Share

Keyakinan

"Ada apa, Sayang? Apa kau sakit hari ini?" tanya Frank sepulang dirinya bekerja malam itu sebagai manager di salah satu sebuah perusahaan besar di New York city.

Mungkin ia merasakan keanehan karena aku tak membalas beberapa pesan darinya siang tadi dan tak menyambutnya ketika ia pulang kerja seperti biasanya. Seharian ini yang kulakukan hanya berbaring dan menangis, sungguh konyol.

Aku sendiri tak mengerti apa yang harus kutangisi. Semua itu belum terbukti benar jika Frank benar memiliki hubungan spesial dengan wanita yang bernama Carol Gilmore, apalagi sampai memiliki anak yang masih dalam kandungan perempuan itu.

Cemburu, rasa cemburu jelas ada karena itu manusiawi. Istri mana yang tak cemburu jika melihat atau mengetahui kenyataan kalau suaminya memiliki wanita lain di belakangnya.

Tapi perasaan ini lebih dari itu, aku hanya merasa takut. Takut untuk kehilangan cinta dari Frank Jefferson yang kini menjadi suamiku secara sah. Aku takut kehilangannya.

"Sayang, makanlah sesuatu jangan seperti ini, aku dengar dari Miss Helen kau belum menyentuh makanan sedikit pun sejak pagi tadi.

Itu tak baik untuk kesehatanmu dan anak kita.

Jika kau merasa sakit, ayo aku antarkan ke dokter malam ini. Aku tak mau melihatmu seperti ini, Honey..." ucap Frank cemas, ia membelai rambutku dengan penuh sayang.

Aku tetap berbaring menyamping membelakanginya dengan tanpa bereaksi.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?

Tak biasanya kau diam seperti ini, Honey... dan itu membuatku cemas," ujarnya menambahkan.

Kuseka air mataku yang mungkin sudah kering, dan berpaling menatapnya dengan pandangan sendu. Dapat kulihat ekspresi terkejut di wajah Frank saat mata kami saling bertemu.

"Kau habis menangis, Honey?"

Ya, Tuhan apa yang membuatmu seperti ini, katakanlah padaku?!" tegurnya bingung.

"Apa kau mencintaiku Frank Jefferson?" pertanyaan itu meluncur begitu saja di bibirku yang terasa bergetar kini.

Kedua mata tajam Frank membulat, seakan tak mengerti dengan sikapku yang baginya mungkin berubah aneh.

"Tentu saja sayang, aku mencintaimu. Tak perlu kukatakan lagi aku sudah berulang kali mengatakannya padamu, apa kau masih belum percaya padaku?" sahutnya dengan penuh keyakinan.

Entah kenapa setelah mendengarnya, kedua mataku berair kembali. Sungguh bodoh, aku tak bisa menahan perasaan ini di dadaku yang kini terasa sesak.

Aku menutup wajahku kini dengan kedua telapak tanganku sendiri dengan tubuh bergetar. Seketika Frank menarik tubuhku kepelukannya dan mengusap lembut rambutku.

"Apa yang terjadi padamu, sayang? katakanlah..., aku tak sanggup melihatmu seperti ini" bisiknya khawatir.

"Maafkan aku Frank, a-ku hanya terlalu takut kehilanganmu," sahutku dengan suara serak.

Kurasakan pelukan Frank semakin erat di tubuhku kini, ia menciumi wajahku yang penuh dengan air mata.

"Katakanlah sayang, apa yang terjadi padamu hari ini? aku tak mau kau menanggung beban seorang diri. Aku sudah berjanji padamu dan anak kita, sampai kapan pun aku akan selalu menjagamu dalam keadaan senang ataupun sedih," tuturnya menenangkanku.

"Siapa Carol Gilmore bagimu Frank?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Ca-rol?" kedua mata Frank mendelik seakan tak percaya dengan apa yang baru saja aku tanyakan.

"Astaga, apa wanita itu menemuimu tadi?!" tanya Frank seketika dengan nada yang cukup keras.

Melihat reaksinya, aku semakin yakin kalau hubungan mereka lebih dari sebatas teman kuliah biasa.

"Katakan jujur padaku Frank, siapa Carol bagimu?" tanyaku sekali lagi dengan mata berkabut.

"Kami tak mempunyai hubungan apa pun sayang, kau harus percaya padaku!

Dia memang pernah menaruh hati padaku dulu tapi aku tak pernah membalas perasaannya selama ini, aku berani bersumpah! Karena hubungan kita memang tidak ada yang spesial!" sahut Frank menjelaskan dengan penuh keyakinan.

"Aku berharap itu benar Frank, karena aku akan sangat kecewa jika kau berbohong dan menipu perasaanmu sendiri," ucapku dengan nada cukup tegas.

"Aku bisa menjaminnya Honey, hanya kaulah wanita yang kucintai di dunia ini bukan Carol atau siapa pun itu aku tak peduli! hanya kau di hatiku," sahut Frank seraya memegang lembut kedua bahuku dan membawa tubuhku kembali kepelukannya.

"Berjanjilah Sayang, kau tak akan seperti ini lagi.

