Share

3. Memburu Aiko

Setelah kejadian yang cukup menggemparkan di Les Ombres Restaurant malam ini, para pegawai restauran di sana berusaha secepatnya untuk memulihkan kondisi agar aman dan nyaman bagi setiap pelanggan. Suasana kini sudah jauh lebih tenang karena orang-orang tadi sudah pergi. Baik itu pria yang batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, gadis bergaun merah, ataupun pria yang mengaku sebagai pengawal. Mereka semua sudah pergi.

Aiko merasa panik karena rencananya meracuni Aslan di tempat umum telah gagal. Padahal dia sudah melihat dengan seksama pada area sekitar dan sudah merencanakan semuanya dengan matang, termasuk kamera pengawas di restauran itu dan semuanya aman. Orang tidak akan mengira jika Aslan akan diracuni di tempat terbuka. Namun, dia tidak pernah melihat pengawal yang tadi tiba-tiba masuk dan membawa Aslan pergi ke rumah sakit.

Hati Aiko cemas. Kali ini dia marasa sangat terancam ketika melihat tatapan pria yang mengaku sebagai pengawal Aslan. Dia dapat merasakan bagaimana tatapan membunuh dari seseorang karena dia sudah terbiasa dengan hal itu dulu.

"Aku benci harus melakukan ini!" keluh Aiko yang segera menghentikan taxi dan menaikinya.

Aiko harus melarikan diri sekarang dan ia benci itu. Dia tidak boleh membuang waktu lagi. Jika tidak, maka nyawanya yang akan terancam karena sekarang anak buah Aslan pasti sudah bergerak untuk mencarinya. Jadi, dia harus menghubungi Gilbert untuk meminta bantuan kekasihnya tersebut. Kekasih yang sebenarnya.

"Hallo, Gilbert." Aiko yang pertama kali menyapa setelah panggilannya tersambung.

Jauh disana, seorang pria tampan yang tengah menyalurkan hasrat bersama seorang wanita bayaran di dalam sebuah apartemen mewah merasa terusik dengan ponselnya yang berbunyi nyaring. "Ada apa?"

"Sayang, maaf aku gagal," ucap Aiko dengan takut.

"Apa kau bilang? Gagal?"

Aiko memejamkan mata sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari kekasihnya. "Iya. Aku gagal, maaf. Aku tidak tahu, ternyata Aslan mempunyai pengawal pribadi yang berada didekatnya."

"Sekarang kau di mana?" tanya Gilbert dengan suara keras menandakan bahwa saat ini dia tengah marah dengan apa yang baru saja Aiko sampaikan padanya.

"Aku sedang menuju apartemenmu," jawab Aiko yang sudah siap dengan konsekuensi yang harus dia terima dari Gilbert karena dia telah gagal menjalankan tugas.

"Apa kau sudah gila?! Jangan ke apartemenku! Pergi sejauh mungkin secepatnya! Dasar bodoh!"

"Tapi---"

Panggilan diputus secara sepihak oleh Gilbert. Aiko menatap nanar layar ponselnya, dia mencoba kembali menghubungi pria itu lagi, ternyata sudah tidak aktif. Saat seperti ini, hanya kekasihnyalah yang bisa membantunya. Namun, ternyata dia justru dibuang setelah melakukan segalanya demi pria itu atas nama cinta.

"Maaf, Nona. Apakah kita jadi ke Montmartre Residence?"

Lamunan Aiko buyar saat mendapatkan pertanyaan dari sopir taxi. "Tidak jadi! Tolong antarkan saya ke Le Marais."

"Baik, Nona."

Pikiran Aiko sedang kalut. Dia tidak mungkin kembali ke apartemen miliknya untuk mengambil paspor atau keperluan yang lain, sedangkan di saat ingin pergi ke apartemen kekasihnya justru dia disuruh pergi sejauh mungkin oleh Gilbert. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke sebuah toko perlengkapan wanita yang tidak terlalu besar yang ada di Le Marais. Le Marais yang trendi di Arondisemen 4, yang juga dikenal sebagai SoMa (South Marais/Marais Selatan), dipenuhi dengan butik, galeri, dan bar. Di sana menjual semua kebutuhan wanita secara lengkap dengan harga murah.

"Terimakasih," ucap Aiko setelah membayar ongkos taxi.

Aiko bergegas masuk ke dalam toko yang dia tuju dan membeli semua yang dia butuhkan. Dia membeli rambut palsu, kacamata hitam, topi, sepatu dan beberapa setel pakaian untuk dia bawa dalam pelariannya. Dia juga segera mengganti gaun yang dia kenakan dengan pakaian yang baru saja dibeli.

Ponsel yang digunakan oleh Aiko segera dia buang dan membeli yang baru karena bisa di pastikan keberadaannya akan dilacak oleh para pengawal Aslan. Dalam sekejap dia sudah merubah penampilannya dan bisa dipastikan orang lain sulit untuk mengenali dirinya. Ini adalah cara agar dia bisa selamat pergi jauh dari kota Paris.

Aiko kembali menggunakan taxi untuk pergi ke stasiun bus, dia memutuskan untuk pergi ke kota Nice. Sebuah kota yang sangat cantik dengan jarak 1.370km dari kota Paris bila ditempuh menggunakan Rute Cote d'Azur. Perjalanannya tersebut akan memakan waktu sekitar 16 jam untuk sampai di sana.

