Mentari Khairunnafiza gadis tomboi yang bekerja sebagai reporter lapangan mengharuskan menikahi calon kakak iparnya sendiri yang sangat perfeksionis, dingin dan pendiam. Dia pun tidak terlalu mengenal calon kakak iparnya itu, namun kakaknya selalu mendesak sebagai permintaan terakhir darinya. Sanggupkah Mentari menjalani pernikahan tanpa cinta dengan laki-laki lain, sedangkan dia masih mencintai kekasihnya? Penyakit apa yang di derita oleh kakaknya sehingga harus rela memberikan calon suaminya atau hanya tipu muslihat dari kakaknya sendiri?
View MoreâSay, tadi ada telepon tuh dari Jakarta, cuma aku nggak angkat,â ucap Dafa sepupu Tari.
âSiapa sih, ganggu banget, malas ah aku kantuk mau tidur,â sahut Tari malas.âTelepon balik saja siapa tahu penting, itu kan dari Mamah kamu?â bujuk Dafa mengingatkan.âIh, bawel banget persis kaya emak-emak rempong, gampang nanti saja lagi malas,â jawab Tari sembari mengambil bantal untuk menutupi kepalanya.âFa, tolong ya nanti kalau mau keluar kunci pintunya, aku nggak mau diganggu dulu, pingin istirahat,â teriaknya.âIya Say,â jawab Dafa tersenyum.âOh ya satu lagi Tar, besok kita di undang di salah satu kampus di sini, jadi nanti kita bisa meliput kegiatannya di sana, satu lagi jangan lupa telepon balik kasihan mamamu itu,â lanjut Dafa lagi.âIya.ââOh ya kamu nggak malam mingguan nih?â goda Dafa.âMalas ah paling-paling Bang Ammar lagi sibuk dengan anak band nya malam ini,â gerutunya kesal.âCiyee-ciyee enak dong punya pacar anak band setiap hari bisa request lagu penghantar tidur,â sahut Dafa tersenyum.âTerus kamu mau jalan sama si doi?â tanya Tari sembari melihat Dafa yang lemah gemulai menyisir rambutnya dengan minyak rambut yang berbau menyengat.âIya bentar, ini juga mau siap-siap, aku tinggal nggak apa-apakan?â tanya Dafa terlihat khawatir.âIya nggak apa-apa aku hanya kecapean saja,â jawabnya sembari menarik selimutnya untuk tidur.âAku pergi dulu, Assalamualaikum.ââWaâalaikumsalam.âDafa pun keluar dari kamar Tari karena ingin segera bertemu pacarnya.Sedangkan Tari menutup semua badannya dengan selimut kembali.Tidak terasa Tari ketiduran tanpa menghiraukan panggilan telepon masuk beberapa kali dari sang Mama.Tari tidur dengan pulas karena seharian melakukan aktivitas yang padat bersama Dafa sepupunya sebagai reporter lapangan. ***Pekerjaan yang menuntutnya agar selalu tampil prima setiap saat akhirnya hari ini tumbang, Tari kelelahan sehingga ponselnya sudah berdering berkali-kali tetapi tidak diangkat.Setelah beberapa jam matanya mulai bisa membuka perlahan-lahan, dia lirik jam sudah menunjukkan jam lima subuh.Badan terasa remuk semua sehingga Tari enggan bangkit dari tempat tidurnya.Dia pun mencari ponselnya yang tertutup selimut dan setelah di dapatnya betapa terkejut Tari melihat puluhan panggilan tak terjawab dari mamanya.Dia lupa kalau harus menelepon mamanya sesuai pesan dari Dafa.Buru-buru Tari menghubungi mamanya walaupun nanti ujung-ujungnya kena marah karena sudah mengabaikan telepon beliau.@Ibu Arumi{Assalamualaikum}@Tari{Waâalaikumsalam, Ma}@Ibu Arumi{Ya Allah Tari kamu apa-apaan susah betul di hubungi, kakakmu masuk rumah sakit Nak, kamu disuruh pulang sama kakakmu, dia jatuh dari kamar mandi, sekarang dia lagi ditangani oleh dokter, cepat pulang Nak}Tari tak kuasa mendengar berita kalau kakak satu-satunya mengalami itu, dia sangat menyayanginya, apa pun yang kakaknya minta selalu dikabulkan oleh Tari adik kandungnya.Menurutnya kakaknya lah yang selalu ada di setiap Tari merasa sedih maupun bahagia. Rasa sayang dengan kakaknya melebihi dari dirinya sendiri setelah orang tua mereka bercerai dan memilih mencari keluarga masing-masing dengan permusuhan yang berlarut-larut.