Beranda / Romansa / Menikahi Ayah Gebetanku / BAB 2: Mau tak mau, menikah

Share

BAB 2: Mau tak mau, menikah

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 11:49:13

“Mau kabur lagi? Setelah kamu menggoda saya kemarin?” Gideon bertanya dengan nada sarkas. Tatapan matanya tajam menusuk.

Sedangkan, Shani tertunduk sebentar. “M-maaf, Pak.” Ucapnya ragu-ragu karena merasa tertekan dengan intimidasi Gideon.

“Kamu tahu, apa yang paling saya benci di dunia ini?”

Shani menggeleng pelan.

“Saya, paling tidak suka dengan seseorang yang lari dari permasalahannya.” Kini Gideon menyilang tangannya, masih menatap Shani dengan tatapan tajam.

Shani terdiam sejenak. Tubuhnya semakin menegang ketika mendengar perkataan tajam Gideon.

“Saya…Benar-benar merasa bersalah atas perlakuan saya yang tidak bertanggung jawab tadi pagi, Pak. Pergi begitu saja bukanlah tindakan yang baik, tetapi hal itu karena saya benar-benar terkejut.” Ucap Shani dengan wajah memelas.

“Merasa bersalahpun untuk apa? Kamu tahu tidak, saat ini kita di gosipkan memiliki hubungan. Mau ditaruh dimana harga diri saya kalau orang-orang tau bahwa nyatanya saya dan kamu tidak memiliki hubungan apa-apa. Hal ini sangat merugikan saya, Shani. Saya pasti akan di cap sebagai laki-laki yang menghabiskan hidupnya untuk bersenang-senang, terutama dengan banyak wanita, dan tidak memiliki hubungan serius atau komitmen.”

“Gosip? Benarkah?”

“Kamu lihat saja sendiri.” Gideon langsung menyodorkan ponselnya pada Shani.

Dan benar saja, ada artikel berita yang menggosipkan bahwa ia dan Gideon diam-diam memiliki hubungan. Foto mereka saat di bar, parkiran bar dan sebelum memasuki hotel pun ada di dalam artikel berita tersebut.

Shani seketika berinsut mundur, ponsel Gideon digenggamannya pun hampir saja terlepas dari tangannya. Kepalanya terasa sedikit pusing sekarang.

“Lalu, bagaimana sekarang?” Shani bergumam pelan.

“Kamu harus tanggung jawab, Shani.”

Shani menoleh, menatap datar Gideon. Dia sudah tak peduli lagi dengan posisinya yang hanya karyawan biasa, dia cukup kesal karena diposisikan sebagai seseorang yang paling bersalah atas permasalahan ini.

“Saya tahu, saya salah karena pergi begitu saja. Tapi kenapa jadi saya yang paling bersalah disini ya, Pak? Bukannya bapak juga menikmatinya, ya?”

“Huh?”

“Saya sudah tidak peduli lagi dengan posisi bapak sebagai CEO di perusahaan tempat saya bekerja, tetapi menyalahkan sepenuhnya pada wanita atas kejadian yang sama-sama kita nikmati. Bukannya tidak etis?”

Perkataan Shani barusan membuat Gideon seketika bangkit dari tempatnya duduk, matanya menatap semakin tajam. Seperti seorang singa yang siap menerkam mangsanya.

“Kamu masih berani melawan setelah perbuatan kamu yang merugikan saya?” Ucap Gideon dingin. “Disini, yang dirugikan itu saya, bukan kamu!” Lanjutnya.

Gideon berjalan mendekati Shani yang sedari tadi berdiri di depan mejanya.

“Menikmati, katamu? Dengan kekuasaan saya saat ini, saya bisa dengan mudah meminta wanita paling cantik di dunia ini untuk tidur dengan saya, Shani. Jadi, tidur denganmu bukanlah hal yang special untuk saya. Mengerti?”

Kini Gideon sudah berhadapan dengan Shani. Sedangkan, Shani benar-benar dibuat terdiam karenanya. Dia sedikit gentar hingga badannya sedikit bergetar. 

“Artikel ini sebentar lagi pasti akan menjadi ramai diperbincangkan, sebelum itu. Kita harus membuat semua orang berhenti berbicara yang tidak-tidak mengenai kita, dan saya ingin kita berdua bekerja sama kali ini.”

“C-caranya?” Tanya Shani tergegu.

“Menikah, kita harus menikah, Shani.”

Shani seketika membelalak. Ia lalu menggeleng cepat.

“Tidak, tidak. Tidak mungkin kita menikah!”

“Hanya pernikahan kontrak, Shani.”

“Tetap saja. Itu tak mungkin.” 

Gideon menyeringai kesal lagi, mengusap wajahnya gusar. Kesabarannya sangat teruji saat berbicara dengan wanita di hadapannya ini.

