Share

Terbakar

Penulis: Archaeopteryx
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-29 19:10:15

Gesa bingung hendak berbuat apa. Jika ia bergeser, ia malah takut dirinya akan bersentuhan dengan Evan. Baru aja dijodohkan, masa iya bosnya mau mencium bibirnya? Apa yang harus ia lakukan jika Evan benar-benar melakukannya? Sementara dia belum pernah berpengalaman soal ini.

Evan melepas pengait sabuk itu dan berhasil. Evan kembali menjauhkan wajahnya. Gesa bisa bernapas lega. Ia sempat salah duga. Atau dia terlalu berharap? Tidak, Gesa tahu dirinya tak boleh lemah. Ia tak akan berharap apa pun pada pernikahannya dan Evan karena ini pernikahan perjodohan yang dipaksakan.

"Kamu ingin terus di sini bersamaku? Atau kamu sudah sangat menghayati peranmu sebagai istriku? Hingga tak ingin jauh dariku." Evan bicara dengan nada yang sewot. Tatapan yang seolah mengintimidasi itu selalu menjadi ciri khasnya.

"Maaf... Aku akan turun secepatnya. Maaf juga, karena sudah malam aku nggak akan menawari kamu untuk mampir ke rumah." Gesa tersenyum tipis, bukan senyum tulus untuk berterima kasih.

Evan hanya menatap gadis itu datar. Ia memang belum punya pacar. Namun, meski wanita hanya tinggal Gesa seorang, ia pun akan berpikir ribuan kali untuk menikahi gadis itu. Ini semua demi kedudukan dan nama yang akan terus bertahta di lembaran Kartu Keluarga.

Gesa turun dari mobil dan menutup pintu itu agak keras. Ia bahkan tak sedikit pun mengucap terima kasih atau berpamitan.

Evan menggeleng. Jika bukan karena dijodohkan, rasanya ia enggan untuk dekat-dekat dengan Gesa. Kadang ia tak mengerti, bagaimana dulu dia pernah tertarik pada gadis itu hanya karena membaca chat-chat panjang yang ia kirimkan.

*****

Satu bulan kemudian...

"Saya terima nikah dan kawinnya, Gesa Amarasya binti almarhum Haris Maulana dengan mas kawin tersebut tunai."

"Sah saudara-saudara?"

"Sah..."

Alhamdulillah...

Satu babak terlewati. Gesa menghembuskan napas lega karena akad berjalan lancar. Meski pernikahan ini bisa dibilang pernikahan politik yang kaya intrik, tapi ada sekelebat rasa haru yang menelusup kala ia melihat wajah Sang Ibu yang bersimbah air mata. 

Bulir bening pun menetes. Gesa teringat akan semua pengorbanan dan perjuangan Sang Ibu dalam membesarkannya dan adiknya yang masih duduk di bangku universitas.

Hubungannya dengan Sang Ibu juga tak selalu berjalan manis. Ada kalanya perdebatan dan ego mewarnai interaksi keduanya. Hari ini, ia resmi menjadi Nyonya Evan dan akan tinggal bersamanya.

Evan pun merasakan kelegaan yang luar biasa. Ia masih saja tak menyangka, sosok yang bersanding di sebelahnya adakah Gesa Amarasya. Seseorang yang tak pernah ia bayangkan dan ingin ia lupakan. Kini ia harus berbagi semuanya dengan wanita itu. Namun, ia pastikan ia tak akan jatuh pada Gesa.

*****

Malam ini, Evan dan Gesa langsung bertolak ke hotel untuk menjalani malam pengantin mereka. Andre memberikan hadiah malam pengantin di hotel mewah yang lokasinya tak jauh dari rumah Evan.

Atmosfer begitu awkward. Keduanya merasa canggung dan tertekan.  Bukan malam seperti ini yang mereka harapkan. Terlebih mereka akan tidur di ranjang yang sama. Semua benar-benar aneh.

"Gesa, sepertinya kita harus membuat kesepakatan. Aku nggak ingin arah pernikahan ini tidak jelas. Meski ini pernikahan perjodohan, tapi kita perlu menyepakati beberapa hal." Evan menatap Gesa serius. Wanita itu mengenakan piyama bergambar Mickey Mouse. Tak ada lagi make up yang menempel di wajahnya. Harus Evan akui, tadi siang Gesa tampak menawan dengan kebaya putih dan make up yang pas di wajahnya.

Gesa mendengar Evan dengan saksama. "Okay, aku setuju. Apa saja kesepakatannya?"

Evan menghela napas panjang. "Dengarkan baik-baik. Kesepakatan pertama, tidak ada seks dan kontak fisik termasuk ciuman dan pelukan. Kesepakatan kedua, kita harus berpura-pura baik-baik saja di depan umum, dan ketiga, kita tetap bisa menjalani hidup masing-masing dan tanpa mencampuri urusan masing-masing."