@Ibu Arumi{Tari! Tari! Kamu masih di sana Nak?}@Tari{I-iya Ma, Tari akan pulang secepatnya suruh Mbak Lani tunggu Tari ya Ma, jangan tinggalin Tari lagi}@Ibu Arumi{Iya makanya kamu cepat pulang segera kalau bisa hari ini}@Tari{Iya Ma, Tari cari tiket pulang ke Jakarta, Assalamualaikum}@Ibu Arumi{Waâalaikumsalam, buruan}Setelah menutup telepon Tari langsung mencari tiket melalui online di ponselnya, namun tiba-tiba Dafa datang ke kamar Tari yang masih berantakan dan dia pun belum mandi, padahal hari ini ada tugas yang sudah menantinya di luar sana.âTar, boleh aku masuk?â teriak Dafa dari balik pintu kamar Tari.âIya masuk saja,â teriak Tari dari dalam.Dafa membuka pintu kamar Tari yang berantakan dan melihatnya panik.âAda apa Tar, kenapa kamu kelihatan panik, tenang Tar, ambil napas pelan-pelan lalu buang, tenang say,â ucap Dafa menenangkan Tari yang mudah panik mendengar berita yang mengejutkan dirinya.Dafa berpikir pasti mamanya yang memberikan informasi berita yang membuat Tari begitu panik.âSekarang jelaskan kenapa menjadi panik begini, kita harus siap-siap ke lapangan hari ini kita ada tugas pergi ke salah satu kampus ternama di sini,â ucap Dafa serius.âTa-tadi aku baru saja menelepon mama, katanya mbak Lani masuk rumah sakit dia jatuh dari kamar mandi, sekarang tidak sadarkan diri, aku harus pulang sekarang Fa, kita harus pulang ke Jakarta, Mbak Lani sedang membutuhkanku,â teriaknya sembari menangis.âTenang Tar, tenang ada aku di sini ... tenang kita akan pulang hari ini, tapi mungkin sore, kita ambil penerbangan sore bagaimana?â bujuk Dafa.âAku maunya sekarang Fa, bukan sore,â bentaknya.âAku ngerti Tar, tetapi ada tugas yang menanti kita, kita tidak bisa langsung pergi begitu saja dari kerjaan kita, banyak yang akan di rugikan, kamu tenang saja setelah kita berhasil meliput semua kegiatan kampus di sana, kita langsung pulang, aku janji Tar pegang janjiku ini,â ucap Dafa menenangkan Tari.âBaiklah Fa, tolong atur semuanya, aku tidak mau sampai membuat mbak Lani menunggu lama, padahal sebulan lagi mereka akan menikah, bagaimana dengan acara pernikahannya?ââApakah calon kakak iparku sudah tahu kalau mbak Lani masuk rumah sakit?â tanya Tari bingung.âMana aku tahu, mungkin sudah tahu kali, memang kamu juga belum lihat siapa calon kakak iparmu itu?â tanya Dafa penasaran.âLah kita kan sama-sama pergi ke luar kota, mana sempat aku lihat orangnya, bahkan aku pernah minta fotonya kata mbak Lani nggak usah biar buat kejutan gitu,â jawab Tari yang juga menjadi penasaran siapa calon kakak iparnya itu.âMbak Lani kan di jodohkan sama anaknya teman mamah waktu kuliah, jadi perjodohan ini sama-sama asing buat mereka, baru juga tiga bulan mereka berkenalan.ââYang aku tahu pasti orang tajir melintir, banyak perusahaannya di mana-mana, karena itu yang disukai Mamah, yang penting kaya,â lanjut Tari dengan ketus.âYa sudah mengobrolnya nanti lagi, cepat salat setelah itu siap-siap kita ke kantor dulu mengambil peralatan dan langsung menuju ke TKP!â jelas Dafa sembari memesan tiket pulang ke Jakarta melalui aplikasi online di ponselnya.