“Kamu ini maunya apa? Ingat ya, kamu juga punya tanggung jawab yang sama besarnya dengan saya.”

Wajah Gideon memerah karena emosinya sudah dipuncak kepala. Shani memperhatikannya sambil sedikit mendongak karena perbedaan tinggi mereka. Dia cemberut, memainkan ujung bajunya seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan permen.

“Apa kata orang-orang terdekat saya nanti...” Shani bergumam pelan. Menampakkan wajah memelas.

“Kamu pikir, saya peduli? Mau tidak mau, kamu harus setuju.” Balas Gideon. “Intinya, saya tidak akan membiarkan kamu keluar dari ruangan ini sampai kamu tanda tangani kontrak yang sudah saya buat. Saya tidak mau ada penolakan.” Lanjutnya.

Shani menghela napas berat. Air matanya hampir saja keluar.

“Ya sudah, saya mau.” Ucap Shani terpaksa.

Gideon mengangguk pelan, kembali menghampiri meja kerjanya. Ia meraih sesuatu dari dalam laci.

“Ini, tanda tangani ini.”

Gideon menyodorkan map berisi kertas kontrak pernikahan mereka, yang langsung di raih oleh Shani. Shani membaca kertas itu lamat-lamat, tak mau dicurangi oleh Gideon.

Setelah selesai membaca dan memastikan tidak ada perjanjian yang membuatnya rugi, Shani segera membubuhi kertas itu dengan tanda tangannya. Ia lalu mengembalikan map itu pada Gideon.

“Sudah kan, itu saja?”

Gideon mengangguk pelan, “Besok saya akan mengadakan konferensi pers untuk meredam gosip kita. Di konferensi pers itu,  saya akan umumkan pernikahan kita. Sekarang, silahkan kembali ke ruanganmu.”

“B-baik, Pak.”

“Jangan lupa, untuk merahasiakan pernikahan kontrak kita. Kamu tahu resiko jika tak mematuhinya, kan?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 8: Maafkan aku

    “Kamu menikah dengan ayahku, Shani?” Tanya Daroll dingin.Shani membeku, kepalanya jadi tertunduk. Tak berani menatap wajah Daroll saat ini. “Jawab!” Desak Daroll. Dia kini sudah berpindah ke hadapan Shani.Gideon yang dari tadi hanya memperhatikan kini mulai maju, meletakkan tangannya di atas dada Daroll agar anaknya itu dapat memberi sedikit jarak untuk Shani. “Daroll…” “Dari beribu wanita di dunia ini, kenapa harus temanku yang ayah nikahi!?” Seru Daroll memotong.“Ayah tak tahu bahwa dia temanmu, Daroll. Maafkan ayah.” “Itu berarti ayah sama sekali tak peduli padaku, kan? Hal-hal kecil seperti itu saja ayah tak tahu!” Daroll semakin meninggikan nada suaranya. “Seluruh ucapan ayah padaku adalah omongan kosong, saat ayah berkata bahwa ayah peduli padaku…semuanya omong kosong!” Lanjutnya. Emosi Daroll sudah memuncak, matanya tajam menatap Gideon, urat lehernya pun ikut menegang. Sekilas, Gideon dapat melihat mata Daroll yang sedikit memerah dan berkaca-kaca sebelum anaknya itu m

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 7: Fakta yang terungkap

    “Ah sial, aku terlambat bekerja.” Shani buru-buru turun dari kasurnya, berjalan terhuyung ke keluar dengan kesadaran yang baru terkumpul setengah. Alarm yang sudah Shani siapkan tidak berhasil membangunkannya, padahal ia harus kembali bekerja. Alhasil, ia jadi terlambat bangun.Kecemasan mulai menggerogotinya, membuat Shani tak bisa tenang dan ingin segera pergi. Ia mempercepat langkahnya hingga tanpa sadar melengos begitu saja di hadapan Gideon yang sedang menyantap sarapannya. Alis Gideon seketika terangkat melihat tingkah Shani pagi ini, ia dengan gerakan cepat menarik lengan Shani dari belakang membuat pergerakan Shani seketika terhenti.“Kamu mau kemana?” Tanya Gideon.“Saya sudah terlambat pergi bekerja, Pak.” Jawab Shani dengan napas memburu.Gideon menaikkan alisnya. Dia menatap Shani dari atas hingga bawah. Pasalnya, saat ini wanita di hadapannya itu masih mengenakan baju tidurnya. Rambutnya pun masih acak-acakan dan tanpa riasan sedikit pun di wajahnya.“Tak usah bekerja,

