Alina hanya tersenyum mendengar kesuksesan Rosa. Ia meletakkan tangan di dada, kemudian memejamkan mata. Sejenak Alina meresapi, adakah kebencian atau iri pada keberhasilan istri suaminya itu? Perlahan Alina membuka mata dan tersenyum. Ia bersyukur, hatinya telah berdamai dan menerima. Sehebat atau sebahagia apa pun Rosa, ia tak peduli. Fokus Alina sekarang adalah kebahagiaan anak-anaknya.“Kita enggak tahu jalan takdir Allah, ya, Bu. Banyak orang yang berbuat dosa, tetapi tetap diberi Allah kesenangan dan kenikmatan dunia. Padahal, itu istidraj. Suatu saat nanti mereka terlena, kemudian dijatuhkan dalam keadaan terhina,” ungkap Regina, ketika bersilaturahmi ke rumah Alina.“Insyaallah, saya sudah mengikhlaskan semua. Dulu, saya terlalu larut pada kesedihan, Bu, hingga saya menyiksa diri sendiri selama enam tahun.”“Saya salut dengan Bu Alina. Walau tersakiti, tetapi enggak mau membalas mantan suami dan istri barunya.” “Enggak perlu mengotori diri kita, Bu. Biarkan Allah yang menilai
Wanita itu kini berada di atas angin. Bahkan, Ustazah Ana yang melihat keberhasilan Rosa dan kasus perceraiannya pernah mengingatkan wanita itu untuk tidak mendramatisir masalahnya dengan Pandu ke publik. Namun, Rosa tak mengindahkan. Ustazah Ana pernah marah ketika Rosa mengatakan bahwa Pandu adalah suami yang tidak bersyukur mendapatkan istri sepertinya. Tak ingin dinasihati, Rosa malah memblokir nomor wanita tersebut.***Berita perceraian Pandu dan Rosa juga sampai ke telinga Alina. Banyaknya pemberitaan yang menyudutkan mantan suaminya membuat Alina menjadi iba. Selama berumah tangga, Pandu sangat baik. Justru kehadiran Rosalah yang membuat semuanya berubah. Alina tak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Yang jelas, sikap Rosa seolah-olah dia korban kezaliman Pandu terlalu mengada-ada.“Apa benar, Papa selama ini masih mencintai Mama?” tanya Zyan yang tiba-tiba hadir ketika sebuah tayangan infotaiment menampilkan berita tersebut. “Tante itu bilang, mereka berpisah karena Papa
Rosa kaget, ketika mendapati seorang pria yang sangat ia benci sudah duduk di kursi kebesarannya. Entah bagaimana caranya, hingga Daniel bisa masuk ke ruangan privasi Rosa. “Ada apa kamu ke sini?” tanya Rosa ketus.Daniel memutar kursi itu hingga berhadapan langsung dengan Rosa yang menatapnya tajam. “Aku ingin mengucapkan selamat kepadamu, karena telah berhasil menjadi pengusaha muda nan berbakat.”Rosa memutar bola mata jengah. Ia tak mau berurusan dengan Daniel lagi. “Selain itu, maksud kedatanganku untuk menawarkan diri menjadi suamimu.” Pria itu tersenyum melihat wajah Rosa yang tampak menahan kemarahan. Daniel menyandarkan punggungnya di kursi, kemudian menyilangkan kedua kaki di atas meja. Rosa benci melihat kelakuan pria itu. “Jangan mimpi! Aku enggak sudi menjadi istrimu.”Daniel berdiri, kemudian tertawa lebar. Ia berjalan mendekati Rosa, kemudian meletakkan tangannya di rahang wanita itu. “Apa ada buruan baru yang akan kamu incar, setelah berhasil memeras konglomerat Pand
Sepanjang jalan, mata pria itu tak henti menatap keluar jendela. Pemandangan sawah dan hamparan kebun karet terlihat saling kejar, ketika kereta api yang ditumpangi Pandu melintas. Pandu memejamkan mata. Ia berharap, makin jauh dari Alina akan membuatnya makin mudah untuk melupakan sang mantan istri yang sebentar lagi akan menikah. Rasa cintanya begitu besar pada Alina. Namun, cinta itu terhalang tembok yang tinggi. Pandu tak ingin merusak hubungan Alina dengan Fusena, apalagi menghalangi kedekatan keduanya. Hanya saja, hati Pandu belum siap kehilangan Alina untuk selamanya.Jika tak ingat malu, ingin rasanya ia mengungkapkan keinginannya untuk rujuk. Namun, melihat senyum Alina dan kebahagiaan putrinya bersama calon ayah tiri, ia menjadi tak tega. Lagi pula, bukankah itu kebodohan Pandu sendiri yang melepas Alina, bahkan mengusir wanita itu?Tiba di stasiun, kedatangan Pandu disambut seorang pria paruh baya. Dia adalah Ustaz Fahri yang merupakan teman Ustaz Ahmad. Pria itulah yang me
