Share

7. Manfaatkan Jayden

Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Elleza yang kalap berbelanja sebanyak itu. Ia melirik ke arah kasir yang sedang meghitung belanjaan Elleza, lalu beralih menatap tangannya yang hanya memegang satu celana dan satu crop top.

“Ini. Sekalian dengan belanjaan mereka.”

Baik Tamara maupun Elleza— yang semula menatap ponsel langsung menoleh bersamaan saat mendengar suara yang familiar di telinga mereka. Pria itu—Allarick, berdiri di samping Elleza dengan tangan kanan menyodorkan black card pada kasir.

“Tidak usah. Saya bayar sendiri,” kata Elleza tanpa menatap Allarick.

Kasir itu nampak kebingungan karena ia telah menghitung total belanjaan Elleza, beserta baju anak yang di beli Allarick, hanya tinggal milik Tamara saja yang belum.

Dengan tatapan matanya, Allarick memberi kode pada salah satu karyawan yang berada di dekat Tamara untuk mengambil belanjaan gadis itu agar sekalian di hitung. Tentu saja, Tamara tak menolak. Gadis itu justru menyesal karena hanya berbelanja sedikit. Kalau tau semua belanjaannya akan di bayar orang lain dengan cuma-cuma, maka ia akan berbelanja sebanyak mungkin.

“Tamara!” peringat Elleza, menatap Tamara dengan garang.

“Tidak apa Elle, lumayan uangku tidak berkurang.” Tamara berbisik.

Hell, kemana perginya seorang Tamara yang tadi menolak untuk menggunakan credit card milik Lucas dengan dalih uangnya masih banyak untuk berfoya-foya.

Merasa di remehkan Allarick, Elleza segera mengeluarkan kartunya dari dompet untuk membayar. Namun, ternyata ia kalah cepat karena kasir itu sudah selesai, bahkan sudah mengembalikan black card milik Allarick.

“Nanti aku-“

Ucapan Elleza terpotong saat Allarick menerima panggilan di ponselnya. Pria itu segera menaruh kembali black card ke dalam dompetnya, kemudian mengangkat panggilan tanpa repot berpindah tempat.

“Uncle Al!!”

Elleza terdiam saat mendengar suara bocah yang ia kenal, sedangkan Allarick secara alami menyerongkan badannya sehingga Elleza terlihat di kamera.

“Wah ada my princess Elleza juga!!” Pekik bocah itu saat melihat Elleza.

Dengan kikuk Elleza melambaikan tangannya ke arah bocah yang sedang melakukan panggilan video dengan Allarick itu sambil tersenyum.

“Hallo Jayden. Aunty miss you so much.”

“Ahaha i know. Wajah tampanku ini memang sangat susah untuk di lupakan, my princess,” kata Jayden tersenyum sombong.

“Jangan sok kau, dasar bocah!!”

Senyum Jayden luntur, berganti dengan pelototan. “Uncle jadi kemari atau tidak? Aku tidak mau lagi bertemu uncle kalau kali ini berbohong lagi!” ancam bocah itu menatap Allarick galak.

“My princess, segera seret pengawalmu yang jelek itu kemari.”

Allarick memutar bola matanya malas. Keponakannya itu memang sangat menyebalkan!! Apalagi panggilan bocah itu kepada Elleza yang sangat norak, membuatnya kesal setengah mati.

“Kau terlalu banyak menuntut, dasar bocah!! Lihat ini, aku bahkan harus repot-repot membelikanmu pakaian!!” Seru Allarick menunjukkan paper bag nya pada Jayden.

“Itu harus, karena aku tidak menerima tamu yang datang dengan tangan kosong. Sudahlah, jika dalam waktu satu jam uncle dan my princess tidak datang, aku akan marah!!” Bocah tengik itu mematikan panggilan setelah memberi ancaman.

Allarick mendengus sebal, tapi diam-diam ia menahan senyum karena keponakan kecilnya itu ternyata sangat bisa di andalkan.

***

“My princess, i miss you so much. You’re so beautifull as always.”

Elleza tergelak, membalas pelukan erat Jayden pada lehernya. Bocah itu kini malah mengecupi pipinya berkali-kali.

“Cemburu, heh?!” Ledek Richard—suami Gwen pada Allarick yang menatap tidak suka pada Elleza yang sedang berlutut dan berpelukan dengan Jayden.

“Singkirkan bocah kecilmu itu dari gadisku, bodoh!!”

Richard semakin terkikik geli melihat raut muka Allarick yang semakin masam. Alih-alih melakukan apa yang di perintah Allarick, ia justru duduk santai di sofa sembari menyeruput kopi buatan istrinya.

“Jayden, kau akan membiarkan princess mu pegal-pegal karena berlutut terus, huh?!” Seru Gwen, yang dibalas cengiran lebar sang putra.

Jayden mengecup pipi Elleza sekali lagi, kemudian menarik Elleza untuk ia ajak duduk di karpet menemaninya menyusun lego.

“Elle, titip Jayden sebentar ya?”

“Ikut aku.” Gwen menarik tangan Allarick menuju lantai atas bersama Richard.

Ketiganya kini duduk di balkon lantai atas. Gwen menatap Allarick tajam, sedangkan yang di tatap hanya menampilkan ekspresi datar.

“Jadi, setelah putus pertunangan kini kau beralih menjadi penguntit Al?” Ledek Gwen.

