Share

3. Memburu Aiko

last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-08 11:45:54

Setelah kejadian yang cukup menggemparkan di Les Ombres Restaurant malam ini, para pegawai restauran di sana berusaha secepatnya untuk memulihkan kondisi agar aman dan nyaman bagi setiap pelanggan. Suasana kini sudah jauh lebih tenang karena orang-orang tadi sudah pergi. Baik itu pria yang batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, gadis bergaun merah, ataupun pria yang mengaku sebagai pengawal. Mereka semua sudah pergi.

Aiko merasa panik karena rencananya meracuni Aslan di tempat umum telah gagal. Padahal dia sudah melihat dengan seksama pada area sekitar dan sudah merencanakan semuanya dengan matang, termasuk kamera pengawas di restauran itu dan semuanya aman. Orang tidak akan mengira jika Aslan akan diracuni di tempat terbuka. Namun, dia tidak pernah melihat pengawal yang tadi tiba-tiba masuk dan membawa Aslan pergi ke rumah sakit.

Hati Aiko cemas. Kali ini dia marasa sangat terancam ketika melihat tatapan pria yang mengaku sebagai pengawal Aslan. Dia dapat merasakan bagaimana tatapan membunuh dari seseorang karena dia sudah terbiasa dengan hal itu dulu.

"Aku benci harus melakukan ini!" keluh Aiko yang segera menghentikan taxi dan menaikinya.

Aiko harus melarikan diri sekarang dan ia benci itu. Dia tidak boleh membuang waktu lagi. Jika tidak, maka nyawanya yang akan terancam karena sekarang anak buah Aslan pasti sudah bergerak untuk mencarinya. Jadi, dia harus menghubungi Gilbert untuk meminta bantuan kekasihnya tersebut. Kekasih yang sebenarnya.

"Hallo, Gilbert." Aiko yang pertama kali menyapa setelah panggilannya tersambung.

Jauh disana, seorang pria tampan yang tengah menyalurkan hasrat bersama seorang wanita bayaran di dalam sebuah apartemen mewah merasa terusik dengan ponselnya yang berbunyi nyaring. "Ada apa?"

"Sayang, maaf aku gagal," ucap Aiko dengan takut.

"Apa kau bilang? Gagal?"

Aiko memejamkan mata sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari kekasihnya. "Iya. Aku gagal, maaf. Aku tidak tahu, ternyata Aslan mempunyai pengawal pribadi yang berada didekatnya."

"Sekarang kau di mana?" tanya Gilbert dengan suara keras menandakan bahwa saat ini dia tengah marah dengan apa yang baru saja Aiko sampaikan padanya.

"Aku sedang menuju apartemenmu," jawab Aiko yang sudah siap dengan konsekuensi yang harus dia terima dari Gilbert karena dia telah gagal menjalankan tugas.

"Apa kau sudah gila?! Jangan ke apartemenku! Pergi sejauh mungkin secepatnya! Dasar bodoh!"

"Tapi---"

Panggilan diputus secara sepihak oleh Gilbert. Aiko menatap nanar layar ponselnya, dia mencoba kembali menghubungi pria itu lagi, ternyata sudah tidak aktif. Saat seperti ini, hanya kekasihnyalah yang bisa membantunya. Namun, ternyata dia justru dibuang setelah melakukan segalanya demi pria itu atas nama cinta.

"Maaf, Nona. Apakah kita jadi ke Montmartre Residence?"

Lamunan Aiko buyar saat mendapatkan pertanyaan dari sopir taxi. "Tidak jadi! Tolong antarkan saya ke Le Marais."

"Baik, Nona."

Pikiran Aiko sedang kalut. Dia tidak mungkin kembali ke apartemen miliknya untuk mengambil paspor atau keperluan yang lain, sedangkan di saat ingin pergi ke apartemen kekasihnya justru dia disuruh pergi sejauh mungkin oleh Gilbert. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke sebuah toko perlengkapan wanita yang tidak terlalu besar yang ada di Le Marais. Le Marais yang trendi di Arondisemen 4, yang juga dikenal sebagai SoMa (South Marais/Marais Selatan), dipenuhi dengan butik, galeri, dan bar. Di sana menjual semua kebutuhan wanita secara lengkap dengan harga murah.

"Terimakasih," ucap Aiko setelah membayar ongkos taxi.

Aiko bergegas masuk ke dalam toko yang dia tuju dan membeli semua yang dia butuhkan. Dia membeli rambut palsu, kacamata hitam, topi, sepatu dan beberapa setel pakaian untuk dia bawa dalam pelariannya. Dia juga segera mengganti gaun yang dia kenakan dengan pakaian yang baru saja dibeli.