Gesa menyimak baik-baik kesepakatan itu dan ia rasa, ia sependapat dengan semua yang disampaikan Evan.

"Baik, aku setuju," balas Gesa mantap.

Perbincangan mereka terhenti ketika salah seorang staf hotel mengirimkan satu paket minuman dan makanan yang merupakan free gift paket honeymoon.

Gesa dan Evan melirik dua cangkir teh hangat di atas nampan, lengkap dengan sepiring makaron, dan dua potong cake. Keduanya menyesap hangatnya teh yang aromanya begitu khas.

Mereka pikir malam ini, mereka bisa langsung tertidur pulas karena acara tadi siang begitu melelahkan. Namun, mereka salah. Keduanya justru tak bisa tidur dan merasakan sesuatu yang aneh. 

Evan tak tahu apa yang terjadi padanya. Namun tenggorokannya serasa kering dan ada rasa panas yang seakan membakar. Jantungnya berdegup lebih kencang, keringat membasahi dahi, dan yang sangat aneh adalah tiba-tiba ia merasakan gairah seksual yang begitu kuat.

Gesa pun merasakan hal yang sama. Tiba-tiba ada hawa panas yang seakan merambat di setiap titik. Bukan panas seperti api, tapi panas yang berbeda, seperti letupan hasrat untuk menghabiskan malam yang lebih intim.

Keduanya kelimpungan berusaha mengendalikan diri. Debaran di dada Gesa semakin bertalu kala Evan menatapnya dengan kabut gairah yang sudah merajai bola matanya.

Gesa deg-degan bukan kepalang. Apalgi ketika Evan bergeser memangkas jarak dan mendekatkan wajahnya. Demi Tuhan, Gesa tak ingih kesepakatan yang baru saja disepakati bersama dilanggar di malam pertama!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikahi Bos Aroganku   Kesepakatan Tambahan

    Gesa masih saja kesal. Sekuat apa pun usahanya untuk bersikap netral dan tak peduli, nyatanya ia tak bisa membohongi hati kecilnya. Kecemburuan itu ada. Ia tak bisa bersikap seolah-olah dia bukan siapa-siapanya Evan. Pernikahan itu real terlepas dari apa pun latar belakang yang menyebabkan pernikahan itu terjadi.Ia bertambah kesal kala melihat Rivana keluar dari ruangan Evan dan tersenyum miring ketika melintas di hadapannya. Tampak benar gadis itu menyukai kegelisahannya. Gesa tak mau menunjukkan kelemahan maupun rasa cemburunya. Ia akan berpura-pura jika sikap Evan tak berpengaruh apa-apa terhadapnya.Ketika tiba saatnya pulang, Evan mendatanginya dan menatapnya datar. Gesa menatapnya sekilas, tapi buru-buru ia alihkan pada layar laptop yang baru saja ia matikan."Kita pulang bareng, setelah itu mampir makan malam," tukas Evan datar.Gesa tahu, Evan menatap ke arahnya. Namun, Gesa enggan menatap balik. "Tadi pagi aku berangkat sendiri, naik motor. Pulangnya juga naik motor. Masa i

  • Menikahi Bos Aroganku   Menyakitkan

    "Halo Gesa, senang bertemu denganmu. Sudah sekian lama kita tidak bertemu, kamu masih seperti yang dulu." Rivana menatap Gesa di luar ruangan rapat setelah rapat selesai. Tatapannya begitu menelisik dari ujung kepala hingga kaki."Masih seperti yang dulu?" Gesa memicingkan matanya. Ia tak suka berbasa-basi."Ya, masih seperti yang dulu. Yang nggak bisa make up, kurang pinter milih outfit, dan tidak terlihat upgrade di penampilan." Rivana bicara tanpa tedeng aling-aling. Gesa sudah sangat paham akan karakter seniornya yang suka meremehkan orang lain. Sebenarnya, tak jauh dari Evan.Gesa menatap Rivana, sama dengan cara Rivana menatapnya. Ia seakan tengah mengabsen inci demi inci penampilan Rivana. "Apa kamu merasa cukup upgrade? Kamu lebih menarik saat masih kuliah. Maaf, ini jujur dari hati." Gesa mengamati Rivana yang tampak jauh lebih berisi dibanding dulu. Hanya saja Gesa tak ingin berkomentar negatif yang menyinggung fisik orang lain, meski Rivana lebih dulu meremehkannya.Rivana

