Killian sendiri menengadahkan kepalanya dengan mulut terbuka, dia kesulitan bernapas karena hidungnya yang berdarah harus tersumpal tishu. Berkali-kali pria itu berkaca pada cermin untuk memastkan jika struktur hidungnya yang sempurna tidak mengalami perubahan akibat tonjokan yang sangat kuat dari tangan Eleanor yang sekeras batu.
Beruntung saja, upacara pernikahan sudah selesai sehingga dia bisa melepas setelan putihnya yang telah ternodai darah dari hidung. Sial betul nasib Killian hari ini, selain harus kehilangan kebebasan hidupnya kerena menikahi perempuan kolot dan membosankan, tanpa terduga dia juga dihajar didepan umum saat sesi photo. Entah jenis setan apa yang sudah merasuki Eleanor Roven hari ini, perempuan selemah lembaran tishu itu tiba-tiba memiliki kekuatan sampai berhasil membuatnya terjungkal. Killian mendengus geli, pikirannya menduga-duga bahwa alasan Eleanor menghajarnya karena Killian sempat mengejeknya ketika mereka masih berdiri di altar. “Nanti adalah malam pertama kita, karena kau membosankan, apa aku harus memanggil wanita lain untuk mengajarimu dan kita melakukan threesome?” bisikan itu Killian ucapkan tepat setelah mengucap janji dan bertukar cincin. Masih Killian ingat wajah merah padam Eleanor, matanya penuh kilatan kemarahan yang terhina karena mendengar kata-kata kotor setelah beberapa detik mereka mengikrarkan janji suci pernikahan. Sepertinya, Eleanor dendam karena perkataan itu. Tidak terbayangkan jika Eleanor menghajarnya saat tadi mereka masih di altar, mungkin itu akan jauh lebih seru dan Killian memiliki alasan untuk langsung menceraikannya. “Berhenti senyum-senyum sendiri, lihatlah isterimu yang sedang sakit!” tegur Jennifer Morgan, ibunya Killian. “Nanti saja, Ibu tidak lihat aku juga sedang sakit?” elak Killian menolak bertemu dengan isterinya. “Eleanor sangat membutuhkan dukunganmu Killian,” tekan Jenifer memperingatkan. “Anak Ibu itu sebenarnya siapa? Kenapa Ibu lebih sayang Eleanor dibandingkan denganku? Ibu tidak lihat tadi Eleanor menghajarku? Sekarang aku ini korban kekerasan dalam rumah tangga,” protes Killian tersulut kemarahan. Sebelum mendengarkan omelan ibunya lagi, Killian terburu-buru beranjak dan memilih pergi menemui teman-temannya yang tengah beristirahat dibandingkan menemui isterinya yang membosankan itu. Lagipula, tidak ada gunanya menemui Eleanor, mereka berdua tidak pernah terlibat percakapan normal karena wanita itu lebih suka diam membisu seperti pajangan rumah. Sementara itu... Setelah terjatuh pingsan, Shanie sempat berlari kabur meninggalkan kamar, lalu berteriak histeris seperti orang gila saat tidak sengaja melihat wajah yang tidak dikenalinya muncul di dinding lift, Shanie akhirnya kembali jatuh pingsan, lagi dan lagi. Untuk memastikan bahwa dia tidak sedang berhalusinasi usai dibrondong peluru di medan perang, Shanie sampai melukai punggung tangannya hingga berdarah hanya untuk bisa merasakan sakit yang lebih nyata memastikan jika dia tidak gila. Saat Shanie berencana mengatakan siapa dirinya pada dokter, dia justru kehilangan suara dan lidahnya terkunci seakan ada sesuatu yang menahannya agar tidak buka suara. Sudah ada dua dokter yang datang dan memeriksanya, namun kedua dokter itu kesulitan mendiagnosa apa yang sebenarnya telah terjadi pada Eleanor Roven karena kondisi tubuhnya baik-baik saja. Kini, Shanie hanya bisa terbaring di ranjang karena kelelahan. Lebih dari dua jam, Shanie diam bengong seperti patung, masih shock tidak mempercayai keadaannya sekarang yang telah terperangkap dalam tubuh perempuan asing. Shanie terus bertanya-tanya, jika dia terperangkap dalam tubuh Eleanor Roven, lalu