Share

05. Penasaran

Aвтор: Meriatih Fadilah
last update Последнее обновление: 2022-10-06 16:03:50

“Siapa dia berani sekali membentak , dia belum tahu siapa saya,” hardiknya dengan emosi.

“Aduh maaf Mas, namanya mbak Tari dia yang akan membawakan acara dimana Mas nya sebagai bintang tamu nanti di acara itu,” jawab Mbak Mirna sedikit gugup.

“Oh, jadi maksud Mbak dia seorang reporter?”tanya pemuda itu.

“Iya Mas,” jawab Mbak Mirna.

Pemuda itu langsung tersenyum simpul sepertinya dia ingin melakukan sesuatu dengan gadis itu dan menyuruh anak buah yang bernama Dion untuk mencari informasi tentang gadis itu.

Tak butuh waktu lama anak buah Fajar mendapatkan informasi tentang Tari.

@Fajar

{Bagaimana kamu sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu}

@Dion

{Sudah Bos, namanya Mentari Khairunnafiza umur dua puluh tiga tahun pekerjaan saat ini sebagai reporter selama dua tahun, dia mempunyai sepupu bernama Dafa yang juga sebagai juru kamera yang saat ini bersamanya}

{Lulusan terbaik dan sudah banyak prestasinya di bidang akademis, gadis tomboi dari dua bersaudara, orang tuanya sudah bercerai dari dia berumur sepuluh tahun dan sekarang dia tinggal bersama dengan kakak perempuannya}

@Fajar

{Ok, terima kasih informasinya}

 

Fajar pun  tersenyum licik, karena di benaknya sudah ada rencana yang akan membuat gadis itu mengingatnya selama dia menjadi reporter.

Fajar menyisir kembali rambutnya yang sempat berantakan karena ulah gadis itu, dia pun sudah tersenyum kembali membuat kedua asistennya menjadi bingung melihat tingkah lakunya, karena selama ini Bos Fajar tidak pernah tersenyum simpul seperti itu.

“Hey kalian tunggu saya di luar jangan ke mana-mana, berdiri saja dekat pintu itu!”  titah Fajar kepada kedua anak buahnya.

“Baik Bos, laksanakan,” jawab mereka dengan tegas.

Mereka pun pergi ke luar dan berdiri tegap di depan pintu, dengan berpakaian serba hitam.

“Tumben bos kita tersenyum sendiri seperti orang nggak waras saja,” ucap anak buahnya yang bernama Fikri mengawali pembicaraan.

“Iya benar juga sih baru kali ini Bos kita bisa tersenyum sejak kejadian lima tahun yang lalu, sepertinya dia juga cocok dengan gadis tadi,” sahut Udin anak buahnya yang satu lagi.

“Kamu lihat nggak tadi gadis itu tidak memuji ketampanan Bos kita yang paripurna banget seperti cewek pada umumnya kita lihat, bisa jadi tuh cewek jadi istrinya Bos Fajar,” lanjut Fikri.

“Iya sih, biasanya kan seperti di sinetron kalau awal pertemuan terjadi pertengkaran pasti ujung-ujungnya tumbuh benih cinta, sudah lama juga Bos kita perjaka ting-ting, masa kalah sama kita yang sudah nikah dan punya ekor pula, hahaha ...” tawa mereka sedikit menahan takut terdengar oleh Bos nya.

“Sepertinya dia patah hati deh sama kekasihnya dulu, masa sampai sekarang nggak mau nikah, tapi untungnya dia menuruti kemauan nyonya Ambar untuk dijodohkan, kalau tidak bisa bujang lapuk,” ucap Fikri.

“Sudah ah nanti kalau dia dengar kita sedang membicarakan masalahnya, bisa panjang urusan nih,” sahut Udin sembari celingak-celinguk ke belakang takut Bos Fajar mendengarkan mereka bergosip.

Mereka pun berhenti bergosip ria dan tetap berdiri tegap di depan pintu kamar ganti itu.

Mereka sangat setia mendampingi majikannya ke mana pun dia pergi kecuali ke toilet.

Sementara di luar area lapangan ...

Dengan perasaan tidak menentu antara marah, kesal, dan sedikit ada rasa yang aneh tetapi entah itu apa, membuat Tari tidak bisa melupakan wajah tampannya yang tersenyum manis.

