Share

Malam penuh semangat

Tepat pukul 8 malam Juan sudah ada di klub, dia tak lagi menuju ruang Karaoke seperti biasanya, namun langung ke area bar yang jarang sekali dia sambangi, Juan merasa kurang nyaman dengan area Bar yang memungkinkan dirinya bertemu dengan banyak orang yang di kenalnya, dia lebih suka di ruang karaoke karena lebih privat baginya, lagi pula di ruang karaoke dia bisa mendapatkan semua yang menjadi tujuannya, musik, alkohol, dan wanita.

"Maaf tuan, Erisa masih berada di ruang ganti, sekitar satu jam lagi dia baru akan tampil." Ujar salah satu bartender yang meracikkan segelas minuman untuk Juan memberi tahu, secara tidak langsung dia pun ingin mengatakan kalau dirinya terlalu pagi untuk datang ke sebuah klub malam.

Entahlah, Juan merasa begitu bersemangat malam ini, saampai dia tak sadar kalau waktu masih menunjukkan pukul 8 malam, dia begitu penasaran dengan penampilan Erisa jika di atas panggung, penasaran dengan suara nyanyiannya, dan penasaran saat membayangkan jika biduan itu meliuk-liuk di atas tubuhnya.

Setengah jam berlalu, beberapa lady escord langsung menghampiri Juan yang tengah duduk sendiri sambil menikmati minumannya dan para penari yang mulai membuka acara di panggung yang berjarak sekitar beberapa meter dari tempatnya duduk kini.

"Hai tuan, apa anda perlu teman minum, apa mau aku pesankan lagi minuman?" sapa seorang lady escord yang biasa menemani para tamu di area bar, mereka dengan sigapnya menawarkan berbagai minuman beralkohol, karena semakin banyak minuman yang bisa dia jual kepada tamu, maka akan semakin banyak juga bonus yang akan di terimanya dari manajemen.

Para lady escord juga siap menemani tamunya mabuk sampai pagi, tak sungkan menari striptis hanya dengan di beri beberapa jumlah uang tips, bahkan tak jarang mereka pun bersedia untuk menemani bobok tamunya jika ada kesepakatan harga di antara mereka, meskipun tak semua lady ecsord bisa di ajak 'ngamar'.

"Pesan lah apa yang kalian suka," jawab Juan dingin seperti biasanya, matanya masih terkunci ke area panggung, apalagi kini Risa sudah mulai berada di sana.

Risa yang saat itu mengenakan dress berwarna merah menyala, yang bebelahan dada sangat rendah sehngga hampir mengekspose sebagian dadanya yang menyembul, mengintip dari balik gaun, begitu pun dengan paha mulusnya yang sengaja dia pamerkan karena dress yang di kenakannya itu hanya menutupi setengah dari pahanya saja, membuat kaki jenjangnya yang beralaskan stiletto berwarna merah senada menjadi pusat perhatian dan sangat memanjakan mata para pengunjung klub.

Mata juan seakan tak berkedip melihat biduan yang berdiri dengan anggunnya itu dan menyuguhkan alunan nada-nada yang menghanyutkan, suaranya yang merdu dapat membawa para pengunjung ituk ikut terhanyut dalam buayan alunan merdunya.

"Sepertinya saya jarang melihat anda di sini, tuan." Ujar seorang wanita yang sejak tadi sibuk menuangkan minuman di gelas Juan.

"Hemh, aku lebih senang mengulur kabel mic, dari pada berada di tempat ramai seperti ini, kurang begitu nyaman, hanya saja aku ada sedikit urusan degan dia!" jari telunjuk Juan mengarah ke panggung tepat dimana Risa berdiri.

"Erisa?" tanya wanita yang duduk di sampingnya itu agak mengernyit tak percaya.

"Ya, Erisa Kalista." Jawab Juan dengan sudut bibir yang sedikit terangkat menyunggingkan senyum samar.

