Setelah kejadian yang cukup menggemparkan di Les Ombres Restaurant malam ini, para pegawai restauran di sana berusaha secepatnya untuk memulihkan kondisi agar aman dan nyaman bagi setiap pelanggan. Suasana kini sudah jauh lebih tenang karena orang-orang tadi sudah pergi. Baik itu pria yang batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, gadis bergaun merah, ataupun pria yang mengaku sebagai pengawal. Mereka semua sudah pergi.
Aiko merasa panik karena rencananya meracuni Aslan di tempat umum telah gagal. Padahal dia sudah melihat dengan seksama pada area sekitar dan sudah merencanakan semuanya dengan matang, termasuk kamera pengawas di restauran itu dan semuanya aman. Orang tidak akan mengira jika Aslan akan diracuni di tempat terbuka. Namun, dia tidak pernah melihat pengawal yang tadi tiba-tiba masuk dan membawa Aslan pergi ke rumah sakit.Hati Aiko cemas. Kali ini dia marasa sangat terancam ketika melihat tatapan pria yang mengaku sebagai pengawal Aslan. Dia dapat merasakan bagaimana tatapan membunuh dari seseorang karena dia sudah terbiasa dengan hal itu dulu."Aku benci harus melakukan ini!" keluh Aiko yang segera menghentikan taxi dan menaikinya.Aiko harus melarikan diri sekarang dan ia benci itu. Dia tidak boleh membuang waktu lagi. Jika tidak, maka nyawanya yang akan terancam karena sekarang anak buah Aslan pasti sudah bergerak untuk mencarinya. Jadi, dia harus menghubungi Gilbert untuk meminta bantuan kekasihnya tersebut. Kekasih yang sebenarnya."Hallo, Gilbert." Aiko yang pertama kali menyapa setelah panggilannya tersambung.Jauh disana, seorang pria tampan yang tengah menyalurkan hasrat bersama seorang wanita bayaran di dalam sebuah apartemen mewah merasa terusik dengan ponselnya yang berbunyi nyaring. "Ada apa?""Sayang, maaf aku gagal," ucap Aiko dengan takut."Apa kau bilang? Gagal?"Aiko memejamkan mata sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari kekasihnya. "Iya. Aku gagal, maaf. Aku tidak tahu, ternyata Aslan mempunyai pengawal pribadi yang berada didekatnya.""Sekarang kau di mana?" tanya Gilbert dengan suara keras menandakan bahwa saat ini dia tengah marah dengan apa yang baru saja Aiko sampaikan padanya."Aku sedang menuju apartemenmu," jawab Aiko yang sudah siap dengan konsekuensi yang harus dia terima dari Gilbert karena dia telah gagal menjalankan tugas."Apa kau sudah gila?! Jangan ke apartemenku! Pergi sejauh mungkin secepatnya! Dasar bodoh!""Tapi---"Panggilan diputus secara sepihak oleh Gilbert. Aiko menatap nanar layar ponselnya, dia mencoba kembali menghubungi pria itu lagi, ternyata sudah tidak aktif. Saat seperti ini, hanya kekasihnyalah yang bisa membantunya. Namun, ternyata dia justru dibuang setelah melakukan segalanya demi pria itu atas nama cinta."Maaf, Nona. Apakah kita jadi ke Montmartre Residence?"Lamunan Aiko buyar saat mendapatkan pertanyaan dari sopir taxi. "Tidak jadi! Tolong antarkan saya ke Le Marais.""Baik, Nona."Pikiran Aiko sedang kalut. Dia tidak mungkin kembali ke apartemen miliknya untuk mengambil paspor atau keperluan yang lain, sedangkan di saat ingin pergi ke apartemen kekasihnya justru dia disuruh pergi sejauh mungkin oleh Gilbert. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke sebuah toko perlengkapan wanita yang tidak terlalu besar yang ada di Le Marais. Le Marais yang trendi di Arondisemen 4, yang juga dikenal sebagai SoMa (South Marais/Marais Selatan), dipenuhi dengan butik, galeri, dan bar. Di sana menjual semua kebutuhan wanita secara lengkap dengan harga murah."Terimakasih," ucap Aiko setelah membayar ongkos taxi.Aiko bergegas masuk ke dalam toko yang dia tuju dan membeli semua yang dia butuhkan. Dia membeli rambut palsu, kacamata hitam, topi, sepatu dan beberapa setel pakaian untuk dia bawa dalam pelariannya. Dia juga segera mengganti gaun yang dia kenakan dengan pakaian yang baru saja dibeli.Ponsel yang