Share

Keyakinan, part 2

"A-pa kau bilang tadi? Hamil?!" seru Frank tak percaya, mata tajamnya membulat sempurna seakan apa yang baru saja ia dengar membuatnya syok seketika.

"Ya, aku ha-mil Frank Jefferson. Sama seperti istri yang kau cintai itu dan ini adalah hasil buah cinta kita," sahut Carol dengan menyunggingkan senyuman bangganya, namun bagi Frank senyuman itu adalah senyuman palsu yang tak tahu malu.

Ucapan Carol bagi Frank terdengar seperti meledek dan menguji kesabarannya yang hampir habis, ia pun mendengus kasar dan tertawa pahit.

"Kau benar-benar wanita sinting Carol Gilmore! aku tak menyangka ternyata teman wanita yang selama ini aku kenal adalah wanita picik!!!" umpatnya kasar.

"Terserah apa katamu Frank, aku bisa membuktikannya kalau ucapanku ini benar!" sahut Carol kemudian ia menggapai beberapa lembar kertas di atas meja rak yang tak jauh di belakangnya.

"Lihat ini!! dan setelah itu apakah kau bisa menyangkal semua ucapanku Frank Jefferson?! seru Carol seraya menunjukkan beberapa lembar kertas itu di hadapan Frank yang berdiri dengan wajah tegang.

"Dan aku juga tak sabar untuk melihat bagaimana reaksi istri tercintamu itu jika melihat bukti-bukti yang aku tunjukan itu padamu sekarang," ucap Carol dengan nada mengejek dan tatapan penuh percaya diri.

Sepasang mata elang Frank menatap lembaran-lembaran kertas itu dengan tak sabaran dan beberapa detik kemudian ia melempar sembarang lembaran kertas di tangannya dengan kasar.

"Persetan!!! aku tak akan percaya dengan mudah hanya dengan bukti seperti ini Carol Gilmore!!!" serunya lantang.

"Kau- dengan otak picikmu itu bisa saja menipuku dengan cara seperti ini! karena aku sangat yakin aku bukanlah pria yang pantas bertanggung jawab dengan kehamilanmu itu sekarang!!!" serunya sekali lagi dengan emosi yang meluap.

Carol tertawa kecut mendengar penyangkalan Frank kali ini.

"Sungguh pengecut!! kita melakukannya satu bulan sebelum Natal Frank Jefferson dan kau masih bisa menyangkalnya dengan bukti akurat dari rumah sakit itu!!

Jika kau pria yang cerdas, seharusnya kau bisa berpikir kalau rumah sakit tak akan sembarangan memberikan berkas palsu pada seseorang!!" seru Carol lepas kendali.

"Heh, siapa bilang aku tak percaya Carol Gilmore..., aku bukanlah pria bodoh yang dapat kau bodohi dengan hanya bukti lembaran kertas omong kosong itu!! ucap Frank menyeringai kasar.

"Yang aku katakan adalah- aku tidak yakin kalau hanya akulah satu-satunya pria yang tidur denganmu wanita jal*ng!!!" seru Frank sekali menambahkan dengan kedua mata yang berkilat.

"Kau-?!!" sahut Carol gemetar, telapak tangannya bersiap melayangkan tamparan di wajah mengerikan Frank Jefferson sekarang, namun dengan gerakan sigap, Frank dengan cepat menangkapnya.

Kedua mata mereka bertemu dengan amarah yang saling meluap, susah payah Carol hendak melepaskan diri dari cengkraman kuat Frank di tangannya.

"Kita lihat, seberapa besar usahamu untuk merusak rumah tanggaku dengan Jeanny! karena aku berani menjamin aku bukanlah ayah dari anak yang kau kandung itu sekarang!!!"

Frank berseru dengan nada tegas dan lantang kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Carol Gilmore yang hanya bisa menatapnya dengan amarah meluap.

"Kau pria brengs*k sialan Frank Jefferson!!

Kita lihat apa kau masih bisa bersikap sombong setelah ini, pengecut sialan!!!" maki Carol penuh emosi.

...

Malam itu setelah ia pergi meninggalkan apartemen Carol Gilmore, Frank melajukan cepat mobilnya dengan wajah frustasi yang tak bisa ditutupi. Sungguh ia tak menyangka kalau Carol Gilmore akan bertindak senekad ini untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Jeanny.

"Brengsek sialan!!!" makinya kasar di dalam mobil.

Wajahnya kini tampak tegang dan merah menahan amarah di dadanya yang terasa panas. Kini dalam hatinya ia berpikir keras, bagaimana caranya untuk meyakinkan istri yang amat dicintainya itu kalau, bukan dialah pria yang menghamili Carol Gilmore, karena ia sangat yakin akan satu hal itu.

Sungguh ia tak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya Jeanny setelah mendengar kenyataan ini. Pantas saja kemarin malam Jeanny bersikap dingin padanya.

Ternyata istrinya sudah tahu tentang kehamilan Carol yang baginya sangat tidak masuk akal dan sebuah omong kosong.

