Share

Episode 3

Author: FerBoy
last update Last Updated: 2021-07-05 10:13:51

Kau tau? Apa yang terjadi kepadaku setelahnya? Aku pingsan tak sadarkan diri. Aku menganggapnya seperti itu, karena setelah aku mendapatkan telepon itu, tiba-tiba aku terbangun di lantai samping ranjang tidurku, dan handpone yang terletak di samping kakiku. Tetapi aku masih bisa mengingat apa yang terjadi kemarin, telepon Kak Elsa yang bahkan suaranya itu. Tertapi aku menganggap itu hanya alusinasiku saja, karena tidak mungkin Kak Elsa menelponku, sedangkan dia sudah berada di alam lain.

Aku segera sadar dan ingat kalau aku ada tugas skripsi, aku segera panik dan menatap laptopku yang masih menyala. Begitu terkejut aku, karena tugas skripsiku sudah selesai begitu saja. Entah siapa yang sudah mengerjakannya. "Yatuhan, thanks you." Aku menganggapnya bantuan dari tuhan. Tetapi, handpone aku berbunyi, dan chat dari Kak Elsa terlihat jelas. "Aku membantumu dengan kripsimu, lain kali jangan lupakan skripsimu, oke?"

Tentu saja aku terkejut dengan pesan ini, aku bertanya apa itu Kak Elsa atau bukan. Tanpa berfikir panjang aku memblokir nomor Kak Elsa, aku tidak mau memikirkan hal itu lebih lama. Mungkin saja itu halusinasiku. Aku menenangkan diri dan mandi, aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Aku pergi mengunakan motor scoopy seperti biasa, perjalananku cukup melelahkan dan panjang. Sesampainya di kampus, selurus anak kampus ribut membicarakan sesuatu, aku langsung menanyakannya kepada salah satu teman kampusku. "Bella!" Bella pun berhenti menghadap aku. "Ada apa sih?" Bella sepertinya tidak tertarik dengan obrolan ini, dia menjawab dengan sedikit menyejek. "Anak-anak bilang ada caffe kopi yang kopi nya itu enak banget, baru buka kemarin tuh, padahal lebih enak kopi di caffe aku tuh."

"Oh gitu, thanks Bel." Responku, Bella merespon dengan mengangkat alis dan pergi memasuki kampus. Beda dari yang lain, sebagian besar pergi menuju Caffe baru itu. Karena aku penasaran dengan rasa kopi di caffe itu, aku menjadi salah satu orang yang rusuh dengan antrian. Antrian yang sangat panjang, aku menjadi malas untuk mengantri, sebenarnya tidak karena antrian sih, tetapi aku memiliki kelas pagi, Aku pun pergi meninggalkan caffe itu untuk memasuki kelas.

Kelas pagi yang sangat membosankan untukku, aku segera pergi menuju caffe itu saking penasarannya, sekalian memperbaikki moodku yang hilang dari kejadian kemarin. Setelah memasuki caffe itu yang ternyata sekarang tidak penuh, mataku tidak ingin berkedip, bahkan seluruh tunuhku tidak bisa bergerak. Semua perhatianku tertuju pada sosok pembuat kopi, yaitu balissta. Betapa indah hidupku karena sosok lelaki yang membantuku kemarin adalah seorang balissta caffe yang baru buka tepat di dekat kampusku. Apakah setiap hari aku akan bertemu dengannya? Apa pagi dan malamku bisa terus menatapnya? Entah kenapa aku menjadi lebay lagi sekarang.

Semua berhenti ketika seseorang menabrakku dari belakang, karena aku menghalangi pintu masuk. Aku terjatuh dengan sangat memalukan, apa lagi seisi ruangan ini sembilan puluh persen anak kampus. Aku menyadari bahwa dia juga tersenyum melihatku, menertawakanku seperti yang lain. Tetapi hatiku tidak kesal padannya, melainkan senang, karena berarti dia me notice ku.

