Share

Bab 2

Penulis: QueenShe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-06 09:21:48

Sejak bertemu Kenzie kemarin, tekadnya untuk membuktikan bahwa ia bukan sekadar “standar” semakin menyala.

Dan malam ini, ia akhirnya tahu bagaimana cara membalas mantan kekasihnya itu, yaitu dengan menggoda Ayah Kenzie.

Untuk melancarkan rencananya, Raya membuka laptop inventaris kantor. Mengetik nama di mesin pencari, Ares Mahardika.

Ratusan hasil muncul. Artikel bisnis, wawancara, foto-foto di acara gala, bahkan gosip di kolom selebritis. Ia mulai membacanya satu per satu.

"Ares Mahardika, CEO Mahardika Group yang Misterius dan Menawan"

"Playboy Kelas Atas? Ares Mahardika Tertangkap Kamera Bersama Model dan Artis Terkenal"

"Pernikahan Ares Mahardika dan Lulu Anggraini Telah Usai?"

Raya berhenti di artikel terakhir. Jari-jarinya mengklik link itu.

"Sumber dekat keluarga mengungkapkan bahwa pernikahan CEO Mahardika Group, Ares Mahardika, dengan aktris terkenal Lulu Anggraini sudah tidak harmonis sejak beberapa tahun lalu. Meskipun mereka masih terlihat bersama di acara-acara publik, rumor mengatakan sebenarnya mereka sudah bercerai. Dugaan itu diperkuat dengan Ares sering terlihat dengan wanita cantik yang berbeda-beda setiap bulannya, sementara Lulu fokus pada kariernya yang kembali bersinar."

Raya membaca lebih lanjut. Ada foto-foto Ares di berbagai acara, selalu dengan wanita cantik yang berbeda-beda di sampingnya. Model, aktris, pengusaha muda. Wanita-wanita yang glamor dan percaya diri.

Ditatapnya foto-foto itu dengan seksama. Semua wanita itu punya satu kesamaan, mereka cantik, seksi, dan menggoda.

Lalu, pandangannya beralih pada bayangan wajahnya sendiri di layar laptop. Tidak bisa dipungkiri, wajahnya memang cantik. Tapi penampilannya terlalu polos. Terlalu sopan. dan terlalu 'aman'.

Kemeja dikancing rapi sampai leher. Rok selutut yang longgar. Rambut kuncir kuda sederhana. Makeup minimal, hanya sun screen, bedak dan lipstik nude menghiasi wajahnya. Dan itu bukan penampilan yang akan membuat pria seperti Ares Mahardika menoleh.

Usai mencari informasi, ia menutup laptop dan meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi banking dan memeriksa saldo rekening. Gaji pertamanya baru masuk seminggu lalu. Jumlahnya cukup besar, jauh lebih besar dari yang dibayangkan. Ares membayar sekretarisnya dengan sangat royal.

Raya tersenyum tipis. Uang itu akan ia gunakan dengan baik.

***

Keesokan harinya, alih-alih langsung ke kantor, Raya memilih pergi ke salah satu mall besar di Jakarta. Ia sudah melakukan riset semalam, toko mana yang menjual pakaian berkelas tapi dengan budget terjangkau.

Di depan etalase sebuah butik yang menjual pakaian kerja untuk wanita profesional. Raya memperhatikan manekin di etalase mengenakan kemeja satin merah dengan kancing terbuka di bagian atas, dipadukan dengan rok pensil hitam yang ketat dan heels hitam tinggi. Elegan. Profesional. Tapi juga menggoda.

"Selamat pagi, Mba. Ada yang bisa saya bantu?" seorang sales promotion girl menyapa dengan ramah.

"Ya," jawab Raya sambil menunjuk manekin di etalase. "Saya mau coba yang ini. Dan saya butuh beberapa set pakaian kerja yang lebih stylist."

SPG itu tersenyum lebar. "Tentu! Silakan ikut saya."

