“Ya. Aku memang mau ketemu sama mantan pacarku dan kamu nggak perlu ikut karena bisa mengacaukan suasana!” tegas Ayu sambil berlalu pergi.
Nanda mendengus kesal. Ia menarik lengan Ayu dan langsung menghisap kuat leher wanita itu. Meninggalkan bercak merah di sana dengan sengaja.
“Kamu apa-apaan sih, Nan!?” seru Ayu sambil berusaha mendorong tubuh Nanda.
Nanda semakin menarik kuat tubuh Ayu dan kembali menghisap leher dan dada wanita itu dengan paksa. Meninggalkan bercak merah di tubuh wanita itu. “Silakan ketemu sama Sonny dan dia akan berpikir apa kalau lihat kissmark ini?”
Ayu menghela napas sambil menatap wajah Nanda. “Sonny itu pria yang dewasa dan baik hati. Dia nggak akan menolak kehadiranku hanya karena bekas cupangan di tubuhku ini. Meski seluruh tubuhku merah karena kissmark dari kamu, aku akan tetap ketemu sama Sonny dan Nadine!” tegasnya dan berlari keluar dari dalam kamar.
Nanda mendengus kesal sambil menatap punggung Ayu yang berg
“Nggak perlu, Nad. Ayu sudah menikah. Tidak pantas kalau aku hanya bicara berdua dengannya saja. Kamu bisa jadi saksi pembicaraan kami. Dengan begini, aku akan lebih mudah menjelaskan pada Nanda jika dia mempertanyakan pertemuan ini,” tutur Sonny. “Aku sudah bilang ke Nanda kalau ketemu kamu di sini. Dia juga lagi pergi sama Arlita,” ucap Ayu lirih. “Arlita siapa?” tanya Nadine. “Pacarnya Nanda,” jawab Sonny. Nadine mengernyitkan dahi. “Hubungan kalian ini gimana, sih? Aku nggak paham. Asli. Roro nikah sama Nanda. Tapi dia jalan sama Sonny. Terus, suami kamu itu masih punya pacar? Aku pusing mikirinnya, Ro.” Ia mengaduk-aduk orange juice di hadapannya dan menyesapnya perlahan sambil menatap wajah Ayu. “Nggak usah dipikirin, Nad. Kalau bukan karena desakan keluarga, aku nggak akan nikah sama Nanda, sementara aku sudah tunangan sama Sonny. Aku ...” Ayu menghentikan ucapannya sambil melirik ke arah Sonny. Nadine menaikkan k
“Kalian berdua udah jadian lagi?” tanya Ayu sambil tersenyum bahagia melihat Nadine dan Rocky. “Nggak Ro, males aku jadian sama cowok kayak gini,” sahut Nadine. “Males tapi mau dicium juga,” goda Rocky sambil menyolek dagu Nadine. “Apaan sih, Ky?” Nadine menepis tangan Rocky. “Nggak sengaja. Lagian, kamu kebiasaan banget main cium-cium aja!” Ayu dan Sonny tertawa kecil melihat tingkah Rocky dan Nadine. Mereka terlihat saling mencintai, tapi enggan untuk berkomitmen. Mungkin karena Rocky yang don juan, membuat Nadine enggan dengan pria itu meski ada cinta di dalam hatinya. “Nggak papa kamu nolak aku terus. Yang penting, papamu nggak nolak aku sebagai calon mantu dia,” tutur Rocky sambil duduk santai di sebelah Nadine. Tangan satunya, terlentang di belakang punggung wanita idamannya itu. “Nggak usah bawa-bawa papa, ya!” dengus Nadine. “Hehehe. Yah, mau gimana lagi. Aku nggak punya cara lain selain deketin papamu. Abisnya, kamu no
Nanda menghela napas kesal. Ia akhirnya men-dial nomor Ayu untuk mempertanyakan keberadaan wanita itu. “Halo ...!” suara merdu Roro Ayu langsung menggema di telinga Nanda. “Ach, sial ...!” umpat Nanda dalam hati. Ia memijat kepalanya yang berdenyut saat mendengar suara Ayu yang begitu sensual di telinganya. Dadanya tiba-tiba penuh sesak hanya karena mendengar satu kata lembut saja dari bibir wanita itu. “Halo, Nanda ...! Are you there?” tanya Ayu lembut. Nanda menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. “Kamu di mana? Sudah selesai makannya?” “Masih di restoran sama Nadine, Rocky dan Sonny,” jawab Ayu. “Rocky itu siapa lagi?” tanya Nanda. “Pacarnya Nadine,” jawab Ayu lembut. “Di restoran mana?” tanya Nanda lagi. “Kamu mau nyusul?” tanya Ayu balik. Nanda terdiam selama beberapa saat. “Kalau kamu mau nyusul, aku akan kasih tahu tempatnya. Without Arlita,” jawab Ayu.