Detak high heels Rosa terdengar, ketika beradu lantai. Ia berjalan menyusuri hunian yang sekarang tampak berbeda. “Aku enggak menyangka, ternyata Mas Pandu mengganti semuanya,” ujarnya tertawa sumbang.“Ada perlu apa kamu ke sini?” tanya Alina pada Rosa yang dari tadi sibuk menelisik setiap inci rumahnya.“Aku ingin bertemu dengan Mas Pandu.”Alina terkekeh. Ia tahu ini hanya akal-akalan Rosa saja untuk bisa menginjakkan kaki di rumah ini. “Kamu salah tempat, Mas Pandu enggak ada di sini.”“Benarkah? Bukankah ini rumahnya?”“Kalau kamu ingin bicara dengan Mas Pandu, kenapa enggak menghubunginya?” Alina balik bertanya.Rosa tercekat. Ia memang tak pernah lagi menghubungi Pandu semenjak mereka bercerai. “Jika enggak ada urusan, kamu boleh pergi.”Rosa membuka kacamatanya, kemudian berjalan mendekati Alina. “Aku enggak menyangka, kalau papa Shanum enggak tinggal di sini.” Wanita itu duduk di sofa, kemudian meletakkan tas branded-nya di atas meja. Sebuah senyum kemenangan tercipta, ketik
Dada pria itu naik turun menahan kemarahan. Telunjuknya mengarah pada wajah Rosa. “Jangan bohong, dulu kamu mengancamku akan menyebarkan video itu, jika aku enggak memberimu sejumlah uang. Aku sudah turuti keinginanmu, Ros, bahkan kamu sudah berjanji untuk menghapusnya, tetapi kamu ingkar!”Rosa menangis bersamaan rasa takut menghadapi kemarahan Himawan. Ia kembali mengingat video lama itu. Perasaannya mengatakan, bahwa video itu telah ia hapus karena takut ketahuan oleh Pandu. Namun, kenapa video itu muncul kembali?“Sudah kubilang, bukan aku!”Plak! Sebuah tamparan kembali melayang di pipi Rosa. Wanita itu meringis, cairan merah mengalir di sudut bibir. Himawan tak percaya dengan pengakuan Rosa. Ia hafal betul bagaimana sifat licik wanita itu. Bahkan, Himawan merasa dibodohi. Dulu, Rosa menjajakan tubuhnya pada Himawan. Rosa pula yang merekam video mereka dengan alasan sebagai kenang-kenangan dan koleksi pribadi. Namun, ternyata wanita itu menjebaknya dan memeras Himawan berkali-ka
Pandu beristigfar di dalam hati. Tubuhnya gemetar melihat aksi liar Rosa dari benda pipih di tangannya. Walaupun Rosa belum memberikan klarifikasi, Pandu yakin, pemeran wanita dalam video yang berdurasi enam belas menit itu adalah Rosa. “Ya, Allah, wanita macam apa yang aku nikahi dulu? Ternyata aku dibutakan oleh nafsu, hingga membuang jodoh terbaik yang engkau berikan. Ampuni aku, ya Allah.”Tetesan air mata kembali jatuh di pipi. Ia pikir, hanya kepada Daniel, Rosa memberikan kehormatannya. Namun ternyata Pandu salah, wanita itu berkencan dengan banyak pria dan sengaja membangkitkan hasrat mereka dengan pose dan permainan liarnya yang menjijikkan. Pandu mengela napas lemah. Di satu sisi ia bersyukur karena kelakuan Rosa terkuak ketika mereka telah berpisah, tetapi di sisi lain ia merasa kasihan pada wanita itu. Rosa memiliki keluarga yang tak harmonis. Kedua orang tuanya bercerai ketika ia masih remaja. Masing-masing sudah menikah dan tak ada yang peduli dengan Rosa, hingga wanita
“Sini, aku traktir.” Bryan menarik tangan Zea menuju kasir. Setelah menyelesaikan pembayaran, pria itu mengajak Zea memasuki restoran yang menyajikan masakah khas daerah. Mereka memilih duduk di lesehan yang berada di pojok restoran. Bryan mendekati pelayan dan mulai memesan, sedangkan Zea fokus pada buku yang ia beli. “Rajin belajar, ya, biar lulus menjadi mahasiswi kedokteran.”“Zea akan berusaha, semoga Allah berkehendak.”“Aamiin. aku dukung kamu Zee.”“Kalau kamu bagaimana?”“Aku bercita-cita jadi pengusaha, Zee. Karena itu, aku akan memilih jurusan Manajemen Bisnis atau Teknologi Informasi, supaya bisa menciptakan lapangan pekerjaan, banyak duit, biar bisa sedekah, kemudian nikahi kamu.”Zea terkekeh dan memukul lengan Bryan dengan buku yang dipegangnya. Bryan tersenyum melihat gadis itu kembali ceria. Beberapa kali ia mengeluarkan gombalan, supaya Zea kembali bahagia. Percakapan mereka terhenti, ketika menu pesanan tiba. Zea menatap heran dengan makanan yang dihidangkan. “Ini?