Share

Mendadak dipinang Ustaz Idaman
Mendadak dipinang Ustaz Idaman
Author: Ranum Aksara

Skandal sang Ustaz

Author: Ranum Aksara
last update Last Updated: 2025-12-16 10:40:32

“Orangnya tampan, mapan, kaya raya. Paham agama pula. Yang seperti itu masa kamu tolak?”

Chacha menghela napas panjang mendengar bujuk rayu ibunya. Sekali lagi, wanita paruh baya itu menghubunginya untuk pulang, sekaligus menyampaikan lamaran yang datang. Kali ini dari pria pemilik usaha toko baju yang cukup besar di kampungnya.

Namun, dari foto yang dikirimkan sang ibu pun Chacha tahu kalau standar “tampan” menurut wanita yang melahirkannya itu cukup rendah. Istilah kaya raya dan mapan pun sama saja.

Chacha mungkin akan hidup berkecupan, benar. Tapi ia enggan melepaskan pekerjaannya sebagai dokter–sesuatu yang dituntut oleh pria itu. Dan, lagi Chacha belum siap membangun hubungan baru lagi.

Jika Chacha tidak bekerja, bagaimana ia bisa bertahan jika sewaktu-waktu suaminya meninggalkannya–sama seperti ibunya dulu?

“Nduk? Pulang ya?” bujuk ibunya lagi lantaran Chacha tidak kunjung menjawab. “Percaya sama Ibu. Kamu tidak akan hidup susah kalau menikah.”

“Aku belum bisa pulang, Bu.” Akhirnya Chacha menjawab. “Belum sempat. Banyak kerjaan.”

“Sempatkanlah buat bicara pernikahan. Kamu sudah 25 tahun. Mau menunggu sampai kapan?”

“Aku masih muda, Bu–”

“Setiap hari kamu sibuk di klinik. Bekerja. Kapan dapat jodohnya?” Suara sang ibu terdengar frustrasi. “Pokoknya, kamu harus pulang akhir minggu depan kalau kamu masih mau jadi anak Ibu. Titik!”

Telepon langsung ditutup setelahnya. Membuat Chacha menghela napas.

Dia bukannya tidak mau memenuhi tuntutan sang ibu, tapi pengalaman percintaannya terakhir kali membuat Chacha enggan.

Bagaimana jika calon suami yang dipilihkan oleh sang ibu nanti tahu rahasia Chacha dan turut meninggalkannya seperti mantannya dulu?

Chacha tidak mau dicampakkan sekali lagi. Sudah cukup betapa hancur hidupnya dulu, dicampakkan oleh pria yang ia anggap sebagai imam.

Gadis itu kemudian menatap lorong klinik yang sepi. Seringnya, hampir tidak ada pasien saat ia berjaga. 

Fokusnya kemudian kembali ke ponsel, lalu membuka media sosialnya yang belum sempat ia buka seharian.

Ia melihat teman-temannya mengunggah video trending yang sama. Penasaran, Chacha membuka postingan salah satu akun dakwah yang memiliki puluhan ribu pengikut. 

Postingan itu berisi video seorang perempuan muda mengenakan masker hitam yang tengah berbicara sambil menangis memegangi perutnya.

“Aku nggak bakal minta tolong di depan umum seperti ini kalau dia mau tanggung jawab. Kami memang belum menikah secara resmi, tapi pernah menikah siri. Dia harusnya mau mengakui anak ini, kan? Ini anak kita, Ustaz Birru.”

Pengakuan dan Isak tangis perempuan itu terdengar terbata-bata. 

Kening Chacha mengernyit. “Bodoh! Mau-maunya nikah siri. Nggak ustaz nggak player sama aja, kalau udah gini laki-laki seperti apa yang bisa dipercaya?” gumam Chacha sendiri. 

Penasaran dengan pendapat netizen yang lain, Chacha menggulir kolom komentar.

[Paham sih kenapa mau-maunya nikah siri. Ceramah Ustaz Birru kan sering bikin baper. Ganteng lagi.]

[Laki-laki semuanya sama, sekelas ustaz yang setiap hari membahas kemuliaan wanita saja ternyata menghamili anak orang. Tanggung jawab, Gus.]

[Cari dong ke pesantrennya, kenapa koar-koar di sini?]

[Modus ini mah, biar jadi istrinya Ustaz Birru.]

Di bawahnya masih ada ratusan komentar lain dari yang pedasnya menggila sampai yang membela, semuanya ada. Chacha tidak mau ambil pusing. 

Rasanya ia pernah mendengar nama ustaz itu tapi tidak terlalu mengingatnya. Ia tidak suka dengan pria yang terlalu agamis. Masa lalu mengajarkan dia kalau yang berkedok agama justru orang yang paling menyakitinya sejauh ini. Terbukti lagi dengan video barusan.

Tiba-tiba, terdengar keributan di depan klinik. Membuat perhatian Chacha teralihkan.

“Dokter, tolong!” seru salah seorang pria muda. Tangannya memapah pria yang terlihat sangat kacau. “Ada pasien!”