Dalam hatinya ia menyesali perbuatan bodohnya waktu itu saat ia dalam keadaan mabuk di apartemen Carol dan sekarang wanita picik itu menggunakan kelemahannya untuk menghancurkan hubungannya dengan Jeanny.

"Sungguh bodoh kau Frank!!!" makinya sendiri merasa frustasi.

Setelah ia sampai di muka halaman rumahnya, Frank menepikan mobil dan memparkirnya di garasi mobil dengan tak sabaran. Rasanya ia ingin segera menemui istrinya dan memohon maaf. Dengan segera ia pun masuk dalam rumah dan mencari-cari Jeanny di setiap ruangan tapi ia tak menemukannya.

Dilihatnya di kamar Alex dan Kimmy ia pun hanya menemukan kedua adiknya itu yang sudah tertidur. Merasa cemas dan aneh, segera pun ia menemui Miss. Helen di kamar pengurus rumah tangga itu.

"Ya, Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ketika membuka pintu kamar yang diketuk Frank dengan tak sabaran.

"Miss. Helen, apakah kau tahu di mana istriku? aku tak menemukannya di dalam rumah sekarang" tanyanya cemas.

"Oh, Nyonya? sejak tadi siang Nyonya berpamitan pergi Tuan, tp entah di mana saya kurang tahu karena Nyonya tak mengatakan apa pun, saya pikir tuan sudah mengetahuinya," sahut Miss. Helen bingung.

"Astaga, di mana kau Jeanny?!" Frank tiba-tiba merasa frustasi, ia panik sekarang.

Dengan cepat ia menghubungi ponsel istrinya itu tapi tetap tak ada jawaban, terakhir ia mengirim pesan pun tak dibalas oleh Jeanny sejak siang tadi.

Melihat sikap tuannya yang tak biasa dan panik membuat Miss. Helen semakin bingung.

"A-pa terjadi sesuatu pada Nyonya, Tuan?" tanyanya cemas dengan suara yang gemetar.

"Tidak, tidak ada Miss. Helen, jangan kau ucapkan pertanyaan seperti itu karena aku tidak suka!" tegur Frank kacau.

Miss Helen yang tak pernah melihat tuannya dengan keadaan seperti itu pun kini merasa takut.

"Ma-af Tuan... , saya tak sengaja mengatakannya karena saya juga khawatir dengan Nyonya," sahut miss Helen dengan gugup.

"Sudahlah, aku harus pergi dan mencari istriku.

Aku pasrahkan Alex dan Kimmy padamu miss Helen." Frank segera berlalu meninggalkan pengurus rumah tangga itu yang kini hanya bisa menatap Tuannya dengan bingung.

***

"Kau tak ingin memberitahu suamimu kalau kau ada di sini, Jeanny?" Natasya bertanya seraya memberikan teh hangat untukku malam itu.

"Tidak, biarkan saja.

Ia pasti tahu aku ada di sini," sahutku tenang.

"Yah, itu terserah padamu.

Setidaknya kau harus memberikannya pelajaran sedikit padanya," dukung Natasya padaku.

Kini ia duduk di sampingku dan mengelus lembut punggung tanganku.

"Kau harus kuat, Jeanny demi anakmu...

Mungkin ini cobaan bagi pernikahan kalian.

Aku tahu apa yang kau rasakan, pasti begitu sakit jika tahu orang yang dicintai punya hubungan dengan wanita lain apalagi jika benar sampai memiliki anak," tutur Natasya simpatik.

"Apa pun yang kau putuskan, aku akan selalu berada di pihakmu, jadi kau tak perlu merasa bersedih seorang diri ya," tambahnya dengan wajah penuh sayang.

Kutatap Nat dengan tatapan lemah dan berkabut. "Terima kasih, Nat. Aku tak tahu harus pergi ke mana jika tak ada kau di sisiku," ucapku lirih dan Natasya hanya tersenyum manis menenangkan.

"Lantas apa yang akan kau lakukan pada wanita bernama Carol itu, Jeanny?" tanyanya kemudian.

"Entahlah, aku belum bisa berpikir jernih.

Aku akan menemuinya besok, karena aku masih punya keyakinan pada Frank.

Hati kecilku mengatakan kalau Frank tak mungkin mengkhianatiku, mungkin ada sesuatu yang tidak aku ketahui selama ini dan aku akan mencari celah itu, Nat," jawabku penuh dengan keyakinan.

"Akan kutemani kau jika kau menemui perempuan sialan itu besok, aku tak mau kau menemuinya seorang diri" sahutnya menawarkan diri.

"Tidak Nat, aku harus datang seorang diri.

Jika aku datang bersamamu, dia akan berpikir kalau aku adalah wanita lemah dan pengecut.

Aku ingin tahu kebenaran apa yang ingin ia tunjukkan padaku jika kita bertemu nanti, dan kita akan buktikan apakah ucapannya bisa dipercaya atau justru sebaliknya," sahutku.

Natasya mendesah pelan mendengar jawabanku. "Baiklah, kalau itu yang kau mau Jeanny..., tapi ingat hubungi aku secepatnya jika ada sesuatu nanti, okay?! Aku tak mau terjadi apa-apa padamu, karena aku takut si Carol sialan itu akan bertindak nekad padamu," ucap Natasya cemas.