Ponsel yang digunakan oleh Aiko segera dia buang dan membeli yang baru karena bisa di pastikan keberadaannya akan dilacak oleh para pengawal Aslan. Dalam sekejap dia sudah merubah penampilannya dan bisa dipastikan orang lain sulit untuk mengenali dirinya. Ini adalah cara agar dia bisa selamat pergi jauh dari kota Paris.

Aiko kembali menggunakan taxi untuk pergi ke stasiun bus, dia memutuskan untuk pergi ke kota Nice. Sebuah kota yang sangat cantik dengan jarak 1.370km dari kota Paris bila ditempuh menggunakan Rute Cote d'Azur. Perjalanannya tersebut akan memakan waktu sekitar 16 jam untuk sampai di sana.

* * *

Sementara di salah satu rumah sakit terbaik yang ada di jantung kota paris, tengah terjadi hal yang mencekam. Sang pewaris atau yang sering dijuluki King of Del Piero tengah dalam kondisi kritis. Para dokter dan perawat terbaik dari rumah sakit tersebut segera turun tangan melakukan pertolongan pada pria yang cukup berpengaruh dan terkenal di daratan Eropa itu.

Sebuah Rolls Royce Phantom memasuki area parkir rumah sakit diikuti beberapa mobil mewah lain di belakangnya. Tampak pasangan Del Piero yaitu Erlan dan Mentari beserta menantu mereka, Abrahan Soren turun dari mobil paling depan dengan tergesa. Mereka bertiga diikuti empat pengawal masuk ke dalam rumah sakit, sementara pengawal yang lain berjaga diluar.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada putraku, Magnus Caspian?" Mentari Del Piero terlihat khawatir dan tegang di saat bersamaan saat bertanya kepada Magnus. Bahkan air matanya pun sudah merembes keluar karena tidak bisa dia tahan lagi.

Magnus Caspian adalah pengawal bayangan Aslan Del Piero yang dipilih secara langsung karena bakat pemuda itu. Tidak banyak yang tahu atau bahkan bertemu dengan Magnus karena kehadirannya sangat dirahasiakan oleh keluarga Del Piero sehingga dia tidak bergabung dengan pengawal lain dalam menjaga majikannya. Namun, kinerjanya tidak pernah diragukan oleh keluarga besar tersebut.

"Maafkan saya yang tidak bisa menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Magnus dengan wajah tertunduk penuh dengan penyesalan.

"Untuk saat ini pihak rumah sakit sedang memberikan pertolongan yang terbaik untuk Tuan Muda. Namun, saya tahu semua ini ada hubungannya dengan wanita yang menjadi sekertaris beliau yaitu Nona Aiko," imbuh Magnus menyampaikan kecurigaannya.

Seluruh keluaga Del Piero tampak terkejut karena masalah ini berhubungan dengan seorang wanita, padahal mereka tahu Aslan tidak pernah dekat dengan siapapun.

"Siapa sebenarnya, Aiko?" tanya Erlan penasaran dengan wanita yang dikatakan oleh Magnus.

Magnus mengangkat wajahnya dan menatap Erlan. "Dia adalah gadis yang bekerja sebagai sekertaris Tuan Muda selama satu tahun terakhir. Dalam beberapa bulan ini mereka sangat dekat layaknya sepasang kekasih meskipun beliau tidak pernah mengatakan secara sepesifik tentang hubungan mereka. Namun, yang saya lihat selama ini baru Nona Aiko yang sedekat itu dengan beliau."

"Lalu dimana Aiko sekarang?" tanya Abrahan Soren.

Magnus menoleh pada adik ipar dari majikannya. "Beberapa jam yang lalu Tuan Muda makan malam bersama Nona Aiko disebuah restauran. Sayangnya beliau memerintahkan kepada para pengawalnya untuk menjaga jarak cukup jauh dengan mereka sehingga tidak ada yang tahu apa yang dilakukan oleh gadis itu saat saya mengikuti beliau ke toilet."

Magnus menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan kembali. "Saat saya membawa Tuan Muda kemari, saya memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membawa Nona Aiko. Namun, ternyata gadis itu sudah menghilang begitu saja. Pengawal lain juga sudah membawa semua yang dimakan oleh beliau dari restauran tersebut untuk diperiksa oleh para tim ahli."

Pintu ruangan IGD terbuka, lalu keluarlah seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai dokter bersama seorang perawat. Seluruh anggota keluarga Del Piero beserta Magnus segera mendekat ke arah dokter tersebut, mereka berharap agar King of Del Piero dalam keadaan baik-baik saja.