Wajah pria yang dipapah itu tampak pucat, sementara seluruh tubuhnya basah kuyup dan ada beberapa luka berdarah di dahi dan pipinya. kakinya juga kesulitan untuk berjalan.

Langsung saja, Chacha menyimpan ponselnya.

“Bawa masuk,” titah Chacha segera.

“Kejadiannya bagaimana?” tanya Chacha sembari meraih stetoskop dan kotak obatnya.

“Ustaz Birru kecelakaan, dok. Di jalan besar, persimpangan bawah. Mungkin beliau capek terus mengantuk, kebetulan sedang menyetir sendiri.” 

Degh! Ustaz Birru? 

Bukankah itu nama ustaz yang lagi viral tadi? Yang katanya meninggalkan wanita setelah menghamili?

Namun, ia tetap bersikap profesional.

Di bawah cahaya terang lampu neon, Chacha mulai cekatan mempersiapkan kain kasa, cairan pembersih luka dan plester. 

“Permisi, ustaz. Maaf, izin periksa,” kata Chacha ketika ingin menempelkan stetoskop pada dada Birru.

Pria itu mengangguk pelan. Satu per satu luka di wajahnya Chacha bersihkan, kemudian menutupnya dengan perban.

Sepanjang prosesnya, pria itu hanya menatap lekat wajah Chacha, seolah sedang memikirkan sesuatu–atau mencoba mengingat sesuatu. Namun, Chacha tidak banyak berpikir mengenai hal itu. 

Hujan mengguyur makin deras, tapi dari jendela kaca Chacha melihat beberapa orang tengah melongok ke dalam. 

Sepertinya mereka orang-orang yang butuh berita. Sialnya, saat itu hanya ada dia dan sang ustaz di dalam karena santri yang mengantar tadi sedang mengambilkan baju ganti di pesantren yang letaknya tidak jauh dari klinik.

Mereka berada di ruangan yang berbeda, Chacha di ruang pendaftaran sementara ustaz Birru ada di ruang periksa. 

Namun, beberapa menit kemudian Chacha terpaksa masuk lagi ke ruang periksa karena ponsel yang tergeletak di lantai berdering terus menerus sejak tadi. Pasti saat membawa Birru masuk tidak ada yang sadar kalau ponselnya jatuh.

“Maaf, Ustaz, ponselnya jatuh,” Chacha meletakan ponsel di samping sang ustaz. “Dari tadi bunyi terus, siapa tahu penting.”

Birru melirik sekilas, “Dok, boleh minta tolong?”

“Ya, ada yang sakit?”

“Dokter sudah menikah?”

Chacha mengernyit. “Belum.”

“Ada calon?”

“Kenapa Anda bertanya?”

Albirru membetulkan posisinya di tempat tidur, sebelum berkata, “Menikahlah dengan saya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Kesabaran diuji

    Chacha benar-benar dibuat berpikir keras oleh suaminya. Bagaimana tidak, setelah menenangkannya menghadapi komentar pedas netizen dia lalu menghilang. Berpamitan akan mengurus beberapa pekerjaan di ruang kerjanya, hingga malam hari belum keluar. “Chalya,” Birru menghampiri Chacha di ruang tengah. Gadis itu menghela napas. Akhirnya Chacha mendengar panggilan itu juga. Bukan dia sangat mengharapkan, Chacha hanya tidak tahu saja harus melakukan apa di rumah besar itu. Nonton tv sudah, beres-beres sudah, scroll media sosial? Chacha tidak akan melakukannya. Hanya akan menambah beban mental saja. “Yaa?” “Mm, mau makan di luar?” tawar Birru. Chacha kontan mengangguk. “Aku siap-siap dulu, bentar.” Tidak berselang lama, Chacha berlarian kecil menuruni tangga sudah mengganti pakaiannya dengan gamis simpel warna hitam, lengkap dengan hijabnya juga. Sampai di bawah Birru mempersilahkan dia untuk jalan lebih dulu. Di depan rumah ada dua mobil yang terlihat sudah siap, Chacha menghentikan

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Netizen Julid

    Birru terkekeh geli, “Suka parfumnya?”Istri barunya itu nyaris tersedak ludahnya sendiri, dia masih tidak sadar kalau jarak di antara mereka tersisa beberapa inch saja. Ia buru-buru memperbaiki posisinya. Memalingkan wajah untuk menutup wajah, Chacha benar-benar ingin menghilang darii bumi saat itu juga.“Sarapan di kantin aja, mau?” tawar Birru. Biasanya ada Delfin yang mengurus sarapannya, tapi pria itu pasti juga tidak ingin mengganggu Birru, yang baru saja menyandang status pasutri baru.“Kantin mana?”“Kantin pesantren, enak-enak kok makanannya. Mau coba?”Sebelum mereka benar-benar keluar rumah, ponsel Birru berdering. Ia tahu dari semalam berita tentang perrnikahannya kembali menjadi trending di beberapa platform. Selain ucapan selamat dan pujian untuk Chacha, ada beberapa hate komen juga yang nylekit.“Mas,” panggil Chacha, gadis itu sudah berdiri siap menunggu di depan pintu.“Iyaa? Bentar,” Birru tampak tenang, tapi gelagatnya menunjukan bahwa ada sesuatu hal berat sedang m

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Hari Pertama Menjadi Istri

    Chacha mengangguk, “Ok, satu lagi. Kita … nggak tidur sekamar, kan?” Pertanyaan Chacha yang terdengar gamang itu, ia lontarkan dengan memiringkan badannya sedikit. Harap-harap cemas, takut jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kepalanya.“Nggak. Saya tidur di bawah, saya juga belum terbiasa dengan orang asing.” Jawaban yang sederhana, singkat dan … menohok.Chacha diam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. Bukan perkara kamar yang terpisah tapi kata ‘orang asing’ nya. Padahal pria itu yang memintanya untuk menikah, seolah Chacha yang memaksanya.“Kemarin umma yang beresin kamar atas jadi barang-barang saya masih di sana. Mungkin besok baru saya pindah,” lanjut Birru.“Oh, iyaa. Nggak masalah, ya udah kalau gitu, aku naik dulu,” pamit Chacha buru-buru.“Sebentar,” sela Birru cepat. “Saya mau bilang kalau, saya suami kamu. Mulai sekarang biasakan jangan panggil saya ustaz terus.”“Terus, panggil apa?” Chacha balik menanyainya.Birru melirik sekilas, “Terserah,”“Mm, mas

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Suami-istri

    Birru menuntun Chacha melewati rumah ndalem, menuju bangunan lain yang ada di belakang asrama santri putra. Langkah mereka terhenti di halaman depan rumah berlantai dua dengan dominan warna beige bergaya American klasik yang anggun. Seperti rumah yang biasa Chacha liat di feed pinterest.“Ini …” suara Chacha menggantung di udara. Namun, tetap saja matanya terus menatap takjub dan suka bersamaan pada pemandangan di depannya.“Rumah kita,” sahut Birru santai, mempersilahkan Chacha untuk masuk lebih dulu setelah membuka kuncinya.Chacha sempat mengeluh pada Allah karena harus dipertemukan dengan pria asing yang seenaknya saja mengajak menikah. Walau sebenarnya Chacha banyak diuntungkan juga, daripada menikahi om-om pemilik toko lebih baik menjadi istri Albirru yang masih muda dan nyatanya jauh lebih tampan.Memasuki rumah lebih dalam, Chacha disambut oleh kucing ras Persia berwarna putih dengan bulu lebat. Chacha reflek menggendongnya dan mengayun-ayun gemas.“Namanya Moly,” ujar Birru

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Menikah

    Sesuai rencana dua keluarga, pernikahan keduanya digelar di pesantren dengan konsep tertutup. Hanya dua keluarga dan kerabat saja yang hadir di sana, tapi cukup untuk memberitahu pada seluruh netizen yang terhormat kalau status Chalya Medina dan Zayn Albirru saat ini adalah sepasang suami istri.Mentari hangat menyapa pesantren Al-Muntazhar. Angin sejuk menerbangkan aroma tanah basah sisa hujan semalam. Jam menunjukan pukul 09:00. Pagi yang sejak kemarin redup tertutup kabut tebal, hari ini terasa mendukung momen dua manusia yang akan berikrar janji suci di hadapan Allah.Ruang tamu ndalem yang cukup luas disulap menjadi tempat sakral dengan dekorasi dominan warna putih. Ada dua rangkaian bunga-bunga putih tersusun sangat rapi di tiap sudut ruangan tersebut. Di dalamnya dua keluarga duduk saling berdampingan menyimak dengan khidmat rangkaian akad yang baru saja dilaksanakan.Suara Birru saat mengucapkan akad menggema di seluruh penjuru pesantren, memunculkan decak kagum sekaligus

  • Mendadak dipinang Ustaz Idaman   Saya Bersedia

    “Apa–siapa ini?” Fahri langsung merengut mendapati kehadiran Birru.Chacha mengernyit. Tidak mungkin Fahri tidak mengenali Birru, mengingat Birru merupakan ustaz populer. Semua konten-konten dan acara live dakwahnya selalu penuh oleh anggota majelis baik laki-laki maupun perempuan muda, Namun, jika diperhatikan lagi, penampilan Birru memang sedang tidak seperti biasanya. Wajahnya luka-luka–bahkan sedikit bengkak. Sementara penampilannya tampak sedikit kumuh.Meski begitu, suaranya masih tenang seperti saat membawakan kajian, saat mengatakan, “Tidak boleh berisik di klinik.”Fahri jelas tidak terima ditegur seperti itu.“Eh, kamu–!”“Sepertinya perban Anda akan terlepas, Pak,” sela Chacha buru-buru, berkata pada Birru. “Mari ikut saya.”Tanpa menunggu respons, Chacha membawa Birru ke bilik lain agar lebih aman.“Itu mantan Dokter?” Chacha mendongak pada pria yang tengah berjalan tertatih itu. Birru tengah menatapnya dengan raut wajah serius.“Ustaz dengar?” gumam Chacha, mengalihkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status