digunakan oleh Aiko segera dia buang dan membeli yang baru karena bisa di pastikan keberadaannya akan dilacak oleh para pengawal Aslan. Dalam sekejap dia sudah merubah penampilannya dan bisa dipastikan orang lain sulit untuk mengenali dirinya. Ini adalah cara agar dia bisa selamat pergi jauh dari kota Paris.Aiko kembali menggunakan taxi untuk pergi ke stasiun bus, dia memutuskan untuk pergi ke kota Nice. Sebuah kota yang sangat cantik dengan jarak 1.370km dari kota Paris bila ditempuh menggunakan Rute Cote d'Azur. Perjalanannya tersebut akan memakan waktu sekitar 16 jam untuk sampai di sana.* * *Sementara di salah satu rumah sakit terbaik yang ada di jantung kota paris, tengah terjadi hal yang mencekam. Sang pewaris atau yang sering dijuluki King of Del Piero tengah dalam kondisi kritis. Para dokter dan perawat terbaik dari rumah sakit tersebut segera turun tangan melakukan pertolongan pada pria yang cukup berpengaruh dan terkenal di daratan Eropa itu.Sebuah Rolls Royce Phantom memasuki area parkir rumah sakit diikuti beberapa mobil mewah lain di belakangnya. Tampak pasangan Del Piero yaitu Erlan dan Mentari beserta menantu mereka, Abrahan Soren turun dari mobil paling depan dengan tergesa. Mereka bertiga diikuti empat pengawal masuk ke dalam rumah sakit, sementara pengawal yang lain berjaga diluar."Apa yang sebenarnya terjadi pada putraku, Magnus Caspian?" Mentari Del Piero terlihat khawatir dan tegang di saat bersamaan saat bertanya kepada Magnus. Bahkan air matanya pun sudah merembes keluar karena tidak bisa dia tahan lagi.Magnus Caspian adalah pengawal bayangan Aslan Del Piero yang dipilih secara langsung karena bakat pemuda itu. Tidak banyak yang tahu atau bahkan bertemu dengan Magnus karena kehadirannya sangat dirahasiakan oleh keluarga Del Piero sehingga dia tidak bergabung dengan pengawal lain dalam menjaga majikannya. Namun, kinerjanya tidak pernah diragukan oleh keluarga besar tersebut."Maafkan saya yang tidak bisa menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Magnus dengan wajah tertunduk penuh dengan penyesalan."Untuk saat ini pihak rumah sakit sedang memberikan pertolongan yang terbaik untuk Tuan Muda. Namun, saya tahu semua ini ada hubungannya dengan wanita yang menjadi sekertaris beliau yaitu Nona Aiko," imbuh Magnus menyampaikan kecurigaannya.Seluruh keluaga Del Piero tampak terkejut karena masalah ini berhubungan dengan seorang wanita, padahal mereka tahu Aslan tidak pernah dekat dengan siapapun."Siapa sebenarnya, Aiko?" tanya Erlan penasaran dengan wanita yang dikatakan oleh Magnus.Magnus mengangkat wajahnya dan menatap Erlan. "Dia adalah gadis yang bekerja sebagai sekertaris Tuan Muda selama satu tahun terakhir. Dalam beberapa bulan ini mereka sangat dekat layaknya sepasang kekasih meskipun beliau tidak pernah mengatakan secara sepesifik tentang hubungan mereka. Namun, yang saya lihat selama ini baru Nona Aiko yang sedekat itu dengan beliau.""Lalu dimana Aiko sekarang?" tanya Abrahan Soren.Magnus menoleh pada adik ipar dari majikannya. "Beberapa jam yang lalu Tuan Muda makan malam bersama Nona Aiko disebuah restauran. Sayangnya beliau memerintahkan kepada para pengawalnya untuk menjaga jarak cukup jauh dengan mereka sehingga tidak ada yang tahu apa yang dilakukan oleh gadis itu saat saya mengikuti beliau ke toilet."Magnus menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan kembali. "Saat saya membawa Tuan Muda kemari, saya memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membawa Nona Aiko. Namun, ternyata gadis itu sudah menghilang begitu saja. Pengawal lain juga sudah membawa semua yang dimakan oleh beliau dari restauran tersebut untuk diperiksa oleh para tim ahli."Pintu ruangan IGD terbuka, lalu keluarlah seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai dokter bersama seorang perawat. Seluruh anggota keluarga Del Piero beserta Magnus segera