  • Menikahi Bos Aroganku   Kejutan Pagi

    Gesa gugup bukan main. Degup jantungnya terasa berpacu lebih cepat. Jarak antara dirinya dan Evan semakin terpangkas. Gesa tak lagi bisa mundur. Ujung bibir Evan menyentuh ujung bibirnya. Gemuruh rasa itu kian membakar. Dada Gesa berdebar hebat. Ketika Evan memainkan ritme, Gesa terpaku sekian detik. Ini ciuman pertamanya. Ia tak tahu bagaimana membalasnya. Evan belum ingin menyerah. Ia hentikan ciumannya dan beralih dengan bisikan lirih di telinga istrinya. "Balas ciumanku, ikuti ritmenya."Suara lembut Evan terdengar begitu memikat. Nada suaranya seolah seperti sebuah hasrat yang tengah menanjak. Telinga Gesa meremang. Dadanya semakin berdebar. Getaran seakan merayap di setiap sendi.Evan kembali mendaratkan ujung bibirnya di bibir Gesa. Kali ini, Gesa lebih siap dibanding sebelumnya. Ia mengikuti ritme untuk membalas ciuman Evan.Waktu seolah berhenti. Dunia dan seisinya seakan menjadi milik keduanya. Sensasi ciuman pertama ini begitu manis, hangat, dan membekas. Ketika momen itu

  • Menikahi Bos Aroganku   One Step Closer

    Malam ini atmosfer kembali asing. Hanya keheningan yang mendominasi. Bahkan Gesa pun melewatkan makan malam karena ia tak mood untuk makan malam.Sekitar jam sembilan, Gesa keluar kamar. Ia ingin mengambil air. Ketika ia melangkah keluar, matanya bertemu dengan mata Evan yang tengah duduk di ruang tengah dengan laptop di hadapannya. Keduanya terdiam sekian detik seakan tatapan menjadi satu-satunya cara untuk berbicara. Gesa mengalihkan pandangan ke arah lain. Tanpa suara, ia melangkah menuju dapur untuk mengambil air.Gesa duduk sejenak di ruang makan. Ia meneguk air putih lalu merenungi nasibnya. Gesa menopang dagu dengan tangannya. Ia berpikir ulang, apa keputusan menikahi Evan adalah keputusan terburuk dalam hidupnya? Ia pikir, tak mengapa menjalani pernikahan perjodohan dengan kesepakatan meski tanpa cinta. Nyatanya, jauh di hati kecilnya, ia merindukan pernikahan yang normal.Mendadak hatinya bergerimis. Tiba-tiba ia merindukan kehidupan lamanya. Rumah yang ia tinggali sekarang

  • Menikahi Bos Aroganku   Menjadi Asing

    Pagi ini terasa lebih sibuk dibanding pagi sebelumnya. Orang tua Evan telah pulang, Evan dan Gesa kembali tidur terpisah. Namun, kesibukan sebelum berangkat kerja masihlah sama.Gesa inisiatif bangun lebih pagi. Ia siapkan menu yang praktis untuk sarapan. Roti panggang dioles selai coklat dan buah pisang menjadi pilihan. Dua cangkir kopi tak ketinggalan. Evan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya duduk tenang di ruang makan. Ia melirik sepiring roti panggang di hadapannya. Aroma harum kopi juga menyeruak dan menarik minatnya untuk meneguknya.Gesa duduk di hadapannya tak lama kemudian. Netra mereka kembali bertemu. Setiap menatap Sang Suami selalu ada debaran yang merajai. Namun, Gesa berusaha bersikap setenang mungkin."Kamu menyiapkan semua ini? Good... Makasih," ucap Evan seraya menyuapkan sepotong roti panggang."Gimana rasanya?" tanya Gesa dengan satu senyum manis.Evan berhenti mengunyah lalu menatap Gesa datar. "Hmm tidak bisa dibilang enak, tapi juga nggak bisa dibilang ngg

  • Menikahi Bos Aroganku   Pagi yang Hangat

    Gesa mengerjap lalu perlahan membuka mata. Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi. Gesa berpikir, apa dia kesiangan? Evan sedang mandi itu artinya ia kesiangan. Gesa melirik jam dinding. Ternyata masih jam empat pagi. Namun, Evan sudah mandi sepagi ini?Tak lama kemudian, Evan keluar dari kamar mandi. Handuk terlilit di pinggangnya. Tubuh atletis Evan ditambah perut sixpack-nya membuat dada Gesa bergemuruh tak menentu."Kamu mandi pagi sekali," ucap Gesa. Netranya mengamati Evan yang tengah mengambil baju di lemari. "Iya, soalnya Ayah udah pasti ngajakin Subuhan di Masjid depan. Ayah tahunya kan semalam kita habis cocok tanam. Makanya aku mandi untuk lebih meyakinkan." Gesa mengamati rambut Evan yang memang tampak basah. Evan kembali menoleh ke arah Gesa."Kamu menghadap sana ya. Aku mau ganti baju. Jangan berbalik sebelum aku minta." Evan menegaskan kata-katanya. Gesa menuruti kemauan Evan. Ia membalikkan badan. "Udah belum, Van?""Belum, sebentar lagi." "Udah," ucap Ev

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status