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 6: Menikah

    Sekitar tiga puluh menit, waktu yang mereka habiskan dalam perjalanan tanpa berbicara sedikit pun. Mobil kini berhenti pada salah satu hotel bintang lima yang terkenal di kota ini. Gideon segera turun, meninggalkan Shani yang kebingungan. Namun tak lama, Gideon membuka pintu mobilnya. Wajah garangnya sedikit menunduk untuk menyejajarkan pandangannya dengan Shani.“Mau turun sendiri atau saya seret?”Shani menyeringai kesal, memutar bola matanya jengah. “Dasar arogan.” Gumam Shani amat pelan sebelum turun dari mobil dan berlari kecil mengejar Gideon yang sudah lebih dulu masuk ke dalam hotel itu.Sesampainya didalam, mereka disambut oleh beberapa lelaki dengan pakaian yang sangat rapi. “Selamat malam, tuan Gideon. Silahkan ikuti saya.” Ucap lelaki itu sambil mempersilahkan Shani dan Gideon. Gideon pun sepertinya sudah mengerti dengan maksud lelaki itu, tetapi tidak dengan Shani. Ia menarik lengan Gideon sebelum Gideon sempat melangkah.“Bapak tidak berniat untuk melakukan hal aneh, k

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 5: Ciuman itu, maksudnya apa?

    Gideon harus berhenti menatap wajah tidur Shani saat sang puan mulai membuka matanya. Dia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.“Oh, sudah sampai.” Ucap Shani sambil mengosok matanya. Ia lalu membenarkan posisi duduknya. Sedangkan, Gideon hanya terdiam, dia kembali menatap lamat-lamat wajah Shani dengan ekspresi yang tak bisa Shani artikan.“K-kenapa?” Shani bertanya tergegu saat ditatap begitu, ia balik menatap Gideon dengan kebingungan.Belum sempat mendapatkan jawaban, bibir Shani sudah dibungkam oleh Gideon. Shani yang tiba-tiba saja dicium itu refleks memundurkan wajahnya hingga tautan bibir mereka terputus. Ia terdiam sejenak karena kebingungan. Untuk alasan yang tidak dapat ia pahami itu, jantungnya malah berdetak tak karuan.“K-kenapa bapak m-mencium saya?” Tanya Shani tergegu lagi.Namun, Gideon yang mendapatkan penolakan itu seketika jadi tersulut emosi. Wajahnya berubah seketika, menampakkan ekspresi marah, urat lehernya ikut menegang.Dan saat melihat itu, Shani me

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 4: Harus terbiasa

    Ini sudah dua hari setelah konferensi pers, berita terkait hubungan Shani dan Gideon mulai banyak bermunculan hanya dalam beberapa jam dan menjadi yang paling sering dicari dalam dua hari. Wajar saja, karena kisah si orang biasa memiliki hubungan dengan si orang paling kaya sangatlah jarang terjadi. Hari ini juga sudah dua hari pula sejak ia dan Daroll bertemu.“Kamu bukan hanya berarti, kamu adalah segalanya untukku. Jadi, jika kamu terluka, maka aku akan lebih terluka.”Shani ingat dengan sangat jelas bagaimana wajah khawatir Daroll saat mengatakan hal itu padanya, wajah Shani seketika memerah seperti kepiting rebus dan senyumnya pun juga merekah saat mengingat kejadian itu. Namun, saat ingatan sifat arogan Gideon lewat di pikirannya. Shani jadi tersulut emosi lagi.“Arogan, mentang-mentang kaya.” Gumam Shani pelan seraya melirik sekilas nakas disamping kasurnya. Jam beker diatasnya sudah menunjukan pukul 7 pagi, sudah waktunya bagi Shani untuk bersiap pergi ke kantornya. “Huft, ha

  • Menikahi Ayah Gebetanku   BAB 3: Sandiwara cinta dimulai

    “Sudah siap?”Shani menoleh ke sumber suara, Gideon yang telah rapi dengan setelannya melirik Shani sekedarnya. Mereka saat ini masih berada di dalam mobil, sedangkan di depannya terdapat kerumunan wartawan yang sedang menunggu.“Siap tak siap.” Shani menjawab datar.“Jangan melakukan hal aneh, kamu cukup diam disamping saya.”Shani tak merespon, dia sudah tahu dengan apa yang harus dilakukan saat konferensi pers. Cukup diam dan memasang senyuman palsu agar semua orang percaya dengan skenario palsu hubungan mereka.“Bagaimana dengan ibu, ya?” Shani bergumam amat pelan. Namun tetap saja dapat didengar oleh Gideon yang duduk disampingnya.“Tinggal jelaskan, tidak sulit.”Shani melirik Gideon sekilas lalu menghela napas berat.“Bapak mau membantu untuk menjelaskannya pada ibu saya?”“Tentu saja tidak.” Jawab Gideon singkat.Shani tersenyum kecut, “Saya bisa pastikan dia akan bertanya banyak hal mengenai ini, saya khawatir tidak bisa menjawabnya.” Pikiran Shani saat ini cukup berantakan,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status