Aku segera bangun dan mendudukki kursi yang kosong, tepat berada di ujung yang cukup jauh dari dia. Tetapi entah kenapa, aku merasa dekat saat menatapnya, kalian tau? Tidak tau aku pernah mengakatakannya atau tidak, aku bukan orang yang bucin. Kalian harus percaya, karena mungkin sekarang tidak akan seperti itu lagi, karena aku... Telah jatuh cinta.

Aku menatapnya sangat lama, bahkan aku tidak tau sudah berapa lama, aku tidak bisa menutupi perasaan suka kepada orang, karena ketika aku cinta, aku akan seperti ini. "Mau pesan apa yah Kak?" Tiba-tiba suara itu muncul, aku langsung menghapus pandanganku dan merespon pelayan, "Cappucino satu."

"Tunggu sebentar yah Kak." Pelayan itu pergi meninggalkanku. Aku kembali menatap Balissta itu, tak peduli dia menyadariku atau tidak. Aku gila yah? Begitulah. Malam datang dengan cepat, dan aku masih berada di caffe itu dan terus menatapnya. Mungkin aku akan berada disini sampai caffe ini tutup. Bukan untuk kopi, melainkan untuk menatapnya.

"Kak" dan pelayan itu datang lagi, pelayan wanita yang berkerja disini. "Ya?" Responku. "Maaf caffe ini akan tutup sebentar lagi, ada yang bisa saya bantu?" Aku segera menyadarkan diri dari mataku yang tak terkontrol ini. "No, Thanks." Aku segera berdiri dan keluar dari caffe itu.

Entah apa yang terjadi padaku, aku meninggalkan kelas sore hanya untuk menatapnya, bahkan aku tidak berani berbicara padannya seperti anak kampus yang lain. Aku segera menuju tempat aku memarkirkan motor scoopyku, dan berniat langsung pulang ke rumah. Tetapi, aku melihat sosok yang aku lihat saat aku mencari senjata pembunuh di gedung party itu, aku segera berlari dan mengejarnya. "Woy, siapa disana" Aku berlari begitupun dirinya, dia berlari sama persis seperti saat itu. Tampak atlet lari yang juara satu, mungkin aku berlebihan, akunya saja yang larinnya lambat, karena sejak sd aku tidak suka olahraga.

Aku hanya perlu mengejarnya sampai kehilangan jejak, penampilannya masih sama seperti saat itu, memakai hoodie hitam dan masker dengan kepala yang di tutupi rentel hoodie. Seperti yang aku katakan, aku akan berhenti dengan tidak mendapatkan apa-apa, karena dia begitu cepat. Aku sempat berfikir apa dia mungkin Kak Bobby, karena Kak Bobby satu-satunya atlet lari yang aku kenal.

Aku kembali ke parkiran kampusku, aku sadar kalau sekarang sudah menuju pukul sepuluh malam. Aku sudah lemas dan ingin segera tidur, tetapi aku butuh buang air kecil dan memutuskan untuk ke toilet umum samping caffe karena pintu kampus sudah di kunci, meskipun terbuka, aku tidak akan berani ke sana.

Aku memasuki toilet, dan kencing disana, setelah selesai aku keluar dan toilet dan berniat bercermin. Tetapi, terdapat tulisan merah di cermin, "KENAPA KAMU MEMBLOKIR NOMORKU?" Aku terkejut, aku ketakutan dan langsung berlari keluar toilet. Tetapi suara Kak Elsa sangat jelas mengelilingi toilet, "Kamu udah tidak sayang Kakak, El?" Aku terjatuh karena lemas, aku mengeserkan tubuhku yang duduk di lantai untuk mendekati pintu keluar.

