Jay pergi ke kantor pagi itu sebelum klien datang. Ia sudah meminta Mona mempersiapkan ruang meeting no 15. Suasana kantor sepi. Hanya ada beberapa karyawan yang lembur. Tidak menunggu lama, setelah klien datang, meeting dilakukan.
Meeting sangat dipersingkat. Dari yang biasa lebih dari 6 jam, sekarang hanya 2 jam. Mona yang menemani Jay, mencatat semuanya dengan rinci.
“Mona, setelah laporannya selesai, kirimkan ke email,” kata Jay.
“Baik, Presdir!”
Jay ingin segera meninggalkan kantor dan menyusul Kaira. Ia tidak ingin mengecewakan Kaira dan Ziel lagi. Saat Jay keluar dari ruangannya untuk meletakkan kembali dokument penting, ia mendengar suara tangisan dari arah tangga darurat.
Jay pemimpin yang bertanggungjawab. Ia tidak ingin ada berita buruk terjadi. Bagaimana kalau orang yang me
Suasana hati sangat buruk. Niatnya, Nyonya Luna dan Tuan Alrecha membawa Ziel bersama mereka supaya hubungan Jay dan Kaira membaik. Tidak ada yang melihat hadiah apa yang Kaira siapkan. Setelah bicara tanpa adanya ujung damai, Kaira mengambil hadiah yang ia siapkan meski sudah bertebaran. Kaira pergi untuk menenangkan diri supaya keegoisan dirinya tak lagi menambah hancurnya hubungan yang mulai retak. Jay menulis disebuah kertas kecil dan dia meletakkannya di atas tas Keysana. Tas itu Jay letakkan di atas meja samping Keysana berbaring. Jay hanya berdiri di depan gerbang rumahnya. Berharap Kaira akan cepat pulang tapi sampai langit menjadi gelap, Kaira tidak juga kembali."Aku salah. Aku bersalah Kaira, pulanglah."
Kaira pulang ke rumah dalam keadaannya yang basah kuyup. Hal itu juga dirasakan oleh Jay. Ikatan batin yang saling terhubung. Jay tetap berdiri di depan gerbang menunggu kepulangan Kaira. Tidak peduli meski hujan turun sangat deras seperti badai. Penantiannya tak pernah sia-sia. Jay langsung membuka gerbang dan merangkul Kaira. "Kau dari mana saja? Kenapa baru pulang? Apa kau tahu kalau aku khawatir?" cerocos Jay. Kaira hanya diam. Tapi ia tampak sangat tenang. "Aku baik-baik saja," jawab Kaira. "Ayo masuk!" Jay tidak akan membiarkan Kaira kedinginan semakin lama. Ia menggendong Kaira dan membawanya masuk dengan segera. Tap… Tap… Tap… "Tenn! Siapkan air hangat untuk Nyonya!" perinta Jay pada pelayan yang bekerja di rumah. "Hssstttt…" Kaira membenamkan wajahnya di dada J
Ulang tahun yang bertepatan dengan weekend. Bertepatan dengan banyaknya masalah yang tiba-tiba muncul. Kaira terbangun dalam pelukan Jay tanpa balutan busana ditubuhnya. Kaira mengusap matanya perlahan. Pagi sudah menyambutnya. Kakinya yang menapak lantai, terasa dingin.Srettttt!"Kyaaaaa!" pekik Kaira."Dasar ceroboh!" omel Jay. Posisi matanya yang masih terpejam. Seakan enggan untuk terbuka. Jay menarik Kaira dalam pelukannya."Lepas!" kata Kaira."Hmmmm... Kau selalu saja ceroboh. Bangun tidur menginjak lantai yang dingin. Apa kau tidak bisa memakai alas kaki?" omel Jay lagi."Aku lupa.""Biarkan aku memelukmu. Bukankah hangat?""Kita harus segera bangun. Kita harus menjemput Ziel, Jay.""Tapi apa kau tidak