mendekat ke arah dokter tersebut, mereka berharap agar King of Del Piero dalam keadaan baik-baik saja."Bagaimana keadaan putra saya, Dokter?" tanya Mentari masih dengan air mata yang berlinang. Erlan berusaha menguatkannya dengan sebuah pelukan.Sang dokter menatap satu persatu orang yang berada di depannya lalu berakhir pada pasangan Del Piero. "Maaf Nyonya dan Tuan, kondisi putra kalian saat ini masih belum melewati masa kritis. Namun, kami sudah memindahkan ke ruang perawatan. Hasil pemeriksaan menunjukan Tuan Aslan mengalami serangan jantung meskipun agak sedikit aneh karena beliau mengeluarkan darah cukup banyak dari mulutnya tapi tidak terdeteksi racun di dalam tubuhnya. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut."Dokter kembali menyampaikan beberapa hal sebelum pergi. Mentari diantar oleh perawat pergi ke ruangan tempat putranya dirawat, tentu ruangan terbaik yang ada di rumah sakit tersebut. Sejak awal Magnus sudah mengatakan kepada staf rumah sakit agar memberikan yang terbaik untuk majikannnya.Erlan mengepalkan tangan dengan erat menahan emosi karena gadis bernama Aiko yang disinyalir ada hubungannya dengan keadaan putranya yang kritis saat ini. "Abrahan!""Iya, Dad!""Kerahkan seluruh pasukan untuk mencari gadis bernama Aiko itu sampai ketemu! Jika dia memang tidak ada hubungannya dengan kejadian ini, sudah pasti gadis itu akan berada disini tanpa rasa takut. Ini semakin menguatkan jika dia adalah pelaku atas kejadian yang menimpa putraku!" Erlan tak main-main dengan setiap orang yang mengusik keluarganya. Bisa dipastikan pria tua itu tak segan untuk menodongkan senjata kepada para musuh."Baik, Dad!" jawab Abrahan yang segera bergegas pergi dari rumah sakit tersebut.Angela hanya bisa menuruti permintaan James untuk masuk ke ruangan Aslan dan memberikan beberapa berkas yang harus dibaca dan ditanda tangani oleh atasannya tersebut. Sebelum mengetuk pintu, dia menempelkan telinganya terlebih dulu di daun pintu. "Kok sepi?" karena tidak mendengar suara apapun akhirnya Angela memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Aslan sebanyak tiga kali. "Masuk." Suara bariton Aslan memberi perintah dari dalam ruangan. Angela membuka pintu dengan perlahan lalu dia pun masuk. Dia melihat gadis cantik yang datang tadi sedang berdiri tidak jauh dari atasannya yang sedang duduk di kursi kebesarannya. "Ada apa?" tanya Aslan menatap Angela. "Saya membawa beberapa berkas proyek dengan salah satu perusahaan yang ada di Inggris dan beberapa berkas lainnya, Tuan." jawab Angela. Aslan tahu berkas yang dimaksud oleh Angela adalah berkas yang sudah tertunda karena James yang terlalu lama dalam bekerja. "Tolong bawa kemari. Aku sudah lama meminta James mengerjakannya da
Mulai bab ini Aiko di panggil Angela ya... setelah Aiko berhasil masuk ke dalam perusahaan Del Piero, baik Ellen dan Leo menyarankan agar mengubur nama Aiko dan memulai semuanya dengan identitas barunya sebagai Angela Zhou. Hari ini adalah hari pertama masuk kerja bagi Angela dan Ellen. Kedua gadis itu memutuskan untuk bertemu di cafe dan sarapan bersama sebelum mereka berangkat ke perusahaan masing-masing tempat mereka bekerja. "Bagaimana menurutmu penampilanku, Angela?" Ellen berdiri dan menutar tubuhnya di hadapan Angela untuk meminta pendapat. Beberapa orang memperhatikannya, tapi tentu saja hal itu di abaikan oleh gadis itu. Angel mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum. "Sangat cantik dan sexy."Ellen tersenyum puas lalu duduk kembali dan mengunyah roti miliknya. "Aku yakin bisa mengelabui Gilbert dengan penampilanku ini, menghancurkan keluarganya dan mengambil data-data penting perusahaannya.""Sebenarnya aku merasa tidak enak padamu, Ellen." Angela memasang wajah send