“Duh nih orang pagi-pagi sudah bikin kesal, tetapi kenapa wajahnya terus datang di pikiranku?” gumam Tari sembari berjalan ke arah panggung.

“Tari, akhirnya kamu muncul juga, wah kamu hari ini lebih feminin dan seperti biasanya kamu tampil cantik,” puji Dafa sepupunya sembari tersenyum.

“Ya iyalah Tari gitu loh.”

“Loh kamu kenapa baru lihat cowok tampan atau lihat hantu?” ledek Dafa sembari cekikikan.

 

“Itu loh tadi di kamar ganti, aku tadi ketemu orang jutek banget, judes kaya emak-emak di kompleks saja,” gerutunya yang masih kesal.

Namun tiba-tiba perut Tari terasa lapar dan berbunyi nyaring sehingga Dafa tertawa melihat wajah polos Tari yang menahan lapar.

“Hahaha ...Tari-Tari lucu banget wajah kamu, bentar ya aku ambilkan makanan, seharusnya kamu itu makan dulu baru dandan,” ucap Dafa cengengesan.

“Iya aku lapar banget nih sejak melihat pemuda songong tadi, bawaan ku jadi lapar,” sahut Tari yang masih mengingat kejadian di kamar ganti.

Dafa pun pergi mengambil nasi kotak yang sudah disediakan oleh pihak panitia tadi.

“Nih makan dulu Say, nanti kamu wawancara dengan dia nggak punya tenaga,” ejeknya lagi sembari memberikan nasi kotak kepada Tari.

“Terima kasih, Daf.”

“Sama-sama.”

“Oh ya ini daftar pertanyaan yang bisa kamu ajukan dengan pengisi acara kita.”

“Namanya Fajar Ali Wardana,SE seorang pengusaha muda yang sudah mempunyai empat cabang perusahaan di Jakarta di bidang properti.”

“Selain itu Fajar juga mempunyai bisnis di bidang kuliner, dia mempunyai lima cabang restoran mewah yang sudah terkenal di Jakarta dan Surabaya.”

“Dia sangat berdedikasi tinggi, smart dan sukses, namun di balik kesuksesannya dia lupa untuk menikah.”

“Pernah dia mempunyai seorang kekasih selama lima tahun namun kandas di tengah jalan karena kekasihnya itu mengkhianati Fajar dengan berselingkuh.

“Kamu tahu siapa selingkuhan kekasihnya itu?” tanya Dafa .

“Siapa memang? tanya balik Tari kepada Dafa.

“Selingkuhannya itu ayah kandungnya sendiri!” sahut Dafa sedikit berbisik di telinga Tari.

“Waw gila banget tuh bapaknya, pacar anaknya di embat juga, dasar wanita nggak ada puasnya!” gerutu Tari kesal.

“Hush ... jangan keras-keras, lah kamu kan juga wanita Tari, lupa kodratmu?” ejek Dafa cengengesan.

“Iya tapi aku ini tipe orang yang setia dengan pasangannya, kalau nggak suka ya tinggalin saja, cari yang lain, susah amat, tapi kalau dia berselingkuh baik di belakang atau di depanku jangan harap dia menerima maaf dariku aku akan membencinya seumur hidupku!” sahut Tari lagi ketus.

“Aku tidak suka mempunyai pacar yang tidak setia, masih juga pacaran bagaimana nanti kalau sudah menikah lebih panjang urusannya,” jelas Tari.

“Kamu tidak sepeti itu kan, yang dengan gampang mempermainkan hati seorang wanita?” selidik Tari.

 

“Aku sama seperti kamu sepupuku yang tomboi, aku ini tipe cowok yang setia, romantis, humoris dan peka terhadap perasaan wanita,” ucap Dafa dengan bangga.

“Oh pantas saja dua hari yang lalu ada cewek marahi aku dikiranya aku ini pacar kamu, kamu kasih apa tuh cewek sampai ngebet banget sama kamu, awas loh ketahuan Nisa bisa mampus.”

“Katanya tipe setia kok banyak yang nempel sama kamu, peka sih peka tapi jangan semua wanita kamu embat dong, jatuhnya tuh cewek pada baper semua sama kamu, karena kamu terlalu banyak memberikan perhatian,” jelas Tari panjang lebar sembari memakan makanan dari nasi kotak itu dengan lahap.

“Wajar dong namanya juga laki-laki, tetapi kita harus setia dengan satu pasangan saja,” lanjutnya lagi sembari mengecek kameranya.