Rasya merebahkan tubuh Keysana. Ia yang sedang menarik dasi, tampak begitu tampan. Keysana mencegah tangan Rasya yang ingin menyentuhnya."Ki--kita harus mandi!" ulangnya."Kita akan mandi setelah semuanya selesai," bisik Rasya.Srettttt... Rasya tidak memberikan Keysana waktu untuk bicara. Entah ia setuju atau menolak untuk memberikan dirinya. Rasya mencium bibir Keysana. Melumatnya dengan sangat lembut sembari menaikkan kedua tangan Keysana ke atas dan mengikatnya dengan dasi."Rasya...""Hssstttt..." Rasya terlihat berbeda dan misterius. "Supaya kau tidak lari," imbuhnya."Tapi aku tidak mau diikat," rengek Keysana."Aku akan membebaskanmu setelah ronde ke 2," bisik Rasya.'Kenapa Rasya begitu vulgar dan berterus terang pagi
Keysana kelelahan. Selain karena semalaman sama sekali tidak tidur, ia juga melakukan hubungan intim dengan Raysa beberapa kal. Keysana memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya istirahat ke dalam alam mimpi. Rasya sedang menikmati teh hangat yang ia pesan dari layanan hotel. Cuppp... Bibir yang kenyal itu menempel dikening Keysana. Perlahan-lahan matanya mengerjap dan terbuka. Sikap manja itu, Keysana tunjukkan dengan cara agresif. Ia melingkarkan tangannya diperut Rasya yang tengah duduk disisinya. “Jam berapa sekarang?” gumam Keysana. “Jam 3 sore.” “Kalau sekarang jam 3
Ziel sudah berada ditengah-tengah antara Jay dan Kaira. Keluarga mereka kembali damai namun entah alasan apa, Kaira belum mengatakan soal kehamilannya.“Mama, Ziel sekolah dulu ya. Bye Mama... Emmuach—“ kata Ziel sembari mencium pipi Kaira.“Hati-hati, sayang.”Hahhhhhh... Kaira terlihat masih memiliki beban dipikirannya. Ia menghela nafas panjang untuk menetralkan perasaannya. Menjadi istri dari seorang Jay, pengusaha sukses kelas atas. Kandidat terbaik no 1 di London. Kesibukan terkadang membuat Kaira bosan.Drrtttt... Drrrtttt... Drrrttt... Ponsel Kaira berdering. Getarannya sedikit mengganggu. Kaira melihat layar ponselnya untuk mengecek siapa yang menghubunginya. Kaira menyipitkan matanya. ‘Jay?’ batin Kaira.‘Hallo!’
Kaira sudah mencari Ziel disemua tempat yang ia tahu. Taman bermain, pantai, tempat hiburan anak-anak, semuanya tanpa terkecuali. Rasya sama sekali tidak bisa ia hubungi. Kaira tidak mungkin menghubungi Jay karena ceritanya akan sangat panjang. Kaira tidak memiliki jalan lain. Ia mendatangi kantor Jay. Jay masih berada di ruang meeting selama 5 jam dan keluar 30 menit untuk meeting diruang yang lain. Kaira tidak ingin membuat Jay cemas. Ia harus meminta penjelasan Rasya tentang yang terjadi hari ini.Tap... Tap... Tap... Ekspresi Kaira sedang tidak ramah. Matanya yang memerah ia tutupi dengan kacamata yang menyangkut dibatang hidungnya. Kaira melangkah lebar tanpa melihat kanan atau kiri. Tidak seperti biasanya, Kaira menunjukkan emosinya kali ini pada semua orang yang melihatnya. Kaira tidak membalas sapaan ramah dari para baw
Pesan Singkat:“Kai, datang ke alamat ini. Jl. Cicle No 144. (Keysana)” Kaira menggenggam erat ponsel miliknya. Pesan singkat tanpa basa basi dan etika, membuat Kaira menggertakkan giginya. Setelah berjam-jam dibuat mencari dan kebingungan, Keysana baru mengabarinya setelah pukul 7 malam. Rencana dinner dengan Jay gagal lagi. Kaira juga lupa mengabari Jay karena ia sangat sibuk dan mengkhawatirkan Ziel. Kaira berada tidak jauh dari alamat yang Keysana kirimkan. Ia meluncur cepat tanpa berfikir panjang. Alamat yang dikirimkan Keysana bukanlah alamat rumahnya, melainkan sebuah kedai coffe. Kaira turun dari mobilnya dan segera masuk ke sana.Tap... Tap... Tap... Kaira menatap tajam apa yang ada di depan matanya. Keysana yang menunduk tanpa