Satu jam kemudian, Raya keluar dari butik dengan empat shopping bag besar. Kemeja, atasan dengan potongan yang lebih fitted, beberapa dengan kancing yang bisa dibuka sedikit di bagian dada. Rok-rok pensil yang membentuk lekuk tubuh. Blazer yang pas di pinggang. Dan sepatu heels, tidak terlalu tinggi, tapi cukup untuk membuat kakinya terlihat lebih jenjang.

Tapi Raya belum selesai. Ia pun pergi ke salon langganan para wanita karier di Jakarta, salon yang harganya membuat dompetnya menjerit, tapi ia tidak peduli.

"Saya ingin mengubah penampilan," kata Raya pada hair stylist yang menanganinya. "Sesuatu yang lebih mature. Lebih berani dan percaya diri."

Hair stylist itu tersenyum. "Baik, laksanakan."

Tiga jam kemudian, Raya menatap pantulannya di cermin salon dengan mulut terbuka.

Rambutnya yang tadinya panjang sepinggang kini dipotong berlayer dengan poni samping yang membuatnya terlihat lebih elegan. Warnanya diberi highlight subtle, cokelat keemasan yang membuat wajahnya terlihat lebih fresh.

Makeup artist salon juga mengajarinya cara makeup yang lebih bold, dengan eyeliner yang tajam, bibir dengan warna yang lebih berani, dan contouring yang membuat tulang pipinya lebih menonjol.

Raya menatap tampilannya di cermin itu. Senyumnya begitu lebar, dia puas akan hasilnya.

Ini adalah Naraya baru. Naraya yang akan memainkan permainan berbahaya demi membuktikan kalau hidupnya tidak membosankan dan jauh dari kata standar.

"Sempurna," bisik Raya pada pantulannya sendiri.

Usai merubah penampilan, Raya sengaja datang saat jam makan siang sudah hampir berakhir, ketika sebagian besar karyawan sudah kembali ke meja mereka. Ia melangkah keluar dari lift di lantai tiga puluh dengan kepala tegak dan langkah percaya diri. Heels-nya mengetuk lantai marmer dengan ritme yang pasti.

Sari yang sedang berjalan menuju ruangannya berhenti, menatap Raya dengan mata membulat.

"Na... Naraya?!" panggilnya hampir tak percaya.

Raya tersenyum dengan lebih percaya diri dari biasanya. "Ya, Mbak. Ada apa?"

"Wow... kamu terlihat berbeda!" Sari mendekat, matanya menyapu Raya dari atas ke bawah dengan kagum. "Rambutmu, makeup-mu. Astaga, kamu cantik sekali!"

"Terima kasih, mba," jawab Raya sambil menyibak rambutnya dengan gesture yang ia pelajari dari model-model di I*******m. "Aku hanya ingin sedikit mengubah penampilan."

"Sedikit? Ini sih perubahan total!" Sari tertawa kecil. "Mr. Ares pasti—"

"Naraya." Suara berat itu memotong kalimat Sari. Mereka berdua menoleh.

Ares berdiri di ambang pintu ruangannya, Tatapan matanya menyapu Raya dari ujung rambut hingga ujung kaki, tatapan yang intens dan menilai. Ekspresinya sulit dibaca, membuat udara di sekitarnya terasa panas.

Untuk sesaat, Raya melihat sesuatu berkilat di mata Ares. Terkejut atau Ketertarikan?

Namun sesaat kemudian, Ares kembali pada ekspresi dinginnya.

"Kamu terlambat," katanya datar.

"Maaf, Pak," Raya sedikit membungkuk—gerakan kecil yang tanpa sengaja memperlihatkan lekuk halus di leher dan sedikit belahan di dada. "Tadi saya ada keperluan mendadak."

Tatapan Ares sempat turun sejenak ke leher dan dada Raya, sebelum kembali ke wajahnya.

"Jangan terulang lagi. Saya ada meeting jam dua. Siapkan dokumennya," katanya sebelum berbalik masuk ke ruangannya.

"Baik, Pak."

Sari menghela napas panjang. "Dia terlihat terganggu."

"Terganggu?" Raya menatap Sari dengan alis terangkat.