Ini sangat menyiksaku, kau tahu? hatiku sakit jika melihatmu menangis seperti ini, honey," Frank berkata memohon. "Carol Gilmore hanyalah masa laluku, kami tak pernah menjalin hubungan apa pun. Hubungan kami hanya sebatas teman kuliah dan aku menghormatinya sebagai teman itu saja tidak lebih," ucap Frank meyakinkanku.

Mendengar pengakuan Frank saat ini, sedikit membuatku tenang. Sengaja aku tak mengatakan tentang kehamilan Carol padanya sekarang, karena hal itulah yang ingin kuselidiki sendiri nanti. Aku sudah bertekad untuk itu.

...

"Hari ini aku akan izin sayang, jika kau merasa tak sehat," tutur Frank cemas saat ia selesai mandi dan hendak bersiap.

Aku yang saat itu tengah menyiapkan setelan jas untuknya tersenyum tipis.

"Tidak Frank, aku tak apa.

Maaf membuatmu cemas, mungkin kemarin aku hanya masih merasa syok saja" sahutku lirih.

Frank mendekat ke arahku dan memelukku dari belakang. "Kau harus berjanji padaku, tak akan terpengaruh lagi dengan ucapan siapa pun yang ingin menghancurkan keluarga kita, honey" ucapnya mengingatkanku.

Aku hanya tersenyum tipis, tak menjawab ucapannya.

"Kau akan terlambat Frank, bersiaplah aku akan menunggumu dibawah dan menyiapkan sarapan untukmu," ucapku seraya berlalu meninggalkan Frank yang hanya menatapku lemah.

***

Malam itu juga, sepulang dari kantor Frank meluncurkan mobilnya menuju ke apartemen Carol Gilmore.

Ia merasa Carol sudah keterlaluan menganggu kehidupan keluarganya, apalagi menganggu Jeanny, wanita yang paling dicintainya.

"Ini benar-benar tak bisa dibiarkan!" serunya marah, kedua matanya memerah menahan emosi yang amat sangat.

Dadanya bergemuruh seakan ingin meledak, apalagi jika mengingat sikap dingin istrinya pagi tadi membuat hatinya teriris dan sakit. Ia tak sanggup melihat Jeanny menderita lagi karenanya, ia tak mau itu terjadi. Dan Frank tak mungkin tinggal diam dengan masalah ini, ia harus bertindak, memberikan peringatan pada Carol Gilmore.

"Carol! Carol! keluarlah wanita sial!!" Frank mengetuk pintu apartemen Carol Gilmore sesampainya di sana.

Beberapa detik kemudian pintu itu pun terbuka, dan senyum mengembang di wajah sexy wanita berambut hitam panjang itu.

"Frank?! Akhirnya kau datang juga!" serunya senang.

"Aku punya keyakinan kalau kau pasti akan datang menemuiku, Frank. Apakah kau merindukanku sayang?" ucap Carol tak tahu malu.

"Persetan! katakan padaku apa maumu dengan mendatangi istriku, perempuan jal*ng?!" Frank berseru lepas kendali, wajah tampannya tampak tegang dan kedua tangannya mengepal erat menahan emosi yang amat sangat.

"Ho..ho..ho.., istrimu tercinta sudah menceritakannya padamu ya? sungguh seperti yang aku duga, tapi aku tak menyangka ia akan begitu cepat berubah pikiran, setelah begitu sombongnya menunjukkan statusnya sebagai istrimu kemarin," Carol menyahut santai.

"Sialan!!" maki Frank keras, namun seperti tak terpengaruh dengan kemarahan Frank sekarang, Carol bersikap cuek dan acuh tak acuh.

"Masuklah Frank, jangan di depan pintu seperti itu, tak akan baik untuk image mu nanti jika orang-orang melihat seorang pria yang sudah menikah mendatangi apartemen wanita seorang diri," ucapnya dengan nada yang terkesan dibuat-buat.

"Katakan padaku apa maumu?!" seru Frank kembali, hilang kesabaran.

"Mauku? Tentu saja yang aku mau adalah kau sayang..." sahut Carol tenang.

"Apa kau gila?! aku sudah beristri Carol! dan hentikan sikap tak tahu malu mu sekarang!" seru Frank.

Carol mendekat kearah Frank dan menyentuh dada Frank yang sedikit terbuka di bagian kancingnya, gerakannya sungguh menggoda dan dengan cepat Frank segera menepisnya.

"Jangan coba-coba menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" ancam Frank tak senang dan Carol hanya tersenyum licik menanggapinya.

"Apa sikapmu selalu seperti itu Frank pada wanita yang pernah tidur denganmu?" ucap Carol dengan senyuman liciknya.

"Dengar Carol, sudah kuperingatkan padamu jangan kau manfaatkan situasi kita waktu itu karena itu hanyalah sebuah kesalahan!!" Frank berseru memperingati.

"Sungguhkah sebuah kesalahan, Frank?

Lalu jika aku berada persis seperti di posisi istri mu itu apakah kau masih bisa menyangkalnya, Frank Jefferson?" sahut Carol tenang.

"Apa maksudmu?!" Frank bertanya tak mengerti dan saat itu juga Carol tersenyum penuh arti.

"Aku hamil anakmu, Frank Jefferson dan jika kau pria yang bertanggung jawab seharusnya kau tahu apa yang harus kau lakukan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status