Arlita bergelayut manja di lengan Nanda saat pria itu mengantarkannya pulang ke apartemennya. Tak peduli pria itu sudah menikah dengan wanita lain. Asalkan kebutuhannya masih dipenuhi, ia tidak akan melepaskan Nanda dengan mudah begitu saja. “Nan, thank’s ya udah belanjain aku hari ini!” Arlita tersenyum manis dan mengecup pipi Nanda. “Gimana kalau malam ini kamu nginap di apartemen aja? Aku kangen sama kamu.” “Nggak bisa kalau nginap, Lit. Ada istriku di rumah. Kalo dia laporin aku ke papa dan mama, bisa habis hidupku.” “Dia jahat banget, sih?” “Dia nggak jahat, Lit.” “Jahat. Dia udah rebut kamu dari aku.” “Bukan dia yang rebut. Aku yang udah bikin dia hamil. Aku harus bertanggung jawab, Lit,” sahut Nanda. “Kamu hamilin aku juga! Biar kita bisa nikah juga, Nan.” “Kamu mau jadi istri kedua?” tanya Nanda. Arlita menggeleng. “Aku mau jadi satu-satunya buat kamu, Nan. Kapan kamu bercerai sama Ayu? Kayaknya, akhir-a
Sementara itu, Nia terus melangkah keluar dari apartemen itu dan masuk ke dalam mobil. Ia segera menuju ke Jamoo Restaurant karena sudah ada janji untuk bertemu dengan seseorang di sana. Perasaannya sangat tak karuan melihat puteranya bermain api dan membuat perusahaan keluarga mereka nyaris jatuh ke tangan keluarga bangsawan yang telah direnggut harga dirinya oleh sang anak. Beberapa menit kemudian, Nia sudah masuk ke dalam Jaamo Restaurant dan menghampiri seseorang yang sudah menunggunya di sana. “Hai ...!” sapa Nia sambil menghampiri wanita paruh baya yang sedang sibuk dengan tabletnya. “Hei ...!” balas wanita paruh baya itu sambil bangkit dari sofa dan menyambut kedatangan Nia dengan hangat. “Gimana kabarmu, Yun? Aku dengar, kamu tinggal di Amrik, ya?” tanya Nia. “Nggak. Cuma temenin suami berobat di sana. Yah, bolak-balik Washington-Indonesia,” jawab Yuna sambil menatap wajah Nia. Nia tersenyum manis dan duduk di sofa yang ada di
Nanda mondar-mandir di ruang tamu rumahnya puluhan kali sambil menunggu Roro Ayu pulang ke rumahnya. Ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh istrinya di luar sana hingga membuat kedua orang tuanya murka. Ia sangat kesal karena merasa dipermainkan oleh wanita yang terlihat tenang, lembut dan penurut itu. Yang lebih parahnya lagi, ia tidak mengetahui sama sekali perihal perjanjian antara keluarga Perdanakusuma dan keluarga bangsawan Keraton Surakarta yang jelas-jelas merugikan salah satu pihak. “Ay, kamu ini ngapain aja sih? Sudah jam sembilan malam, kenapa belum pulang juga? Ngapain aja sama Sonny?” gerutu Nanda sambil menggaruk kepalanya dengan gelisah. Perasaan Nanda semakin tak karuan saat sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Ia buru-buru berlari keluar dari rumah dan melihat Ayu keluar dari dalam mobil tersebut. “Thank’s ya udah antarin aku!” ucap Ayu sambil menatap Sonny yang duduk di balik kemudi. Sonny mengangguk sambil tersenyum ke arah
Drrt ... drrt ... drrt ...! Nanda merogoh ponsel dan menatap nama Arlita yang masuk ke sana. Tanpa pikir panjang, ia langsung mematikan panggilan telepon dari wanita itu. Nanda menghela napas. Ia berlari-lari kecil untuk meredakan emosinya sebelum ia masuk ke dalam kamar untuk menemui Ayu. “Yu ...!” panggil Nanda lembut sambil menghampiri Ayu yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang mengeringkan rambutnya. “Hmm.” Ayu menyahut sambil menyambungkan kabel haid dryer ke stopkontak. Nanda langsung mengambil alih hair dryer itu dan membantu Ayu mengeringkan rambutnya. Ayu langsung memperhatikan wajah Nanda dari balik cermin yang ada di hadapannya. Sudah hampir tiga bulan mereka tinggal di satu rumah dan baru pertama kalinya Nanda membantunya mengeringkan rambut. “Yu, aku boleh tanya sesuatu?” tanya Nanda sambil memperhatikan rambut Ayu yang terasa sangat lembut dengan aroma buah yang segar. “He-em,” sahut Ayu sambil
“Tante, kasih aku kesempatan buat tinggal di sini! Aku belum dapet tempat tinggal baru, Tante,” pinta Arlita sambil menatap wajah Nia dan Roro Ayu yang ikut di belakangnya. “Gimana mau dapet kalau kamu nggak nyari?” tanya Ayu sambil menatap wajah Arlita. Arlita langsung menatap tajam ke arah Ayu. Benih kebencian di dalam hatinya tiba-tiba muncul ketika Ayu merenggut semua yang seharusnya menjadi miliknya. “Arlita, keluarga kami menolongmu, bukan berarti kamu harus terus menikmati kekayaan kami seperti ini terus. Sudah saatnya kamu mandiri. Nanda bukan lagi pacarmu dan semua harta yang dia miliki, sudah sah jadi milik Roro Ayu.” “Tante, aku yang pacarnya Nanda dan kami saling mencintai. Kalau bukan karena Roro yang gatel, dia nggak akan menikahi Roro. Roro yang udah ngerebut Nanda dari aku, Tante. Selama ini hubungan kita baik dan Tante sayang sama Lita ‘kan?” Arlita menatap wajah Nia dengan mata berkaca-kaca. Nia terdiam sambil melirik Roro ya