kemana perginya jiwa Eleanor sekarang? “Tanggal berapa sekarang?” tanya Shanie mulai bangkit dan melihat pintu kamar hotelnya yang setengah terbuka. Dibalik pintu itu, terdapat ayah dan assistant Eleanor Roven yang tengah mengintip dengan wajah penuh kekhwatiran karena sikap aneh Eleanor Roven seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya. “Oi!” panggil Shanie dengan kaki bersila, masih menggunakan gaun pengantinnya dan keadaan rambut yang acak-acakan. “Anda memanggil saya, Nona?” tanya Yanjing dengan senyuman kaku. “Ya, siapa saja,” jawab Shanie. Hardy yang terlampau khawatir langsung mendorong Yanjing untuk masuk ke dalam. “Ada yang bisa saya bantu Nona?” tanya Yanjing begitu berdiri di hadapan Shanie yang terperangkap dalam tubuh Eleanor. “Coba perlihatkan kalender di handponemu,” pinta Shanie. Yanjing terburu-buru mengeluarkan handponenya dan memperlihatkan tanggal di kalender yang menunjukan tanggal 25 Mei 2025. Hari ini, adalah hari dan tanggal yang sama dengan Shanie yang seharusnya berada di Burkina Faso tengah berperang. Dilihatlah lagi Yanjing dengan serius. “Coba kau sebutkan, aku ini siapa dan kenapa aku ada disini?” “Tuan Hardy! Nona Eleanor hilang ingatan!” teriak Yanjing berlari keluar tanpa memberikan jawaban yang diinginkan Shanie.Eleanor terdiam dibawah penantian Killian yang meminta perdamaian untuk mengakhiri pertengkaran dan membersihkan segala kecurigaan.Cerita Killian telah berhasil membuat Eleanor merasa cukup tenang. Sepenuhnya dia percaya bahwa pria itu telah bicara jujur karena Eleanor tahu, Killian Morgan bukanlah seseorang yang mudah menjelaskan sesuatu hal pribadi tentang dirinya, sekalinya bersuara pria pasti bukan berbicara omong kosong.Killian cenderung membiarkan orang lain sibuk dengan pemikirannya sendiri, dia tidak peduli jika orang-orang membencinya atau memusuhinya. Namun, jika Killian sampai bersedia merepotkan diri bercerita, setidaknya pria itu menunjukan diri bahwa dia ingin pernikahan ini.Masalahnya, Eleanor kesulitan untuk berdamai begitu saja. Killian terlalu menyederhanakan masalah yang ada, seakan cukup dengan mengakui apa telah terjadi, semuanya akan selesai begitu saja.Eleanor masih bertanya, apakah Killian dapat menjamin bahwa masalahnya dengan Miranda akan diselesaikan de
Hangat deru napas Killian menyapu pipi Eleanor, tangannya yang terkunci dan tubuh yang ditekan tidak menguntungkan Eleanor yang tengah terluka. Killian menarik napasnya dalam-dalam menghirup aroma lembut rambut Eleanor yang berantakan di bantal, pria itu memaki dirinya sendiri dalam hati, berteriak agar tetap mempertahankan akal sehatnya dan tidak terkalahkan oleh gairah yang mulai menyala. Pertengkaran ini harus segera diselesaikan terlebih dahulu sebelum melanjutkannya pada hal-hal lain. Melihat ketegangan Eleanor yang mulai menurun, perlahan akhirnya Killian melepaskan genggamannya dan membalik tubuh Eleanor agar terlentang.Napas Eleanor yang terengah terdengar, ditengah kemarahannya yang dia menatap waspada Killian yang tidak pernah bisa Eleanor baca gerak-geriknya akan melakukan apa.Jiwa Shanie bersumpah, dia tidak akan pernah memaafkan Killian jika pria itu memperkosanya seperti apa yanga pernah dia lakukan dulu saat menyekap Shanie.Killian meraih wajah Eleanor dan mengusa