"Bagaimana keadaan putra saya, Dokter?" tanya Mentari masih dengan air mata yang berlinang. Erlan berusaha menguatkannya dengan sebuah pelukan.

Sang dokter menatap satu persatu orang yang berada di depannya lalu berakhir pada pasangan Del Piero. "Maaf Nyonya dan Tuan, kondisi putra kalian saat ini masih belum melewati masa kritis. Namun, kami sudah memindahkan ke ruang perawatan. Hasil pemeriksaan menunjukan Tuan Aslan mengalami serangan jantung meskipun agak sedikit aneh karena beliau mengeluarkan darah cukup banyak dari mulutnya tapi tidak terdeteksi racun di dalam tubuhnya. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Dokter kembali menyampaikan beberapa hal sebelum pergi. Mentari diantar oleh perawat pergi ke ruangan tempat putranya dirawat, tentu ruangan terbaik yang ada di rumah sakit tersebut. Sejak awal Magnus sudah mengatakan kepada staf rumah sakit agar memberikan yang terbaik untuk majikannnya.

Erlan mengepalkan tangan dengan erat menahan emosi karena gadis bernama Aiko yang disinyalir ada hubungannya dengan keadaan putranya yang kritis saat ini. "Abrahan!"

"Iya, Dad!"

"Kerahkan seluruh pasukan untuk mencari gadis bernama Aiko itu sampai ketemu! Jika dia memang tidak ada hubungannya dengan kejadian ini, sudah pasti gadis itu akan berada disini tanpa rasa takut. Ini semakin menguatkan jika dia adalah pelaku atas kejadian yang menimpa putraku!" Erlan tak main-main dengan setiap orang yang mengusik keluarganya. Bisa dipastikan pria tua itu tak segan untuk menodongkan senjata kepada para musuh.

"Baik, Dad!" jawab Abrahan yang segera bergegas pergi dari rumah sakit tersebut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 42 : Menerima apa adanya

    Malam di Paris masih terasa hangat, tapi udara di dalam apartemen Angela seperti berhenti berputar. Hening. Sunyi. Dan menyesakkan.Aslan berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang bergemerlapan. Sementara Angela duduk di sofa, memeluk lututnya. Tatapannya kosong, tapi dalam pikirannya ribuan suara berteriak minta dikeluarkan."Aslan..." suaranya pelan, hampir seperti bisikan.Aslan menoleh. "Hm?"Angela menarik napas dalam. “Selama ini... kamu hanya tahu aku adalah Aiko. Gadis yang memalsukan identitas dan mencuri posisi sebagai sekretarismu. Tapi aku belum pernah bilang... siapa aku sebenarnya.”Aslan diam. Tapi seluruh tubuhnya menegang. Matanya mengunci ke arah Angela yang kini menatapnya, tak lagi bersembunyi.“Aku bukan penipu biasa. Aku dulu pembunuh bayaran.”Keheningan runtuh seketika. Seperti kaca yang dibanting di lantai marmer."Aku… dulu bekerja untuk Organisasi Tangan Hitam. Mereka yang melatihku sejak aku berusia 12 tahun. Membuatku jadi senjata. Aku menghi

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 41 : Penolakan seorang ibu

    Angela menatap jam tangannya. Sudah hampir satu jam ia berada di restoran ini. Meskipun ia duduk diam dan hanya menjawab saat ditanya, tetap saja atmosfer meja itu membuatnya sesak.Aslan dan Klara terlihat membahas sesuatu tentang acara amal. Mentari sesekali menimpali, lalu menatap Angela dengan sorot mata yang tidak bisa dibaca.Angela berdiri dengan sopan. “Maaf, saya ke toilet sebentar.”Aslan pun menoleh pada Angela dan mengangguk tanpa banyak bicara.---Toilet wanita berlapis marmer hitam dan cermin panjang itu sunyi. Angela berdiri di depan wastafel, membasuh wajahnya perlahan. Ia tahu, ada yang tak beres hari ini. Klara, Mentari, dan cara makan siang ini dirancang—semuanya terlalu... sempurna.Angela menarik napas pelan, tapi langkah sepatu hak tinggi menghentikannya.Angela menoleh ke cermin.Mentari berdiri di ambang pintu dengan anggun, menutup pintu perlahan. “Kukira kita butuh bicara berdua,” ucapnya tenang.Angela berdiri tegak, tidak ingin menunjukkan kelemahan sediki

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 40 : Makan siang yang menyesakkan