“Makanya kamu tidak usah membicarakan masalah kehidupan pribadinya cukup tahu saja,” ucap Dafa lagi.

“Tar, jangan sampai kotor itu baju, sebentar aku panggilkan mbak Mirna, tuh lihat lipstikmu sudah hilang lagi karena kamu makan,” gerutunya dan bergegas mencari mbak Mirna.

“Iya bawel.”

Tak lama kemudian Dafa datang bersama mbak Mirna menuju tenda Tari yang baru saja selesai makan.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Calon Kakak Ipar   67. Diakhiri Dengan Senyuman ( Tamat)

    “Sabar Sayang semua pasti akan baik-baik saja, aku saya yang menandatangani formulir itu,” ucap Fajar dengan lembut.Tari tidak bisa berkata-kata, lidahnya kelu, suaranya tercekat dan tubuhnya kaku, hanya linangan air mata yang selalu mengalir.Fajar lalu menandatangani formulir persetujuan operasi untuk Ibu Arumi. Dia pun memberitahukan kepada maminya kalau sahabatnya itu mengalami kecelakaan.Namun, Sayang tidak ada tiket yang cepat untuk datang ke Jakarta, sehingga dia harus menundanya sehari lagi. Setelah selesai menandatanginya formulir itu Fajar dan Udin pergi ke kamar jenazah untuk memastikan apakah itu benar Lili atau bukan. Sementara itu Fikri, Tante Zahra dan Farrel menemani Tari yang sedari tadi tidak berhenti menangis di pelukan Tante Zahra.Selang setengah jam berlalu akhirnya Bu Arumi masuk ruang operasi setelah prosedur semuanya sudah lengkap. Semua tampak tegang menunggu di luar kamar operasi. Udin dan Fikri sudah menyelesaikan semua administrasi dan pengurusan

  • Menikahi Calon Kakak Ipar   66. Pertemuan Tari Dan Tante Zahra

    “Istri saya adalah salah satu anak Pak Handoko yang saya nikahi,” ucap Fajar membuat Bu Zahra terkejut sekaligus bahagia.“Apa maksud kam?”“Mentari Khairunnafiza adalah istri saya Bu.”“Dan di mana Lanie, apakah dia sudah menikah juga?” “Maaf Bu, Lanie sudah meninggal empat bulan yang lalu karena sakit jantung.”“Apa, Innalilahi waiinalihi Raji’un, kok bisa Nak Fajar, apakah mereka tidak tahu ?” tanyanya masih penasaran.“Assalamu’alaikum!” Suara seorang wanita yang lembut berhasil mengalihkan perhatian mereka.Tari terpaku begitu juga dengan Bu Zahra pandangan mereka bertemu, Bu Zahra beranjak dari tempat duduk berdiri, memperhatikan wajah itu yang sangat dia kenal walaupun sudah belasan tahun, terasa bulir-bulir air mata mereka bertemu dan berpelukan.“Tari, ya Allah Sayang akhirnya kita bertemu lagi? Apa kabarmu Nduk, kamu sekarang semakin cantik dan kata Mas ini kamu sudah menikah dengannya?” “Ya Allah, Tante nggak menyangka kalau kamu sudah secantik ini dan suamimu juga sa

  • Menikahi Calon Kakak Ipar   65. Pencarian Tante Zahra

    “Pesanan Bos minta di belikan roti , katanya tadi pagi nggak sarapan,” ucap Joko sedikit berbisik.“Ya mau bagaimana sarapannya berbeda mana bisa kenyang?” protes Fikri menimpali.“Ah elo, kayak nggak pernah menjadi pengantin baru saja, Bos kan lagi jatuh cinta mungkin kalau Bos lihat batu seperti roti kali ya, atau kalau kita ganti roti itu jadi busa kasihan kalau batu kan keras, hihihi” ledeknya sambil cekikikan diikuti yang lain. Udin berinisiatif mengambilkan piring keluar bersama Joko.“Jo, kamu beli di mana itu roti, mahal nggak sih?” tanya Udin penasaran.Dekat warung sini, tadi sih saya coba satu enak banget dan kata pemilik warung itu, roti yang selalu di titipkan di warungnya selalu laris dan banyak peminatnya dan yang saya dengar dari pemilik warung itu juga kalau ibu yang membuat roti ini bisa menyekolahkan anaknya sampai kuliah loh, Pak Udin,” jelas Joko bersemangat.“Oh ya jadi penasaran, ya sudah ambilkan piring dulu buat Bos, saya juga mau coba seberapa enak itu roti