* * *

Sementara di salah satu rumah sakit terbaik yang ada di jantung kota paris, tengah terjadi hal yang mencekam. Sang pewaris atau yang sering dijuluki King of Del Piero tengah dalam kondisi kritis. Para dokter dan perawat terbaik dari rumah sakit tersebut segera turun tangan melakukan pertolongan pada pria yang cukup berpengaruh dan terkenal di daratan Eropa itu.

Sebuah Rolls Royce Phantom memasuki area parkir rumah sakit diikuti beberapa mobil mewah lain di belakangnya. Tampak pasangan Del Piero yaitu Erlan dan Mentari beserta menantu mereka, Abrahan Soren turun dari mobil paling depan dengan tergesa. Mereka bertiga diikuti empat pengawal masuk ke dalam rumah sakit, sementara pengawal yang lain berjaga diluar.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada putraku, Magnus Caspian?" Mentari Del Piero terlihat khawatir dan tegang di saat bersamaan saat bertanya kepada Magnus. Bahkan air matanya pun sudah merembes keluar karena tidak bisa dia tahan lagi.

Magnus Caspian adalah pengawal bayangan Aslan Del Piero yang dipilih secara langsung karena bakat pemuda itu. Tidak banyak yang tahu atau bahkan bertemu dengan Magnus karena kehadirannya sangat dirahasiakan oleh keluarga Del Piero sehingga dia tidak bergabung dengan pengawal lain dalam menjaga majikannya. Namun, kinerjanya tidak pernah diragukan oleh keluarga besar tersebut.

"Maafkan saya yang tidak bisa menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Magnus dengan wajah tertunduk penuh dengan penyesalan.

"Untuk saat ini pihak rumah sakit sedang memberikan pertolongan yang terbaik untuk Tuan Muda. Namun, saya tahu semua ini ada hubungannya dengan wanita yang menjadi sekertaris beliau yaitu Nona Aiko," imbuh Magnus menyampaikan kecurigaannya.

Seluruh keluaga Del Piero tampak terkejut karena masalah ini berhubungan dengan seorang wanita, padahal mereka tahu Aslan tidak pernah dekat dengan siapapun.

"Siapa sebenarnya, Aiko?" tanya Erlan penasaran dengan wanita yang dikatakan oleh Magnus.

Magnus mengangkat wajahnya dan menatap Erlan. "Dia adalah gadis yang bekerja sebagai sekertaris Tuan Muda selama satu tahun terakhir. Dalam beberapa bulan ini mereka sangat dekat layaknya sepasang kekasih meskipun beliau tidak pernah mengatakan secara sepesifik tentang hubungan mereka. Namun, yang saya lihat selama ini baru Nona Aiko yang sedekat itu dengan beliau."

"Lalu dimana Aiko sekarang?" tanya Abrahan Soren.

Magnus menoleh pada adik ipar dari majikannya. "Beberapa jam yang lalu Tuan Muda makan malam bersama Nona Aiko disebuah restauran. Sayangnya beliau memerintahkan kepada para pengawalnya untuk menjaga jarak cukup jauh dengan mereka sehingga tidak ada yang tahu apa yang dilakukan oleh gadis itu saat saya mengikuti beliau ke toilet."

Magnus menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan kembali. "Saat saya membawa Tuan Muda kemari, saya memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membawa Nona Aiko. Namun, ternyata gadis itu sudah menghilang begitu saja. Pengawal lain juga sudah membawa semua yang dimakan oleh beliau dari restauran tersebut untuk diperiksa oleh para tim ahli."

Pintu ruangan IGD terbuka, lalu keluarlah seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai dokter bersama seorang perawat. Seluruh anggota keluarga Del Piero beserta Magnus segera mendekat ke arah dokter tersebut, mereka berharap agar King of Del Piero dalam keadaan baik-baik saja.

"Bagaimana keadaan putra saya, Dokter?" tanya Mentari masih dengan air mata yang berlinang. Erlan berusaha menguatkannya dengan sebuah pelukan.

Sang dokter menatap satu persatu orang yang berada di depannya lalu berakhir pada pasangan Del Piero. "Maaf Nyonya dan Tuan, kondisi putra kalian saat ini masih belum melewati masa kritis. Namun, kami sudah memindahkan ke ruang perawatan. Hasil pemeriksaan menunjukan Tuan Aslan mengalami serangan jantung meskipun agak sedikit aneh karena beliau mengeluarkan darah cukup banyak dari mulutnya tapi tidak terdeteksi racun di dalam tubuhnya. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Dokter kembali menyampaikan beberapa hal sebelum pergi. Mentari diantar oleh perawat pergi ke ruangan tempat putranya dirawat, tentu ruangan terbaik yang ada di rumah sakit tersebut. Sejak awal Magnus sudah mengatakan kepada staf rumah sakit agar memberikan yang terbaik untuk majikannnya.

Erlan mengepalkan tangan dengan erat menahan emosi karena gadis bernama Aiko yang disinyalir ada hubungannya dengan keadaan putranya yang kritis saat ini. "Abrahan!"

"Iya, Dad!"

"Kerahkan seluruh pasukan untuk mencari gadis bernama Aiko itu sampai ketemu! Jika dia memang tidak ada hubungannya dengan kejadian ini, sudah pasti gadis itu akan berada disini tanpa rasa takut. Ini semakin menguatkan jika dia adalah pelaku atas kejadian yang menimpa putraku!" Erlan tak main-main dengan setiap orang yang mengusik keluarganya. Bisa dipastikan pria tua itu tak segan untuk menodongkan senjata kepada para musuh.

"Baik, Dad!" jawab Abrahan yang segera bergegas pergi dari rumah sakit tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status