Share

Antara aku dan Carol

"Sungguh suatu kehormatan, akhirnya Mrs. Jefferson mau menemuiku.." sindir Carol dengan nada mengejek.

Siang itu, aku dan Carol bertemu di sebuah restoran kecil di Houston St, New York sesuai yang dijanjikan aku pergi menemuinya. Ia datang lebih awal dari yang dijanjikan, dan tatapan kami bertemu dengan pikiran yang hanyut satu sama lain. Dapat kulihat tatapan sinisnya ketika melihat penampilanku saat ini, yang tampak santai mengenakan dress selutut dengan warna coral.

Sedangkan kulihat seperti biasa, penampilannya selalu tampak seksi hanya mengenakan setelan mini berleher terbuka dengan warna merah terang yang mencolok mata. Rambutnya yang hitam panjang kali ini diikat kebelakang seakan sengaja membuat tubuhnya terekspos liar. Sungguh berbanding terbalik denganku kini.

Kedua tangannya saling bersidekap dengan angkuh dan kedua matanya yang besar menatapku tajam memprovokasi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tenang, seakan tak merasa bergeming dengan sikapnya yang mendominasi.

"Maaf Miss. Carol Gilmore, aku bukan orang yang suka dengan obrolan yang bertele - tele jadi bisa kita mulai dari sekarang?" sapaku dingin.

Senyuman pahit tercetak jelas di wajah Carol kini.

"Kurasa kita mempunyai persamaan untuk hal itu Mrs. Jefferson a-tau aku sebut saja Jean-ny" sahutnya angkuh.

"Termasuk persamaan pernah tidur dengan pria yang sama." Tambahnya dengan senyuman lebar seakan mengejek, menguji kesabaranku.

"Tenang saja Miss. Gilmore, aku sudah siap dengan kemungkinan yang terburuk, bahkan sangat siap. Saat ini justru yang aku cemaskan adalah nasibmu, apakah kau akan sanggup bertahan dengan kemungkinan yang terburuk nanti?" ucapku sedikit mengancam.

Kedua mata Carol mendelik seketika, dan aku hanya duduk tenang tanpa bereaksi apa pun.

"Ok, kita lihat sejauh mana kau bisa bertahan dengan posisimu sekarang, Jeanny!?" sahutnya dengan nada yang cukup keras.

"Aku menunggumu Miss. Gilmore, silakan kalau kau bisa membuktikan kalau semua ucapanmu itu benar atau tidak," ucapku.

"Apa kau tak bertanya pada suamimu itu, bagaimana hubungan kita bisa terjalin hingga membuahkan hasil?" Carol bertanya dengan menyunggingkan senyuman liciknya padaku.

"Aku bukanlah orang yang suka bernostalgia miss, jadi maaf sekali aku lebih suka dengan bukti yang nyata dan di depan mata," sahutku tetap tenang.

"Bagus kalau begitu, akan kutunjukan bukti itu padamu sekarang!" Setelah ia mengucapkan itu, kulihat ia mulai membuka tas miliknya dan mengambil beberapa lembar kertas untuk ditunjukkan kepadaku.

"Lihat ini dan berpikirlah dengan cerdas!

Aku dan suamimu berhubungan satu bulan sebelum Natal dan itu jauh sebelum kamu menikah dengannya!"

Kulihat dan kubaca lembaran kertas itu, sebuah hasil diagnosa dokter tentang kehamilan dan hasil USG lengkap dengan umur janinnya. Sedetik aku merasa dadaku sesak dan sakit, saat melihat hasil USG dari kehamilan Carol Gilmore kini.

"Tidak, kau harus kuat Jeanny!

Jangan terlihat lemah!" hati kecilku berseru memberikan semangat agar aku tetap tenang dan tidak down hanya karena melihat bukti ini.

"Apa ada bukti lainnya?" tanyaku seraya menaruh lembaran itu begitu saja dimeja.

"Heh! apa kau ini buta atau bodoh, bukti ini sudah kuat untuk membuktikan kalau aku hamil dan ini adalah hasil buah cintaku dan juga suamimu yang kau banggakan itu, Frank Jefferson!" Carol menjawab lantang.

"Tidak, sebelum ada tes DNA yang membuktikan kalau anak yang kau kandung itu memang darah daging dari suamiku, Miss. Carol Gilmore" ujarku dengan nada tegas dan Carol tertawa pahit mendengarnya.