"Maksudku, aku sudah bekerja dengan Mr. Ares selama lima tahun," Sari berbisik sambil mendekat. "Dan tadi pertama kalinya aku melihatnya menatap seseorang lebih dari dua detik. Biasanya dia bahkan tidak peduli dengan penampilan karyawannya."

Raya hanya tersenyum samar. Ada rasa puas di dadanya. Kecil, tapi nyata. Usahanya tak sia-sia.

"Mungkin dia cuma terkejut dengan perubahanku yang terlalu mendadak," kata Raya ringan, sambil berjalan menuju meja kerjanya.

Tapi di dalam hatinya Raya tahu, langkah pertamanya berhasil. Ia sudah membuat Ares menoleh dua kali. Dan ini baru permulaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 10

    Keesokan harinya, Raya datang ke kantor dengan perasaan campur aduk, malu, gugup, tapi juga sedikit penasaran. Ares sudah membaca pesannya tadi malam, tapi pria itu tidak membalas apa-apa.Apakah strateginya berhasil? Atau malah membuat Ares semakin jijik padanya, menganggapnya seperti wanita murahan?Ares tiba pukul delapan pagi, Raya menyapanya dengan formal seperti biasa. "Selamat pagi, Pak. Ini jadwal Bapak hari ini."Ares mengambil tablet dari tangannya tanpa menatapnya. "Terima kasih."Tapi Raya menangkap sesuatu. Sesaat setelah Ares mengambil tablet itu, tatapannya turun sekilas ke tubuhnya sebelum cepat berpaling.Jantung Raya berdetak lebih cepat. Apa tadi? Apa Ares baru saja meliriknya? Apa semalam berhasil?Entahlah itu berhasil atau tidak. Yang pasti Raya mulai menyadari perubahan kecil pada perilaku Ares.Saat meeting pagi dengan tim finance, Raya duduk di samping Ares untuk mencatat risalah. Beberapa kali ia menangkap Ares melirik ke arahnya, tatapan singkat yang turun k

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 9

    Sudah tiga hari sejak makan malam itu. Tiga hari Raya berusaha bersikap profesional seperti yang diminta Ares. Tiga hari ia mengenakan pakaian tertutup, berbicara formal, dan menjaga jarak.Tapi malam ini, sendirian di kost-nya, Raya menatap ponselnya dengan tatapan frustasi. Di layar terbuka grup chat dengan Liodra tadi siang. Liodra : 'Ray, jalankan jurus terakhir malam ini. Tiga hari udah cukup bikin bos-mu kehilangan sosok Raya yang menggoda.'Raya menatap saran itu lama. Sesuatu di dalam dadanya bergejolak, campuran antara ragu, malu, dan sedikit harapan yang tidak mau mati."Gila... Apa aku sudah gila?" gumamnya, tapi jemarinya sudah membuka kamera ponselnya.Ia berdiri di depan cermin besar di kamarnya, melepas semua pakaiannya kecuali celana dalam hitam satin yang seksi. Jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar."Ini gila. Ini benar-benar gila," bisiknya sambil mengatur angle kamera.Tapi tangannya tidak berhenti. Ia mengambil beberapa foto dari belakang, memperlihatkan

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 8

    Raya berbaring di kasurnya, menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Matanya bengkak karena menangis. Tubuhnya terasa remuk.Ponselnya berdering di meja. Nama Liodra muncul di layar.Dengan tangan gemetar, Raya mengangkatnya."Ray! Gimana? Berhasil nggak? Udah jadian sama si bos ganteng?" suara cempreng Liodra memecah hening malam.Raya menutup mata, mencoba menahan sesak di dadanya. Suaranya serak saat menjawab, "Gagal. Dia tahu semuanya. Dia tahu aku cuma deketin dia buat balas dendam ke Kenzie. Dia anggap aku anak kecil.""WHAT?!" Liodra langsung teriak. "Serius?! Aduh, Ray... terus sekarang gimana? Kamu masih mau lanjutin, atau mau udahan aja?"Raya terdiam.Air matanya jatuh lagi tanpa izin. "Gak tahu. Rasanya pengen hilang aja, Li. Aku malu banget. Semua yang aku lakuin, sia-sia. Dan yang lebih parah gajiku bulan ini abis." Suara tangisnya pecah di ujung kalimat.Beberapa detik hening, hanya terdengar suara isak dan tarikan napas tertahan. “Ray...” suara Liodra kali ini t

