Share

05. Penasaran

“Siapa dia berani sekali membentak , dia belum tahu siapa saya,” hardiknya dengan emosi.

“Aduh maaf Mas, namanya mbak Tari dia yang akan membawakan acara dimana Mas nya sebagai bintang tamu nanti di acara itu,” jawab Mbak Mirna sedikit gugup.

“Oh, jadi maksud Mbak dia seorang reporter?”tanya pemuda itu.

“Iya Mas,” jawab Mbak Mirna.

Pemuda itu langsung tersenyum simpul sepertinya dia ingin melakukan sesuatu dengan gadis itu dan menyuruh anak buah yang bernama Dion untuk mencari informasi tentang gadis itu.

Tak butuh waktu lama anak buah Fajar mendapatkan informasi tentang Tari.

@Fajar

{Bagaimana kamu sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu}

@Dion

{Sudah Bos, namanya Mentari Khairunnafiza umur dua puluh tiga tahun pekerjaan saat ini sebagai reporter selama dua tahun, dia mempunyai sepupu bernama Dafa yang juga sebagai juru kamera yang saat ini bersamanya}

{Lulusan terbaik dan sudah banyak prestasinya di bidang akademis, gadis tomboi dari dua bersaudara, orang tuanya sudah bercerai dari dia berumur sepuluh tahun dan sekarang dia tinggal bersama dengan kakak perempuannya}

@Fajar

{Ok, terima kasih informasinya}

 

Fajar pun  tersenyum licik, karena di benaknya sudah ada rencana yang akan membuat gadis itu mengingatnya selama dia menjadi reporter.

Fajar menyisir kembali rambutnya yang sempat berantakan karena ulah gadis itu, dia pun sudah tersenyum kembali membuat kedua asistennya menjadi bingung melihat tingkah lakunya, karena selama ini Bos Fajar tidak pernah tersenyum simpul seperti itu.

“Hey kalian tunggu saya di luar jangan ke mana-mana, berdiri saja dekat pintu itu!”  titah Fajar kepada kedua anak buahnya.

“Baik Bos, laksanakan,” jawab mereka dengan tegas.

Mereka pun pergi ke luar dan berdiri tegap di depan pintu, dengan berpakaian serba hitam.

“Tumben bos kita tersenyum sendiri seperti orang nggak waras saja,” ucap anak buahnya yang bernama Fikri mengawali pembicaraan.

“Iya benar juga sih baru kali ini Bos kita bisa tersenyum sejak kejadian lima tahun yang lalu, sepertinya dia juga cocok dengan gadis tadi,” sahut Udin anak buahnya yang satu lagi.

“Kamu lihat nggak tadi gadis itu tidak memuji ketampanan Bos kita yang paripurna banget seperti cewek pada umumnya kita lihat, bisa jadi tuh cewek jadi istrinya Bos Fajar,” lanjut Fikri.

“Iya sih, biasanya kan seperti di sinetron kalau awal pertemuan terjadi pertengkaran pasti ujung-ujungnya tumbuh benih cinta, sudah lama juga Bos kita perjaka ting-ting, masa kalah sama kita yang sudah nikah dan punya ekor pula, hahaha ...” tawa mereka sedikit menahan takut terdengar oleh Bos nya.

“Sepertinya dia patah hati deh sama kekasihnya dulu, masa sampai sekarang nggak mau nikah, tapi untungnya dia menuruti kemauan nyonya Ambar untuk dijodohkan, kalau tidak bisa bujang lapuk,” ucap Fikri.

“Sudah ah nanti kalau dia dengar kita sedang membicarakan masalahnya, bisa panjang urusan nih,” sahut Udin sembari celingak-celinguk ke belakang takut Bos Fajar mendengarkan mereka bergosip.

Mereka pun berhenti bergosip ria dan tetap berdiri tegap di depan pintu kamar ganti itu.

Mereka sangat setia mendampingi majikannya ke mana pun dia pergi kecuali ke toilet.

Sementara di luar area lapangan ...

Dengan perasaan tidak menentu antara marah, kesal, dan sedikit ada rasa yang aneh tetapi entah itu apa, membuat Tari tidak bisa melupakan wajah tampannya yang tersenyum manis.

“Duh nih orang pagi-pagi sudah bikin kesal, tetapi kenapa wajahnya terus datang di pikiranku?” gumam Tari sembari berjalan ke arah panggung.

“Tari, akhirnya kamu muncul juga, wah kamu hari ini lebih feminin dan seperti biasanya kamu tampil cantik,” puji Dafa sepupunya sembari tersenyum.

“Ya iyalah Tari gitu loh.”