"Sungguh konyol!! Apa aku harus menceritakan padamu secara detail bagaimana suamimu bercinta denganku waktu itu dan bagaimana ia merasa puas bahkan berkali-kali kami melakukannya dalam satu malam!?" sahutnya seakan sengaja menguji kesabaranku.

"Hanya satu malam Miss. Gilmore dan itu tidak bisa dijadikan bukti kalau kau hamil karena suamiku," aku menyela penuh penekanan dan itu berhasil membuat wajah Carol memerah kini.

Kini ia menyeringai tajam dan berkata. "Sungguh hebat Frank Jefferson memilihmu sebagai istrinya, karena sekarang aku tahu alasannya kenapa ia memilihmu." Ucapnya padaku kemudian ia mencondongkan tubuhnya padaku yang duduk di depannya dan kembali melanjutkan ucapannya itu. "Itu karena kau ternyata terlalu bo-doh! Hingga kau buta dan tak bisa membedakan pria yang benar setia padamu atau tidak. Kau begitu bodoh dengan cintamu yang kau banggakan itu padaku, Jean-ny! Sungguh disayangkan sekali, kau bisa bersikap angkuh hanya karena kau bisa menjadi istri Frank sedangkan posisimu saat itu juga tak ada bedanya denganku sekarang! Ha-mil diluar nikah!"

"Apa aku benar, Mrs. Jefferson yang terhormat...?" Carol mengakhiri ucapannya, sudut bibirnya tersenyum angkuh karena melihat sikap diamku sekarang.

Ya, ucapannya memang benar. Aku tak ada bedanya dengannya sekarang.

Hamil sebelum menikah, hal itulah yang mengingatku pada kenyataan.

"Sekarang aku bertanya padamu, apa yang kau inginkan dariku Carol Gilmore?" tanyaku kemudian dengan suara berat.

"Yang kuinginkan? Tak perlu kau tanyakan itu, seharusnya kau sudah mengetahuinya sejak awal, Jeanny." Carol tersenyum angkuh menatapku. "Serahkan posisimu sekarang padaku, itu kalau kau tak mau dimadu.

Bukankah itu pertaruhan yang sebanding?" sahutnya, senyuman angkuh tak lepas diwajahnya kini.

"Itu bukanlah wewenangku Miss. Gilmore. Silakan kau tanyakan sendiri pada Frank Jefferson jika kau sangat yakin kalau kau bisa merebut posisiku menjadi Mrs. Jefferson seperti sekarang, karena seharusnya jika kau memang mengenal suamiku dengan baik, kau bisa meluluhkan hatinya tanpa melalui aku," jawabku tetap bersikap tenang.

"Aku rasa pembicaraan kita cukup sampai di sini, karena aku pikir kau pasti bukan wanita yang suka mengobrol banyak omong kosong apalagi dengan seorang rival. Kalau begitu aku permisi dan sampai jumpa lagi Miss. Carol Gilmore." Tuturku tenang seraya beranjak pergi meninggalkan Carol yang hanya bisa menatapku tajam dan penuh amarah.

Aku berjalan dengan langkah senormal mungkin saat meninggalkan restoran itu. Susah payah aku menahan kedua mataku yang kini berkabut, agar tidak menangis di tempat ini. Kutampilkan seluruh kekuatanku hingga sampai saat ini, dan aku bersyukur dapat melewatinya dengan tanpa menunjukkan kelemahanku di depan Carol Gilmore.

Ingin rasanya aku berteriak dan berlari saat Carol menceritakan bagaimana hubungannya bersama dengan Frank. Susah payah aku menahan emosiku sendiri saat itu. Bagaimana rasanya sakit karena cinta. Cinta pada suamiku yang mengkhianatiku. Entah hubungan satu malam atau bukan, yang jelas Frank Jefferson pernah bercinta dengan wanita selain aku, hingga membuahkan hasil.

Bukankah itu tak ada bedanya denganku kini?

Sungguh ironis, aku tak ada bedanya dengan Carol Gilmore. Yang dikatakan wanita itu memang benar adanya dan aku tak bisa mengelak hal itu. Aku terlalu hanyut dalam pikiran dan perasaanku sendiri hingga tanpa kusadari aku menabrak seseorang di luar pintu restoran.

"Ah, maaf. Saya tak sengaja!" ucapku spontan.

Mataku menangkap sosok yang kutabrak itu dan aku pun begitu terkejut dengan apa yang kini kulihat di depan mataku kini. Seseorang yang kukenal dari masa laluku dan yang aku takutkan, Garth Gaskins.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status