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 7

    Pukul sebelas malam, Ares masih duduk di kursi kerjanya di ruang pribadi mansionnya. Di hadapannya, sebuah gelas whiskey setengah kosong. Ini gelas ketiganya malam ini.Ditatapnya layar komputernya yang menampilkan foto profil Raya dari database karyawan. Foto itu diambil di hari pertama Raya bekerja, tersenyum polos, mata berbinar penuh harapan, rambut diikat sederhana. Tidak perlu berdandan berlebihan pun Raya sudah terlihat menarik.Sangat berbeda dengan Raya yang ia tinggalkan tadi. Raya yang terluka. Raya yang hancur.Ares menutup mata, mencoba mengatur detak jantungnya yang memburu. Baru saja ia melakukan kebohongan terbesar dalam hidupnya. Dan yang lebih menyakitkan, ia harus menyaksikan bagaimana wajah Raya berubah dari harapan menjadi kehancuran total.Mata gadis itu berkaca-kaca. Bibirnya yang bergetar menahan isak. Tangannya yang gemetar saat menggenggam tas."Sialan," desis Ares, membuka mata dan menatap pantulannya sendiri di jendela dengan penuh kebencian.Ares meneguk w

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 6

    Malam itu, Raya duduk di kamar kost-ya, menatap kosong ke arah layar laptopnya yang membuka folder berisi foto-foto dirinya dengan Kenzie dulu, saat mereka masih bahagia."Kenzie... aku melakukan semua ini karena kamu," gumamnya getir. "Tapi kenapa diacuhkan Ares, aku malah lebih patah hati?"Ponselnya berdering. telepon dari Liodra, satu-satunya sahabat yang mengetahui niatnya menggoda Ares, ayah Kenzie."Raya, gimana udah berhasil belum misinya?" seru Liodra di seberang telepon.Raya terdiam lama, sampai akhirnya menjawab dengan nalas, "Belum. Dia sepertinya emang kebal." "Tidak mungkin! Kamu udah pake semua jurus kan?""Aku udah lakuin semuanya, Li."Sesuatu di dalam dada Raya bergejolak campuran antara putus asa, frustasi, dan sedikit harapan yang tidak mau mati."Dengerin, Ray. Sebagai 'ani-ani' profesional, aku kasih tahu ya cara yang paling ampuh. Pancing dia dengan sentuhan yang lebih berani terlebih dulu," ujar Liodra.Sebagai simpanan seorang direktur tentu Liodra lebih pah

  • Menggoda Ayah Mantan Kekasihku   Bab 5

    Raya tiba di kantor pagi itu dengan senyum penuh percaya diri. Kemarin ia berhasil membuat Ares kehilangan kontrol. Ciuman itu yang panas dan intens adalah bukti nyata bahwa rencananya berhasil. Kini, ia hanya perlu mendorong sedikit lagi.Hari ini, sengaja ia memakai gaun hitam selutut dengan potongan V di bagian dada, cukup menggoda tapi tetap terlihat profesional. Rambutnya ia gerai dengan sedikit gelombang, memancarkan aura feminin yang lebih kuat. Parfum vanilla-nya sengaja ia semprotkan sedikit lebih banyak. Di cermin toilet kantor, ia tersenyum puas melihat penampilannya."Hari ini pasti lebih berhasil," bisiknya pada bayangannya sendiri.Seperti kemarin, ia datang lebih awal dan membuatkan kopi untuk Ares. Saat pria itu tiba, Raya menyambutnya dengan senyum manis, sedikit memiringkan kepalanya, pose yang ia pelajari dari video semalam, "bagaimana terlihat menggoda secara natural"."Selamat pagi, Pak. Kopi Anda sudah siap," ucapnya dengan nada suara yang sengaja dibuat lebih le

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status