Setelah sampai menyentuh pintu toilet, aku berdiri dan membuka pintu lalu berlari cepat. Saat aku berlari cepat, aku menabrak seseorang dan memeluknya. Entah apa yang aku lakukan, memeluk orang tampa tau siapa dia. Tetapi postur tubuhnya aku yakin dia adalah Lelaki. Aku menangsi di pelukannya dan keringat hangat, aku merasakan kalau tangan dia membalas pelukanku, dengan tangannya mengetuk-ketuk pungungku.

Setelah beberapa lama di pelukannya, aku memundurkan tubuhku dan melepaskan pelukannya, sehingga aku bisa melihat wajahnya. Betapa terkejut diriku ketika melihat orang yang aku peluk adalah balissta caffe itu, yaitu orang yang aku sukai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Demi Mobil   Rencana Ica

    Lusy terbangun dari tidurnya, dia melihat kearah Haikal dengan pura-pura terkejut, "Ha-haikal?"Haikal langsung mendorong Lusy, Lusy terlihat bingung, namun dirinya harus berpura-pura marah."Apa yang kamu lakuin ke aku?" Ucapnya.Meskipun ada sedikit kecangungan dan kebingungan namun Lusy cukup bagus tentang ektingnya, dia berhasil membuat Haikal kebingungan, namun Haikal terus saja mengelak.Lusy mengunakan bajunya serta Haikal, lalu Lusy memperlihatkan minuman keras yang ada diruang tamu, melihat minuman itu Haikal tidak bisa bicara, dia menganggap mungkin dirinya memang benar-benar melakukan itu kepada Lusy.Haikal pasrah menuruti kemauan Lusy untuk bertanggung jawab dengan dirinya, namun Haikal menyuruh Lusy untuk tes mengunakan tespek.Hal hasil, tespek itu menunjukkan bahwa Lusy hamil, Haikal sangat terkejut dan bingung, matanya sangat merah serta kulitnya.Satu ming

  • Menikah Demi Mobil   Rencana Lusy

    Lalu Saskia membalikan badan serta masuk kembali kedalam taksi dan melanjutkan perjalanan mencari Lusy.Tiba-tiba hujan turun deras dengan malam yang dihiasi bintang, Lusy memegang pinggang dengan mencari tempat berteduh. Lalu Lusy bertemu dengan Dewi.Dewi hampir menabrak Lusy tetapi tertahan, dengan panik Dewi melepaskan helm dan menghampiri Lusy, "Kamu gapapa kan?"Lusy mengangukan kepala, dia melihat kalau itu ternyata Dewi, "Loh? Dewi?" Kagetnya.Dewi dan Lusy akhirnya memutuskan untuk pergi berteduh dihalte, Lusy dan Dewi mencoba mengobrol hal yang Dewi anggap serius."Lus ... Apa kamu yakin kalau anak yang ada dikandungan kamu anak Topan?"Lusy membalikan pandanganya, dia menatap Dewi curiga, namun Lusy menarik napas dan mengatakan, "Iyah ... Ini anak Topan, dia menghamili aku kemarin."Dewi memegang pundak Lusy dengan Lusy yang langsung mengangkat kepalanya menatap

  • Menikah Demi Mobil   Teror

    Topan sedikit terkejut, namun dia langsung berkata, "Apa kamu memeriksanya dengan benar?"Lusy sangat kesal dengan Topan yang tidak percaya kepadanya, "Dengar yah ... Aku adalah salah satu dari ribuan wanita yang tidak mau hamil diluar nikah Topan!" Bentaknya.Topan langsung terdiam mendengarnya, dia langsung mengangukan kepala dengan rasa menyesal, "Ma-maaf ... Aku gaada maksud buat ...""Gaada maksud?" Bentak dan potongnya."Gaada maksud apa? Jelas-jelas kamu kaya orang yang benar-benar berniat untuk melakukan itu!" Bentaknya.Topan sangat panik, "eh ... Yaudah, aku akan tangung jawab ...""Memang harus!" Bentaknya.Topan mengangukan kepala.Dewi mendengar kecil suara perdebatan mereka, namun entah kenapa Bayu terlihat senang mendengar hal itu.Tatapan Bayu terlihat tajam menatap Dewi dengan dekat namun Dewi tidak menyadarinya.Denga