  • Menikahi Calon Kakak Ipar   64. Aku Mencintaimu Mas Panda

    “Kan cocok dengan kamu, Mas?” “Lah kenapa Sayang, itu kan panggilan kesayangan, berarti Tari sudah mulai sayang dong sama kamu, iya kan Tari?”“Uhuk ...uhuk ... “Tari tersedak dan Fajar berlari mengambilkan segelas air putih dan memberikannya kepada Tari.“Kamu nggak apa-apa, Sayang?” Bu Nia sangat khawatir.“Nggak apa-apa, Mami hanya batuk saja,” jawabnya pelan.“Ya sudah Mami pergi ke kamar dulu sudah mengantuk, dan kamu Fajar jangan membuat Tari sedih atau menangis, kalau sampai itu terjadi Mami akan menghukummu,” ancam Bu Nia.“Dan kamu Sayang, jika Panda besarmu ini susah diatur dan membuatmu marah dan menangis, kasih tahu Mami ya,” lanjutnya lagi.“Iya Mami.”Bu Nia bergegas pergi ke kamar, dia ingin anak dan menantunya lebih banyak waktu berdua agar saling menumbuhkan saling cinta.Fajar masih saja menatap laptopnya, tanpa melihat Tari kembali.“Mas bisa bantu kan?”“Ya ... tergantung.” “Tergantung apa memang?” “Tergantung pembayarannya.”“Maksudnya?”“Ayolah Sayang, s

  • Menikahi Calon Kakak Ipar   63. Apakah Aku Mulai Jatuh Cinta

    “Mami, cepat katakan siapa yang sudah membuat Mami seperti ini?”“Udin, Fikri, apa kerja kalian, kenapa Mami menangis?” tanyanya dengan nada tinggi.“Lah kok kita sih Bos, seharian kan kita berdua ikut kerja sama Bos, dan bukannya ini hari Minggu ya Bos, kok rapi banget mau ke mana, Bos? Sedangkan nggak jadwal apa pun hari ini?” celetuk Udin saat melihat Fajar berpakaian tapi dan formal setiap pergi kerja.“Apa hari Minggu ...kenapa nggak bilang dari tadi sih, dan kamu Tari kenapa nggak kasih tahu kalau hari ini hari Minggu?” celetuknya kesal.“Duh Den Fajar segitunya efek tadi malam ya, sampai-sampai lupa sama hari,” goda Mbok Surti ikut tersenyum.Seketika Tari dan Fajar salah tingkah di buatnya, kedua pipi mereka kembali merona dan Bu Nia pun segera memeluk Fajar.Momen kebersamaan yang ditunjukkan oleh ibu dan anak itu membuat Tari merasa iri, dia tidak pernah pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya terlebih dari mamahnya sendiri.Bu Nia menyadari kalau Tari pasti meras

  • Menikahi Calon Kakak Ipar   62. Penyesalan Yang Bahagia

    Menjelang subuh Tari terbangun, tetapi saat dia ingin pergi ke kamar mandi dia pun merasa kaget karena ada seorang pria di ranjang itu tanpa memakai apa pun. Rasa perih dan pegal di sekujur tubuh membuatnya bingung. Melihat seisi ruangan kamar itu juga berantakan.“Aduh ada apa denganku, kenapa semua tubuhku terasa remuk sekali dan augh ... kenapa perih dan sakit?” “Apa yang terjadi sebenarnya?”Tari menatap wajah itu dengan saksama lebih dekat ...lebih dekat lagi dan ...“Mas Pa—Panda?” “Mas bangun ...cepatan bangun kenapa kamu tidur nggak pakai baju sih?” “Apaan sih, Sayang, Mas masih ngantuk nih tadi malam kamu liar banget sih, seperti singa kelaparan, Mas kewalahan makanya capek banget, bentar lagi ya?” jawabnya pelan tanpa membuka matanya.“Terus apa yang kita lakukan tadi malam ya? Dan kenapa Mas nggak pakai baju?” tanyanya bingung.Mendengar pertanyaan istrinya barusan membuat Fajar semakin ingin memeluknya dan tersenyum bahagia.“Bukan nggak pakai baju lagi Sayang, di baw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status