“Maksudmu apa honey?”

Gwen terkekeh menatap Allarick dan Richard bergantian. “Yah, tadi sepulang kantor adikmu itu membuntuti Elleza.” Richard mengerutkan dahinya tak paham. “Ternyata selama ini dia memasang pelacak di ponsel Elleza tanpa sepengetahuannya. Dan tadi, sepulang kantor dia membuntuti Elleza yang tengah berbelanja di mall,” jelasnya.

“Kau tau? Tadi dia memintaku untuk menyuruh Jayden menghubunginya, agar Elleza mau di ajak kemari.” Tambah Gwen lagi.

Richard tersenyum mengejek. “Ah, pantas saja. Tadi aku heran mengapa si mantan malah ikut kemari dengan Allarick. Seharusnya mantan kan sudah tidak ada hubungan apa-apa,” ujarnya menekankan kata mantan.

“Shut up your fucking mouth!!” Sentak Allarick.

“Oho, calm dude.”

Wajah masam Allarick menjadi hiburan tersendiri bagi Richard. Ternyata cukup menyenangkan melihat pria arogan dan keras seperti Allarick, galau karena masalah wanita. Apalagi wajah masamnya yang—ah sudahlah.

“Ayo jelaskan Al, aku tadi menyuruhmu kesini untuk meminta penjelasan, bukan melihat kau dan Richard bertengkar,” pinta Gwen mengalihkan topik.

Bahu Allarick melemas, ia menceritakan segala hal mengenai pemutusan pertunangan sepihak yang dilakukan Elleza beserta penyebab gadis itu melakukannya.

“Sudah ku duga. Yang tidak beres pasti berasal darimu, hih.” Gwen mencubit lengan Allarick dengan gigi yang bergemelatuk karena gemas.

“Auhh- lepas Gwen. Ini sakit, bodoh!!”

Tak mengindahkan pekikan Allarick, Gwen justru menambah cubitan di paha Allarick dengan tangan kirinya.

“Heh Richard!! Jinakkan istrimu!!” pekik Allarick pada Richard yang malah terbahak melihatnya di aniaya.

“HUAAAA MY PRINCESS. DADDY TOLONG MY PRINCESS!!!”

***

“ELLE!”

Allarick berteriak lantang seraya berlari mendekati Elleza yang memejamkan mata dengan kepala bersandar pada sofa di belakangnya. Gadis itu meringis, wajahnya pucat, serta bulir keringat terus mengucur di dahinya.

“Hey, Elle. Kau kenapa, huh? Jangan membuatku takut.” Allarick memeluk Elleza dari samping, tangannya menepuk pipi gadis itu.

“Kau dengar aku Elle!! Jangan tidur,” ucapnya keras.

“Berisik! Kau menakuti Jayden bodoh!!” Sentak Elleza dengan suara lirih, mata sayunya menatap Jayden yang memeluk kaki Gwen ketakutan.

Allarick hanya menatap Jayden sebentar, lalu beralih melihat Elleza lagi. Tangannya merapikan rambut Elleza yang menutupi mata dan dahinya yang berkeringat.

“Mana suamimu yang katanya dokter gadungan itu, Gwen!! Tidakkah dia lihat Elle kesakitan begini!!” Teriak Allarick murka.

Gwen yang sedang menenangkan Jayden, hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah Allarick.

“Hey bodoh! Aku jauh lebih tanggap dan berguna daripada dirimu yang hanya teriak-teriak,” sahut Richard yang muncul dengan tas berisi peralatan dokter di tangannya.

“Jika aku jadi kau, daripada berteriak seperti tarzan dan memeluk Elleza hingga susah bernafas seperti itu, lebih baik aku segera membawanya ke kamar tamu agar segera di tangani. Apa yang kau lakukan itu, membuat Elleza yang hanya sakit biasa bisa-bisa malah sekarat.” Tambahnya sarkas.

Di sela ringisannya, Elleza tersenyum mendengar ucapan Richard yang benar dan begitu menusuk. Gwen juga tak dapat menahan senyum penuh ejekan kepada Allarick yang sempat terdiam seperti orang bodoh. Hingga tak lama kemudian pria itu tersadar, dan segera menggendong ala bridal Elleza menuju kamar tamu.

“Bagaimana?” todong Allarick pada Richard sesaat setelah pria itu selesai dengan serangkaian kegiatannya menangani Elleza.

Richard berdecak. “Lambungnya kembali bermasalah. Mungkin tadi dia makan sesuatu yang terlalu pedas. Biarkan dia istirahat, jangan kau ganggu terus,” peringatnya.

“Ah, ku ingatkan untuk membeli sogokan. Karena aku yakin, Jayden tidak akan mudah memaafkanmu.” Richard terkekeh, lalu meninggalkan Allarick yang mendengus.

Sebenarnya Allarick memang tengah merasa bersalah, karena terlalu khawatir pada Elleza membuatnya tanpa sadar berteriak di depan Jayden sehingga membuat bocah itu ketakutan dan semakin menangis kencang.

“Baru sehari berpisah, dan kau sudah bandel Elle,” keluh Allarick mengusap pipi Elleza yang tengah tertidur.

“Harusnya tadi aku duduk lebih dekat, agar tau menu apa yang kau makan. Hah, setelah ini aku tak ingin kecolongan lagi.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status