âNih udah aku pesan untuk tiket dua orang jam tiga sore aja yang ada, setelah selesai dari kampus kita balik ke hotel dan langsung beres-beres paling tidak acara di kampus itu jam dua belas siang sudah selesai jadi ada waktu kita berberes di hotel,â jelas Dafa tersenyum.âTerima kasih Fa, kamu memang bisa diandalkan, kamu sepupu sekaligus teman curhatku yang paling gokil,â ucapnya membalas senyuman Dafa.âJustru itu aku di sini supaya kamu kalau mengambil keputusan tidak gegabah, pantas saja mbak Lani masih ragu dengan kamu, soalnya kamu gampang panik,â sahut Dafa menjitak kepala Tari.âSudah aku tunggu di lobi, nanti habis waktu subuhnya!â perintah Dafa.âBaik Bos Dafa,â jawab Tari sembari memberi hormat dan tersenyum.Tari sedikit lega karena hari bisa pulang ke rumah melihat kakaknya, namun dia tidak tahu kalau jodoh kakaknya akan bertemu di sini juga yang berstatus calon kakak ipar Tari.âSabar Sayang semua pasti akan baik-baik saja, aku saya yang menandatangani formulir itu,â ucap Fajar dengan lembut.Tari tidak bisa berkata-kata, lidahnya kelu, suaranya tercekat dan tubuhnya kaku, hanya linangan air mata yang selalu mengalir.Fajar lalu menandatangani formulir persetujuan operasi untuk Ibu Arumi. Dia pun memberitahukan kepada maminya kalau sahabatnya itu mengalami kecelakaan.Namun, Sayang tidak ada tiket yang cepat untuk datang ke Jakarta, sehingga dia harus menundanya sehari lagi. Setelah selesai menandatanginya formulir itu Fajar dan Udin pergi ke kamar jenazah untuk memastikan apakah itu benar Lili atau bukan. Sementara itu Fikri, Tante Zahra dan Farrel menemani Tari yang sedari tadi tidak berhenti menangis di pelukan Tante Zahra.Selang setengah jam berlalu akhirnya Bu Arumi masuk ruang operasi setelah prosedur semuanya sudah lengkap. Semua tampak tegang menunggu di luar kamar operasi. Udin dan Fikri sudah menyelesaikan semua administrasi dan pengurusan
âIstri saya adalah salah satu anak Pak Handoko yang saya nikahi,â ucap Fajar membuat Bu Zahra terkejut sekaligus bahagia.âApa maksud kam?ââMentari Khairunnafiza adalah istri saya Bu.ââDan di mana Lanie, apakah dia sudah menikah juga?â âMaaf Bu, Lanie sudah meninggal empat bulan yang lalu karena sakit jantung.ââApa, Innalilahi waiinalihi Rajiâun, kok bisa Nak Fajar, apakah mereka tidak tahu ?â tanyanya masih penasaran.âAssalamuâalaikum!â Suara seorang wanita yang lembut berhasil mengalihkan perhatian mereka.Tari terpaku begitu juga dengan Bu Zahra pandangan mereka bertemu, Bu Zahra beranjak dari tempat duduk berdiri, memperhatikan wajah itu yang sangat dia kenal walaupun sudah belasan tahun, terasa bulir-bulir air mata mereka bertemu dan berpelukan.âTari, ya Allah Sayang akhirnya kita bertemu lagi? Apa kabarmu Nduk, kamu sekarang semakin cantik dan kata Mas ini kamu sudah menikah dengannya?â âYa Allah, Tante nggak menyangka kalau kamu sudah secantik ini dan suamimu juga sa
âPesanan Bos minta di belikan roti , katanya tadi pagi nggak sarapan,â ucap Joko sedikit berbisik.âYa mau bagaimana sarapannya berbeda mana bisa kenyang?â protes Fikri menimpali.âAh elo, kayak nggak pernah menjadi pengantin baru saja, Bos kan lagi jatuh cinta mungkin kalau Bos lihat batu seperti roti kali ya, atau kalau kita ganti roti itu jadi busa kasihan kalau batu kan keras, hihihiâ ledeknya sambil cekikikan diikuti yang lain. Udin berinisiatif mengambilkan piring keluar bersama Joko.âJo, kamu beli di mana itu roti, mahal nggak sih?â tanya Udin penasaran.Dekat warung sini, tadi sih saya coba satu enak banget dan kata pemilik warung itu, roti yang selalu di titipkan di warungnya selalu laris dan banyak peminatnya dan yang saya dengar dari pemilik warung itu juga kalau ibu yang membuat roti ini bisa menyekolahkan anaknya sampai kuliah loh, Pak Udin,â jelas Joko bersemangat.âOh ya jadi penasaran, ya sudah ambilkan piring dulu buat Bos, saya juga mau coba seberapa enak itu roti