"Apa tuan yakin? Karena setahu ku, Erisa tak pernah mau menemui tamu siapapun di tempat kerjanya, dia terkenal angkuh dan sulit untuk di temui tamu, maklum lah, simpanan pak manajer, jadi agak di anak emaskan di sini, padahal dia belum ada setahun kerja di sini," beber wanita itu menceritakan tentang Risa menurut versinya dan versi kebanyakan wanita yang bekerja di klub itu da merasa iri dengan Risa.

"Simapanan manajer klub? Bardi, maksudnya?" Juan mengangkat sebelah alisnya.

"Denger-denger,,, gosip di kalangan para karyawan sih, katanya seperti itu." Kilah wanita itu mengendikan kedua bahunya.

Waktu berlalu begitu saja, para wanita yang menemani Juan minum sudah dia minta untuk pergi sejak satu jam yang lalu setelah mereka selesai memberi banyak informasi tentang Erisa yang belum bisa di pastikan kebenarannya itu.

"Ya tuan, anda memanggil saya?" tanya Mami Ana yang langsung datang ke meja Juan saat beberapa menit yang lalu dia meminta seorang pelayan untuk memanggilkan mami dari semua pekerja wanita di klub itu.

Tentu saja mami Ana tau siapa Juan, salah satu dari 20 orang pemegang 'black card' di klub mereka, dan suatu kehormatan bisa di panggil oleh tamu prioritas.

Mami Ana wanita yang berusia pertengahan empat puluhan itu masih terlihat cantik dengan body yang masih terlihat langsing sehingga masih banyak tamu yang ingin berkencan atau sekedar di temani minum olehnya.

"Panggilkan biduan itu kesini!" titahnya..

"Biduan---?"

"Erisa kalista, apa ada biduan lain di sini?" tanya Juan dengan tatapan tajamnya.

"Tapi tuan, Erisa tidak bisa menemui tamu, dia tidak pernah mau menemui tamu siapapun," gugup Ana.

Jika sebelumnya dia bisa dengan mudah menolak tamu yang ingin bertemu dengan 'anak asuh' nya itu, kali ini mami ana di buat agak kelabakan karena yang di hadapinya Juan, selain salah satu pemilik black kard klub mereka, dia juga mempunyai saham yang lumayan besar di hotel tempat klub itu berada.

"Dia telah menyinggung ku dan merusak acara ku di karaoke kemarin, dia masuk dan memaki ku tanpa alasan, aku ingin dia datang dan menemui ku di kamar hotel 2020 malam ini juga untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya." Juan bangkit dari duduknya setelah mengatakan itu semua pada Ana yang terlihat sangat kebingungan itu.

"Tapi tuan, Erisa tidak---"

"Kau tau siapa aku, dan kau tau aku bisa membuat mu, atasan-atasn mu dan semua yang ada di sini bermasalah lantas kehilangan pekerjaan, aku tidak pernah main-main dengan ucapan ku, aku tunggu satu jam ke depan dan dia harus sudah datang menemui ku, ingat aku bisa melakukan hal yang bahkan lebih buruk dari apa yang kau pikirkan!" ancam Juan.

Hanya dengan cara ini dia sepertinya bisa bertemu dengan Erisa yang sungguh membuatnya sangat penasaran dengan sosok biduan itu, entah bagian tubuh mana yang membuat Juan begitu ingin bertatap muka kembali dengan biduan cantik bersuara merdu yang sejak tadi dia pelototi tanpa kedip saat bernyayi di atas panggung, selain parasnya yang cantik dan dadanya yang besar, sepertinya untuk tubuh bagian lain tak ada yang istimewa, hampir kebanyakan wanita yang berkencan dengannya memiliki semua itu, dada yang besar, kaki jenjang, kulit mulus, hanya saja entah kenapa seorang Erisa seolah istimewa di mata Juan, sehingga membuatnya sangat penasaran di buatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status