Pertengkaran masih berlangsung di sisa-sisa malam yang beberapa jam lagi akan segera berganti pagi. Penyangkalan Killian yang tidak mengakui bahwa dia memiliki anak dengan Miranda ternyata masih belum cukup membuat Eleanor percaya jika suaminya berkata jujur.Bagi Eleanor yang berjiwa Shanie, sekaligus perempuan yang dulu pernah jadi korban permainan Killian, ia tahu betul bahwa lelaki yang tidak pernah bisa cukup dengan satu wanita adalah laki-laki yang sangat pandai berbohong.Bukan sesuatu yang mustahil jika Killian juga telah membohongi Eleanor.Eleanor Roven bukan anak kecil lagi, dia butuh bukti yang kuat bukan sekadar pengakuan. Besok dia akan bertemu dengan Miranda, dan Eleanor yakin bahwa wanita itu akan menggunakan anak sebagai senjata untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Killian, mengancurkan semangat Eleanor yang tengah mendapatkan banyak ujian.Miranda akan memukul telak Eleanor yang tengah rapuh dengan pengakuannya.Eleanor akan memilih masa depannya setelah dia t
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Killian dengan suara yang dalam , sorot matanya menuntut lebih dari apa yang telah dia tanyakan. Killian mempertanyakan setiap kemiripan yang bukan lagi sebuah kebetulan. Sepanjang hidupnya, Killian telah bertemu berbagai jenis orang dengan kesan yang berbeda. Namun, hanya orang-orang tertentu yang memiliki kenangan penting di kepalanya dan Killian ingat betul siapa orang yang pernah berani mengomentari kepribadiannya yang rumit. Shanie Spancer. Malam ini, Eleanor mengulangi kata-kata yang sama persis dengan apa yang dulu pernah Shanie Spancer ucapkan dengan lantang tentang dirinya. Sebelumnya Killian sempat berpikir bahwa dia banyak berhalusinasi, namun sekarang ia yakin bahwa ini semua bukan lagi halusinasi dan kebetulan semata, dan Killian mulai sadar jika Eleanor Roven yang dia kenal selama ini berbeda dengan Eleanor yang tengah berdiri di hadapannya sekarang. Cara berbicara Eleanor, tatapannya dan prilakunya semuanya begitu mirip dengan Sh
Eleanor memegang erat cup es krim ditangannya, keinginannya untuk memakan sesuatu yang manis dan mendapatkan sejenak ketenangan berubah menjadi tekanan baru.Killian, pria itu tidak henti memandangnya dengan tatapan yang aneh, matanya yang tidak berhenti mengawasi seperti bola liar yang ingin membakar.Tatapannya membawa sensasi déjà vu. Jiwa Shanie telah mengingat segalanya tentang Killian, termasuk tentang obsesi pada Shanie.Dulu, Shanie sadar sepenuhnya bahwa obsesi Killian adalah suatu perasaan yang tidak terkendali, dia membiarkannya bergulir begitu saja dia kesepian.Cinta yang Killian tawarkan seperti cahaya penerang dalam hidupnya yang gelap dan sepi.Baginya, obsesi bukanlah sebuah kejahatan jika tidak menyakiti dan memberatkan pihak manapun.Dulu, Shanie meninggalkan Killian bukan karena dia tidak mencintainya. Shanie meninggalkannya karena telah dikhianati oleh cinta pertamanya, oleh pria yang sudah Shanie anggap segalanya, pria yang membuat Shanie percaya bahwa dia juga p
“Besok, semua pekerjaan ini harus selesai. Saya harap Anda tidak melewatkannya satupun.” Niki meletekan tumpukan dokumen yang dibawanya ke meja berlapis kaca.Killian meneguk anggurnya perlahan, dibalik kacamata yang dia kenakan pria itu menghitung ada berapa document yang harus diperiksanya malam ini setelah ditinggal dua hari lamanya. “Kau tidak mengerjakannya satupun untukku? assistantku kan bukan hanya kau saja.”Niki tersenyum dengan kantung matanya yang bengkak menghitam. “Anda tidak lihat mata saya, Tuan? Saya sudah mengerjakan semua sampai melewati jam kerja. Tapi pekerjaan yang ini membutuhkan keputusan dan tanda tangan Anda,” jawabnya menepuk-nepuk tumpukan document yang mengantri untuk diperiksa. “Besok Anda harus datang bekerja dan meminpin rapat, saya tidak mau tahu!” perintah Niki dengan penuh tekanan. Killian meneguk anggurnya sampai gelas kosong. pria itu membuang napasnya dengan berat, lalu akhirnya berkata, “Kau sudah dengar kabar kematian Thomas?”Alis Niki sediki