  • Menikah Demi Mobil   Tespek

    Di sebuah tempat Nindi memasuki cafe tempat dia berkerja.Pak Herdi menghampiri Nindi yang baru masuk.Nindi menunduk dan mengatakan, "Ma-maaf Pak ... Saya terlambat," dengan nada gugup."Yaudah Gapapa, lain kali kamu harus bisa mengatur waktu agar tidak terlambat lagi," jawab lembutnya.Ica yang melihatnya sangat kesal, 'Igh, Pak Herdi hebat banget yah pilih kasihnya, giliran aku aja yang tepat pasti dimarahin lah hukum lah ... Enak banget yah jadi Nindi!' kesalnya.Vera melihat Ica sangat sinis, 'Aku yakin ini pasti si Ica sirik sama Nindi, Ihk ... Emang siapanya Pak Herdi sampe segitunya cemburu, Aha aku kerjain ah ...'Vera mendekat kearah Ica dan sengaja menyenggol kopi yang berada didekat tangan Ica."AGHH ..." Teriaknya."Eh ... Maaf-maaf ca ..." Sok merasa bersalah.Ica mengusap-usap tanganya mengunakan tisu yang tadi langsung dia ambil dit

  • Menikah Demi Mobil   Janji Jhon

    "Jhon ... Papah gak bisa banyak bicara kepadamu, Papah sedang dikejar-kejar oleh seseorang, Papah hanya ingin mengatakan sesuatu yang penting saja kepadamu, dan Papah dengar kamu sudah memiliki istri. Papah turut senang mendengar gosip itu, semoga kamu dan istrimu bahagia."Jhon sangat terharu mendengarnya, apa lagi dia tidak bisa menjawab ucapan doa Papahnya karena jujur Jhon tidak bisa bahagia dengan Saskia, malah ... Dia yang akan membuat hidup Saskia menderita. Jhon dengan wajah yang sedih menjawab, 'Gak mungkin Pah ... Jhon tidak mungkin bisa bahagia dengan Saskia, Jhon terpaksa harus menghancurkan hidup Saskia.' ucapnya dalam hati."Jhon ... Papah hanya ingin mengatakan kalau kamu bukan anak kandung dari Mamah, Mamah kamu belum tau tentang itu, tetapi yang jelas ... Papah menukarkan kamu dengan anak kandung Mamah kamu agar kamu tidak di ambil oleh Mamah kamu, apa lagi saat itu Papah tidak ingin berpisah sama kamu Jhon, Papah tidak

  • Menikah Demi Mobil   Papah Jhon

    Saskia sedih melihat perlakuan Jhon kepadanya, dia bangun dari duduknya dikasur dan melangkah kedepan ranjang.Saskia menidurkan dirinya dengan sangat terpaksa tanpa berani menatap kearah Jhon lagi, Jhon kembali tidur diranjang sendiri.Saskia sangat susah tidur, semua badannya kedinginan, ingin sekali dia berteriak menghembuskan napas kedinginan.Karena Saskia pusing dirinya sudah tidur, dia bangun dari tidur dan pergi ke balkon untuk menatap langit. Meskipun terlihat seperti tidak ada bintang, namun Saskia tau ... Bintang itu selalu ada diatas tanpa pergi kemana-mana.Namun karena wilayah sekitarnya saat ini sangat terang, bintang itu tidak bisa terlihat.Terlihat ada kursi disana, Saskia melangkah kearah kursi untuk duduk, dia bersandar ke pagar besi dengan hati yang cemas.'aku teringat kepada Lusy, apa dia baik-baik saja diluar sana ... Dia tidur dimana?' pikirnya, Saskia mengangka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status