    Langit malam Paris terlihat redup, seperti menahan napas. Aslan berdiri membeku di balkon unit kosong sebuah apartemen—berada tepat di seberang unit apartemen Angela. Jaraknya cukup dekat untuk melihat ke dalam, apalagi dengan lampu yang masih menyala terang di ruang tengah.Di dalam sana, Angela dan Leo duduk berdampingan di sofa. Angela tertawa pelan, lalu menerima secangkir coklat hangat yang baru saja dibuat Leo.Aslan mengepalkan tinjunya. Ada nyeri di dadanya. Aneh dan sulit dijelaskan.“Apa dia memang... sebahagia itu bersamanya?” desisnya lirih.Dari balik tirai kaca balkon, ia melihat Angela menyender sebentar ke bahu Leo sambil bicara pelan. Wajah Leo memerah. Tapi yang membuat hati Aslan makin bergetar adalah saat Angela menyentuh lengan Leo, lalu tertawa kecil sambil meledek, “Kamu tuh cocok banget gabung boyband Korea, Leo. Udah tinggi, putih, manis, bisa masak, bisa jagain orang… lengkap.”Leo menatap Angela. “Tapi sayangnya hatiku bukan untuk fans. Aku lebih suka peremp

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 39 : Aslan yang cemburu + Leo yang hangat

    Suara langkah sepatu Aslan terdengar menghentak di lorong kantor pusat Del Piero pusat. Para staf yang masih lembur sontak menunduk, pura-pura sibuk di depan layar komputer masing-masing. Tapi mereka tak bisa membohongi detak jantung yang berdegup lebih cepat setiap kali langkah dingin dan aura gelap sang CEO melintas. Wajah Aslan tampak gelap. Tatapan matanya tajam, seperti elang yang baru saja disakiti dan siap mencabik siapa pun yang berani menyentuh wilayahnya. Tadi sore, Leo menggendong Angela dengan tubuh dengan luka ringan dan wajah pucat. Katanya, Angela disekap di cabang kantor Del Piero Group di pinggiran kota oleh orang tak dikenal. Leo menyelamatkannya secara tidak sengaja saat hendak mencari Aslan. Aslan tidak peduli bagaimana Leo bisa berada di tempat itu. Yang dia lihat hanya satu hal—lelaki lain yang menggendong wanita yang dia cintai. Tubuh wanita itu adalah yang pernah tidur di pelukannya. Yang pernah membisikkan bahwa cinta itu tidak mudah, tapi dia ingin ber

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 38 : Jebakan

    Langit Paris sore itu diselimuti awan kelabu. Cahaya matahari yang biasanya menyapa lembut melalui kaca tinggi menara Del Piero pusat di Paris kini redup, tertutup mendung yang menggantung. Angela berdiri di dekat jendela kantornya, memandangi lalu lintas yang mengalir perlahan di sepanjang Rue de Rivoli. Ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang sejak pagi. Mungkin firasat. Atau mungkin karena mimpi buruk yang membangunkannya dini hari tadi—bayangan masa lalunya sebagai Aiko yang terus menghantui. Ia menghela napas panjang, lalu kembali ke meja dan melanjutkan pekerjaannya. Baru saja ia selesai mengecek laporan keuangan divisi logistik, ketika suara dari meja resepsionis terdengar di interkom. "Mademoiselle Angela Zhou, ada kiriman surat untuk Anda," ujar suara sopan sang petugas. Angela bangkit, berjalan menuju lobi lantai executive. Di sana, seorang pria kurir bertubuh ramping dengan topi hitam menyodorkan amplop besar berwarna hitam legam, disegel dengan lilin merah. Eleg

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 37 : Tergoda pesona Angela

    Cahaya lampu di ruang tamu maansiom Del Piero temaram. Jam dinding berdetak pelan, sesekali bersaing dengan suara rintik gerimis yang membasahi kaca jendela besar. Aslan duduk di sofa panjang, satu kaki disilangkan di atas yang lain, segelas wine merah yang belum disentuh berada di meja di depannya. Pikirannya jauh. Tiba-tiba, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar pelan. 🔔 Notifikasi masuk: 📍“Permintaan akses untuk rekaman keamanan lantai 23: disetujui oleh Klara R.” Kening Aslan langsung berkerut. Matanya menyipit, menatap layar ponsel dengan tatapan curiga. > "Rekaman keamanan... lantai 23...? Bukankah itu lantai kantor Angela?" Dia menggulir layar ke atas, memastikan kalau dia tidak salah baca. Benar. Klara—wanita yang baru saja diperkenalkan sebagai rekan bisnis strategis—meminta akses khusus ke lantai yang seharusnya tidak menjadi urusannya. Ada firasat aneh yang menyelinap dalam dada Aslan. Perasaan tak nyaman yang menjalar perlahan, seperti hawa dingin yang menusuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status