âKan cocok dengan kamu, Mas?â âLah kenapa Sayang, itu kan panggilan kesayangan, berarti Tari sudah mulai sayang dong sama kamu, iya kan Tari?ââUhuk ...uhuk ... âTari tersedak dan Fajar berlari mengambilkan segelas air putih dan memberikannya kepada Tari.âKamu nggak apa-apa, Sayang?â Bu Nia sangat khawatir.âNggak apa-apa, Mami hanya batuk saja,â jawabnya pelan.âYa sudah Mami pergi ke kamar dulu sudah mengantuk, dan kamu Fajar jangan membuat Tari sedih atau menangis, kalau sampai itu terjadi Mami akan menghukummu,â ancam Bu Nia.âDan kamu Sayang, jika Panda besarmu ini susah diatur dan membuatmu marah dan menangis, kasih tahu Mami ya,â lanjutnya lagi.âIya Mami.âBu Nia bergegas pergi ke kamar, dia ingin anak dan menantunya lebih banyak waktu berdua agar saling menumbuhkan saling cinta.Fajar masih saja menatap laptopnya, tanpa melihat Tari kembali.âMas bisa bantu kan?ââYa ... tergantung.â âTergantung apa memang?â âTergantung pembayarannya.ââMaksudnya?ââAyolah Sayang, s
âMami, cepat katakan siapa yang sudah membuat Mami seperti ini?ââUdin, Fikri, apa kerja kalian, kenapa Mami menangis?â tanyanya dengan nada tinggi.âLah kok kita sih Bos, seharian kan kita berdua ikut kerja sama Bos, dan bukannya ini hari Minggu ya Bos, kok rapi banget mau ke mana, Bos? Sedangkan nggak jadwal apa pun hari ini?â celetuk Udin saat melihat Fajar berpakaian tapi dan formal setiap pergi kerja.âApa hari Minggu ...kenapa nggak bilang dari tadi sih, dan kamu Tari kenapa nggak kasih tahu kalau hari ini hari Minggu?â celetuknya kesal.âDuh Den Fajar segitunya efek tadi malam ya, sampai-sampai lupa sama hari,â goda Mbok Surti ikut tersenyum.Seketika Tari dan Fajar salah tingkah di buatnya, kedua pipi mereka kembali merona dan Bu Nia pun segera memeluk Fajar.Momen kebersamaan yang ditunjukkan oleh ibu dan anak itu membuat Tari merasa iri, dia tidak pernah pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya terlebih dari mamahnya sendiri.Bu Nia menyadari kalau Tari pasti meras
Menjelang subuh Tari terbangun, tetapi saat dia ingin pergi ke kamar mandi dia pun merasa kaget karena ada seorang pria di ranjang itu tanpa memakai apa pun. Rasa perih dan pegal di sekujur tubuh membuatnya bingung. Melihat seisi ruangan kamar itu juga berantakan.âAduh ada apa denganku, kenapa semua tubuhku terasa remuk sekali dan augh ... kenapa perih dan sakit?â âApa yang terjadi sebenarnya?âTari menatap wajah itu dengan saksama lebih dekat ...lebih dekat lagi dan ...âMas PaâPanda?â âMas bangun ...cepatan bangun kenapa kamu tidur nggak pakai baju sih?â âApaan sih, Sayang, Mas masih ngantuk nih tadi malam kamu liar banget sih, seperti singa kelaparan, Mas kewalahan makanya capek banget, bentar lagi ya?â jawabnya pelan tanpa membuka matanya.âTerus apa yang kita lakukan tadi malam ya? Dan kenapa Mas nggak pakai baju?â tanyanya bingung.Mendengar pertanyaan istrinya barusan membuat Fajar semakin ingin memeluknya dan tersenyum bahagia.âBukan nggak pakai baju lagi Sayang, di baw
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments