmu. Kau handle dia, jangan sampai ia curiga. Jangan menjawab pertanyaannya jika itu seputar masalah pribadi kita. Kau paham Alexa?" Alexa mengangguk. Alexa dan Diego keluar kamar, mereka menemui Abelin yang duduk di kursi dengan memangku keranjang buah-buahan. "Halo, Bibi, selamat pagi." Abelin menyambut dengan tersenyum lembut. Matanya terus mengamati wanita itu. Wanita yang mencuri cinta sang Paman. Tubuh Abelin sedikit bergetar, ia terus menekan dan menyembunyikan amarahnya dengan baik. Alexa tersenyum dan duduk di sebelah Abelin. "Selamat pagi juga," sapanya lembut. Diego duduk tak jauh dari tempat sang istri. Ia akan mengamati sebelum berangkat bekerja. Sedangkan Abelin menawarkan buah-buahan untuk Alexa. 'Sepertinya tidak ada yang mencurigakan,' batin Diego. Dia mendekat pada sang

  • Mendadak Nikah Kontrak    Bab 9 MNK : Senyum Yang Mengerikan

    Alexa tak ingin lagi belajar melukis. Dia hanya tersenyum kecil saat memikirkan lukisan yang indah, namun bertolak belakang dengan kehidupannya yang tak indah dan penuh derita. 'Semoga aku bisa bertahan di keluarga ini,' batin Alexa cemas. Selain Tuan Gerardo marah dan sepertinya menolak pernikahan mereka, sekarang ditambah lagi dengan keponakan dari suaminya. Alexa menghela napas panjang memikirkan hal apa lagi yang akan ia hadapi di rumah besar itu. "Aku akan pulang, kalian berhati-hatilah dan bersiap. Kemungkinan Abelin akan menyusahkan kalian nantinya," ucap Kevin. Dia mengambil langkah panjang dan segera memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumah besar keluarga Gerardo. Diego menatap lamat wajah sang istri. "Kau siap, kan?" Alexa mengangguk kecil. Mereka kembali ke dalam rumah, seakan tidak ada hal besar yang terjadi. Semua keluarga berkumpul untuk makan malam. Tuan Gerardo ditemani oleh Bibi Ramona memasuki ruang makan. Melihat anggota yang tak komplit, ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status