“Loh kamu kenapa baru lihat cowok tampan atau lihat hantu?” ledek Dafa sembari cekikikan.

 

“Itu loh tadi di kamar ganti, aku tadi ketemu orang jutek banget, judes kaya emak-emak di kompleks saja,” gerutunya yang masih kesal.

Namun tiba-tiba perut Tari terasa lapar dan berbunyi nyaring sehingga Dafa tertawa melihat wajah polos Tari yang menahan lapar.

“Hahaha ...Tari-Tari lucu banget wajah kamu, bentar ya aku ambilkan makanan, seharusnya kamu itu makan dulu baru dandan,” ucap Dafa cengengesan.

“Iya aku lapar banget nih sejak melihat pemuda songong tadi, bawaan ku jadi lapar,” sahut Tari yang masih mengingat kejadian di kamar ganti.

Dafa pun pergi mengambil nasi kotak yang sudah disediakan oleh pihak panitia tadi.

“Nih makan dulu Say, nanti kamu wawancara dengan dia nggak punya tenaga,” ejeknya lagi sembari memberikan nasi kotak kepada Tari.

“Terima kasih, Daf.”

“Sama-sama.”

“Oh ya ini daftar pertanyaan yang bisa kamu ajukan dengan pengisi acara kita.”

“Namanya Fajar Ali Wardana,SE seorang pengusaha muda yang sudah mempunyai empat cabang perusahaan di Jakarta di bidang properti.”

“Selain itu Fajar juga mempunyai bisnis di bidang kuliner, dia mempunyai lima cabang restoran mewah yang sudah terkenal di Jakarta dan Surabaya.”

“Dia sangat berdedikasi tinggi, smart dan sukses, namun di balik kesuksesannya dia lupa untuk menikah.”

“Pernah dia mempunyai seorang kekasih selama lima tahun namun kandas di tengah jalan karena kekasihnya itu mengkhianati Fajar dengan berselingkuh.

“Kamu tahu siapa selingkuhan kekasihnya itu?” tanya Dafa .

“Siapa memang? tanya balik Tari kepada Dafa.

“Selingkuhannya itu ayah kandungnya sendiri!” sahut Dafa sedikit berbisik di telinga Tari.

“Waw gila banget tuh bapaknya, pacar anaknya di embat juga, dasar wanita nggak ada puasnya!” gerutu Tari kesal.

“Hush ... jangan keras-keras, lah kamu kan juga wanita Tari, lupa kodratmu?” ejek Dafa cengengesan.

“Iya tapi aku ini tipe orang yang setia dengan pasangannya, kalau nggak suka ya tinggalin saja, cari yang lain, susah amat, tapi kalau dia berselingkuh baik di belakang atau di depanku jangan harap dia menerima maaf dariku aku akan membencinya seumur hidupku!” sahut Tari lagi ketus.

“Aku tidak suka mempunyai pacar yang tidak setia, masih juga pacaran bagaimana nanti kalau sudah menikah lebih panjang urusannya,” jelas Tari.

“Kamu tidak sepeti itu kan, yang dengan gampang mempermainkan hati seorang wanita?” selidik Tari.

 

“Aku sama seperti kamu sepupuku yang tomboi, aku ini tipe cowok yang setia, romantis, humoris dan peka terhadap perasaan wanita,” ucap Dafa dengan bangga.

“Oh pantas saja dua hari yang lalu ada cewek marahi aku dikiranya aku ini pacar kamu, kamu kasih apa tuh cewek sampai ngebet banget sama kamu, awas loh ketahuan Nisa bisa mampus.”

“Katanya tipe setia kok banyak yang nempel sama kamu, peka sih peka tapi jangan semua wanita kamu embat dong, jatuhnya tuh cewek pada baper semua sama kamu, karena kamu terlalu banyak memberikan perhatian,” jelas Tari panjang lebar sembari memakan makanan dari nasi kotak itu dengan lahap.

“Wajar dong namanya juga laki-laki, tetapi kita harus setia dengan satu pasangan saja,” lanjutnya lagi sembari mengecek kameranya.

“Makanya kamu tidak usah membicarakan masalah kehidupan pribadinya cukup tahu saja,” ucap Dafa lagi.

“Tar, jangan sampai kotor itu baju, sebentar aku panggilkan mbak Mirna, tuh lihat lipstikmu sudah hilang lagi karena kamu makan,” gerutunya dan bergegas mencari mbak Mirna.

“Iya bawel.”

Tak lama kemudian Dafa datang bersama mbak Mirna menuju tenda Tari yang baru saja selesai makan.

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status