"Kau tak perlu khawatir, Nat. Dia tak akan berani macam-macam padaku karena jika ia melakukannya ia sama saja menggali kubur untuk dirinya sendiri," sahutku yakin.

Kemudian selang beberapa menit, kudengar seseorang mengetuk pintu apartemen Natasya.

Kami berdua pun bertatapan seakan saling memahami siapa yang mungkin datang malam-malam begini.

"Kau tunggu di sini! akan kubukakan pintu.

Aku sangat yakin kalau itu adalah suamimu," tutur Natasya dan aku hanya mengangguk sekilas.

Natasya membuka pintu dan memang dugaan kami benar, kudengar suara Frank dari luar ruangan.

"Jeanny, di mana Jeanny Nat?!

Aku tahu pasti dia ada disini bersamamu kan?" Frank bertanya seperti orang gila.

"Dia ada di sini sejak siang tadi, kau tenang saja," Natasya menjawab singkat.

"Syukurlah, aku pikir dia akan pergi jauh dariku Nat. Aku ingin menemuinya Nat, bisakah aku menemui istriku sekarang?" tanya Frank kemudian.

"Dia ada di dalam kamar, sebagai teman kusarankan sebaiknya kau tak menemuinya dulu saat ini. Dia hanya butuh ketenangan, jadi berikan dia ruang dulu untuk beristirahat," tutur Natasya memberikan nasehat.

"Biarkan aku bertemu dengannya sebentar Nat, aku harus memastikan diriku sendiri kalau dia baik-baik saja," sahut Frank cemas.

"Dia baik-baik saja, untuk saat ini. Jeanny wanita yang kuat, tapi ingat Frank Jefferson kuperingatkan kau kali ini, sekali pun kau adalah suaminya, jika sedikit pun kau menyakiti hatinya lagi seperti dulu maka aku adalah orang pertama yang akan berurusan denganmu," tutur Natasya tegas.

Mendengar suara Frank, entah kenapa hatiku terasa sakit. Apalagi saat dia begitu mengkhawatirkan aku dan mencariku malam-malam begini ke apartemen Natasya hanya untuk ingin tahu keadaanku.

Kupejamkan kedua mataku dan mendesah pelan, cinta kami saat ini sedang diuji dan aku harus kuat menghadapinya.

Maka tanpa pikir panjang lagi, segera aku bangkit dari ranjang dan berjalan menemui Frank di ruang depan.

"Tolong tinggalkan kami sebentar, Nat! aku ingin bicara dengan Frank," ucapku setelah keluar dari kamar dan melihat Frank dan Natasya masih saja berdebat.

"Baiklah kalau itu yang kau mau Jeanny," sahut Natasya mengerti dan berjalan meninggalkan aku dan Frank di ruangan itu.

Kulihat Frank menatapku lemah dan berjalan cepat menghampiriku, penampilannya kini tampak kacau. Setelan jas yang masih dikenakannya tampak lusuh, dan wajahnya benar-benar tampak lelah.

"Sayang, aku bersyukur kau baik-baik saja.

Aku sangat cemas memikirkanmu," ucapnya cemas seraya menyentuh lembut kedua tanganku.

"Aku hanya ingin sendiri Frank, maafkan aku membuatmu cemas," sahutku lirih.

"Tidak, tidak sayang..., aku yang harusnya meminta maaf padamu karena aku, kau seperti ini.

Maafkan aku sayang..., sekali maafkan aku," ucap Frank dengan wajah penuh penyesalan.

"Ca-rol, dia-" sebelum Frank melanjutkan ucapannya, dengan cepat aku menukas ucapannya.

"Tidak! jangan kau bahas tentang dia malam ini, Frank. Aku sedang tak ingin memikirkannya, aku mohon," sahutku cepat.

"Baiklah sayang, maafkan aku..., aku bisa mengerti. Tapi kau mau pulang malam ini bersamaku, kan sayang?" tanyanya dengan ekspresi wajah memohon, kedua matanya yang tajam menatapmu sendu, entah kenapa hatiku begitu sakit saat melihatnya.

"Tidak Frank, aku akan pulang jika aku ingin pulang nanti tapi untuk saat ini, tolong biarkan aku di sini sendiri. Aku harap kau mau mengerti itu," jawabku tegas.

Kepala Frank menunduk dan tatapannya lemah, sedetik kemudian dia pun menjawab.

"Baiklah sayang, aku tahu. Tapi, aku mohon tolong jangankan tinggalkan aku, Honey. Aku mencintaimu, sungguh." Frank berucap sungguh-sungguh, kedua tangannya kini menggenggam erat jemari tanganku kuat.

Aku tak menjawab dan berpaling dari wajahnya.

Entahlah, aku ragu. Perasaanku kacau karena memang jujur kehadiran Carol yang begitu tiba-tiba dalam kehidupan keluarga kami membuatku syok dan hatiku sakit.

"Berikan aku waktu, Frank. Aku hanya ingin sendiri," ucapku lirih.

"Baiklah sayang, aku akan selalu menunggumu sampai kau kembali padaku," sahut Frank dengan suara lemah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status