Aiko telah memasukkan berkas surat lamaran pekerjaan di perusahaan Del Piero sebagai sekertaris. Beberapa hari kemudian, dia dipanggil untuk melakukan serangkaian tes dan juga interview. Sementara Aslan, dengan terpaksa dia menerima saran dari Leo karena memang banyak pekerjaan yang harus diurus dan sekertarisnya sekarang sudah kuwalahan menanganinya. Bahkan, Aslan sendiri juga ikut melihat proses interview yang dilakukan hari ini. Dia ingin melihat dan memastikan sendiri seseorang yang akan menjadi sekertarisnya harus sesuai dengan kriterianya. "Ada berapa banyak pelamar yang interview hari ini?" tanya Aslan pada ketua HRD yang ikut langsung dalam proses interview dan perekrutan sekertaris atasannya tersebut. "Ada dua puluh orang yang lolos untuk interview, Tuan. Terdiri dari lima belas orang wanita dan lima orang laki-laki," jawab ketua HRD. Aslan mengangguk mengerti. Ternyata lebih banyak wanita yang mendaftar dari pada laki-laki. Memang mencari sekertaris laki-laki yang meleb
Leo mengatakan jika besok siang dia ada janji bertemu Aslan untuk minum kopi di salah satu cafe. Aiko pun mengatakan keinginannya untuk melihat pria yang pernah ia sakiti itu, meski hanya dari jauh. Maka di sinilah Aiko, duduk di salah satu sudut cafe dengan Panna Cotta dan Chocolat Chaud yang telah dia pesan. Dia datang sebelum Leo dan Aslan sampai di sana agar tidak ada yang mencurigainya. Dari jauh Aiko dapat melihat Aslan. Pria itu masih gagah dan tampan seperti yang terakhir kali ia lihat dulu. Hanya saja garis lelah di wajahnya tetap terlihat baginya. Tanpa sadar dia pun tersenyum setelah melihat seseorang yang pernah ia tipu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. "Apa kau kurang tidur, Aslan?" tanya Leo saat melihat kantung mata Aslan sedikit menghitam. Aslan menyesap kopi miliknya. "Benar. Aku memang kurang tidur.""Kenapa? Apa masih selalu memikirkan Aiko?" goda Leo yang segera dapat lirikan tajam dari Aslan. "Kalau bukan itu, lantas apa?" tanya Leo lagi. Aslan menyan
~Satu tahun kemudian~Dua wanita cantik tengah duduk berhadapan di sebuah restaurant pada siang hari dipenghujung musim gugur yang indah. Daun-daun telah banyak yang menguning dan mulai jatuh diterpa angin yang membuatnya terbang dan berguguran. Dua wanita cantik tersebut datang ke sana bukan untuk menikmati makanan di restaurant itu. Melainkan mereka sedang mengamati gerak gerik seorang pria yang tengah melakukan meeting bersama seseorang. "Kau sudah siap, Ellen?" Ellen mengangguk mantap sambil ekor matanya terus mengawasi pria berjas hitam yang duduk tak jauh dari mereka. Meeting pria tersebut sepertinya telah selesai karena terlihat dari kliennya yang telah beranjak pergi dari sana. "Aku tidak sabar ingin membuat pria itu menderita. Dulu dia dengan beraninya hampir melecehkanku, sekarang aku akan membalas semua perbuatan yang telah dia lakukan padaku dan juga padamu," ujar Ellen yang sebenarnya telah menceritakan semua kepada Aiko alasan dia ikut dalam misi balas dendam ini. "
Satu bulan kemudian, tibalah hari pernikahan Gilbert Hugo dengan Rebecca. Pesta digelar dengan sangat mewah disebuah hotel berbintang lima. Pasangan pengantin tersebut tampak bahagia dengan senyum lebar yang selalu menghiasi wajah mereka. Tamu datang silih berganti memadati ruangan pesta, memberikan ucapam selamat sepada kedua mempelai pengantin secara bergantian. Baik itu tamu dari Gilbert yang berasal dari dunia bisnis, maupun tamu dari Rebecca yang berasal dari kalangan model dan selebriti karena wanita yang sekarang berstatus sebagi nyonya Hugo memang bekerja sebagai model. "Apa kau suka pestanya, Sayang?" tanya Gilbert kepada Rebecca yang sejak tadi bergelayut manja di lengannya. Mata berbinar Rebecca tentu sudah dapat mewakili apa yang dia rasakan saat ini. Dia pun mencium pipi suaminya dan berbisik di telinga Gilbert. "Aku sangat bahagia, Sayang. Aku sangat beruntung bisa menikah denganmu."Gilbert menoleh ke arah istrinya dan menatap lekat wanita itu. "Kau akan bahagia asal