Share

Bab 2

Aku meraba dada menikmati denyutan yang semakin terasa nyata. Bukan karena gugup akan melepas status lajang, tapi kata-kata mereka yang melihat dan menilai calon pengantinku.

"Astaghfirullah ...," lirihku seraya terus mengusap-usap dada yang berdenyut nyeri ini.

Beberapa saat diam di ruang tengah, aku pun kembali ke kamar untuk mendinginkan hati dan pikiran. Aku duduk di pinggir ranjang, tepat di sebelah kipas angin yang terus berputar.

Kuintip dari jendela kamarku, orang-orang sudah berkerumun memenuhi halaman rumah. Aku tahu, mereka datang bukan hanya untuk sekedar mendoakan pernikahanku. Tapi, juga penasaran dengan calon suamiku.

"Sudah pada datang, matikan musiknya!" Seseorang terdengar berteriak dari arah luar.

Itu artinya, rombongan calon suamiku sudah hadir dan akad akan segera dimulai.

"Apa aku keluar sekarang?" tanyaku pada MC yang tiba-tiba masuk. Ia memperbaiki riasan make-upnya.

"Jangan dulu, Neng Geulis. Nanti, kalau dipanggil baru keluar," ucapnya seraya kembali ke luar.

Aku duduk dengan gusar. Rasanya jantungku berdetak sangat kencang. Udara berubah menjadi sedikit panas. Padahal kipas angin terus berputar sedari tadi. Beberapa kali aku menarik napas dengan begitu dalam, menghilangkan kegugupan yang teramat sangat.

Pintu kamar terbuka kembali. Mimi, teman dekatku datang dan duduk mengapit lenganku.

"Cie, cie ... calon manten, ciee ....!"

"Apa, sih? Aku deg-degan, Mi." Mimi melihatku yang gelisah. Lalu, dia menepuk-nepuk pundakku dengan pelan.

"Santuy, semuanya akan berjalan dengan lancar," ucapnya.

Aku hanya mengangguk dan berdoa dalam hati. Semoga semuanya benar-benar lancar dan berjalan sebagaimana mestinya.

MC sudah mulai bersuara. Acara penyambutan sudah dilakukan oleh pihak dari keluargaku. Aku mengintip dari kaca, melihat dia yang berdiri tegak dengan diapit kedua orang tuanya.

Jika dibandingkan denganku, calon suamiku memang jauh di bawahku. Bukannya aku sombong, tapi pada kenyataannya memang seperti itu. Kata orang-orang, aku ini cantik, kulit putih bersih, hidung mancung, dengan pipi kemerahan. Namun, calon suamiku ....

"Astaghfirullah ...," lirihku lagi seraya memejamkan mata.

Aku menghapus pikiran burukku. Bagaimanapun, aku sudah menerima dia apa pun keadaannya. Aku harus kuat iman, jangan gara-gara dia seperti itu, aku jadi membatalkan pernikahan dan kabur dari pelaminan.

"Kenapa, Ra? Kebelet?" tanya Mimi.

"Tidak, Mi. Aku deg-degan," ucapku berbohong. "Minta air minum, dong. Aku haus."

Mimi buru-buru keluar dari kamar, lalu kembali dengan segelas air putih yang langsung dia berikan padaku.

"Makasih, Mi," ucapku, kemudian menegak habis air yang ada di dalam gelas.

"Sama-sama. Sudah tenang?"

Aku mengangguk pelan seraya menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Dan itu aku lakukan berulang kali agar rasa gugup ini bisa sedikit hilang.

Perias pengantin menambahkan sedikit bedak di bagian bawah dagu, hingga akhirnya suara lantang terdengar olehku dan juga orang-orang yang ada di kamar ini.

"Pengantin wanitanya silahkan dibawa keluar!" MC berseru dengan suara yang halus. Namun, membuat dadaku semakin bertalu-talu.

Dibantu Mimi, aku keluar dari kamar. Tanganku sangat dingin, apalagi setelah melihat banyak sekali orang-orang di luar sana. Tua, muda, anak-anak sampai lansia pun turut hadir menyaksikan pernikahanku.

Sebagian dari mereka pun mengabadikan momen ini. Memotret dengan ponsel pintar mereka, dan mungkin akan disebarkan di dunia maya.

"Sudah siap untuk ijab qobul, Nak Raffi?" tanya penghulu saat aku sudah duduk di samping calon suamiku yang diam dan hanya mengangguk.

"Coba, dilihat dulu pengantin wanitanya. Benar, itu wanita yang akan kamu nikahi? Takutnya nanti tertukar sama juru masak," ujar Pak Penghulu membuat guyonan.

"Betul, dia, Pak," ucap pria di sampingku.

"Baiklah kalau begitu. Neng Raihana Kamaya, coba dilihat dulu calonnya. Betul, jika dia laki-laki pilihanmu?" Sekarang pertanyaan yang sama dilemparkan padaku.

Aku memutar sedikit kepalaku, melihat ke arah kanan, di mana laki-laki itu berada. Dari jarak yang dekat seperti ini, aku bisa melihat dengan jelas dirinya yang ....

Ya Allah ....

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Novitra Yanti
buat penasarana
goodnovel comment avatar
dee pee
refrensi hidup...........
goodnovel comment avatar
Sinta Arab
ceritanya sangan bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status