“Di mana Mama, Pa?” tanya Rendra menatap ke arah papanya yang sejak tadi tampak diam.Rendra terus memanggil mamanya, tetapi sama sekali tidak ada sautan. Ia masih tidak percaya dengan papan ucapan bela sungkawa di halaman depan.“Ma, ini Rendra. Mama di mana?” teriak Rendra mencari keberadaan mamanya itu.“Kakak mau lihat, Mama? Sini ikut saya!” ucap Rayden dengan dingin.Rayden menarik tangan kakaknya begitu saja, padahal ini sudah 7 hari kepergian ibunya. Dan orang-orang tadi adalah tetangga dan rekan bisnis papanya maupun dirinya yang mendoakan mamanya.Tetapi Rendra baru saja pulang. Bukankah itu sudah sangat terlambat?Rayden membawa kakaknya menuju mobil, keduanya pergi bersama ke makam Mona. Namun, Rendra masih bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.Rendra masih denial dengan apa yang ia baca di papan ucapan tadi. Ia terus bertanya kepada Rayden di mana mama mereka sebenarnya.“Bisa diam tidak, Kak? Ini kita mau ketemu mama,” bentak Rayden dengan kesal.Rendra terdiam, ia
Rayden menatap tajam ke arah Diandra yang tidak berdaya. Ia tidak sendiri di sini, tetapi ditemani oleh Sheina dan juga Raka.Saat mereka hendak melajukan mobil, penjaga makam memanggil mereka karena ada wanita pingsan di makam Mona.Dan Rayden tidak menyangka jika wanita tersebut adalah Diandra.Diandra membuka matanya dengan perlahan, ia menelan ludahnya dengan kasar ketika ia bangun dikagetkan dengan kehadiran tiga orang yang sudah sangat ia hindari.“Setelah apa yang kamu lakukan terhadap keluarga saya bahkan sampai meninggal. Kamu masih hidup tenang, Diandra?” tanya Rayden dengan tajam.Diandra langsung tercekat, ia menatap Rayden dengan ekspresi ketakutan. Hilang sudah keberaniannya dulu, bahkan dulunya ia ingin merebut Rayden dari Sheina. Kini, ia tidak punya nyali untuk itu.“R-rayden, Aku…”“Kamu masih mau membela diri, Diandra? Padahal kamu tahu istri saya sangat menyayangi kamu sebagai anaknya sendiri. Tetapi kamu tega melakukan ini semua. Lihat karena ulah kamu saya dan an
Rayden, Raka, dan Sheina menatap Mona yang sedang ditangani oleh dokter, ketiganya berharap-harap cemas dengan keadaan Sheina.Alat defibrillator sudah diletakkan di dada Mona memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan detak jantung Mona yang berhenti mendadak menjadi normal.Dokter tersebut terus berusaha, tetapi suara monitor yang untuk mengetahui ritme jantung Mona terlihat bergaris lurus. Hingga alat itu dihentikan pun detak jantung Mona tidak kembali. Tentu saja Raka tahu apa arti garis lurus pada monitor tersebut, ia menangis menatap Mona yang sudah menutup mata.“Maaf, kami sudah melakukan semaksimal mungkin tapi nyawa pasien tidak tertolong,” ucap Dokter dengan penuh sesal.“Mama bangun,” pinta Sheina menggoyang tubuh Mona yang sudah tidak bernyawa.Tentu saja Sheina histeris, wanita itu menangis pilu karena baru saja Mona menerimanya tetapi wanita itu sudah meninggalkan dirinya.Padahal Sheina ingin merasakan mempunyai ibu kembali. Tetapi takdir kembali memisahkan denga
“Gimana ini?” ucap Diandra dengan mondar-mandir.Sungguh ia sangat takut terjadi sesuatu dengan Mona. Ingin tidak peduli, tetapi ada perasaan di sudut hatinya, yang tidak bisa ia jelaskan begitu saja.Selama ini, ia sudah sangat dekat dengan Mona. Di balik sikapnya yang jahat, ada sisi di mana ia juga menyayangi Mona. Tak sepenuhnya hatinya menerima keadaan Mona sekarang, hatinya ikut menyalahkan dirinya sendiri.Bisikan-bisikan itu membuat Diandra mengacak rambutnya dengan kasar. Ia tidak ada keberanian untuk menemui Mona saat ini, Diandra frustasi, kepalanya seakan hendak pecah karena hidupnya yang berantakan saat ini.“A-aku harus melihat keadaan Tante Mona,” ucapnya dengan penuh tekad.Tetapi setelah itu, ia membayangkan akan bertemu Rayden. Keberaniannya kini hilang, ia takut bertemu dengan pria itu. Dan pasti akan menyalahkan dirinya.Diandra yakin, Dean sudah menceritakan semuanya kepada Rayden dan juga yang lain. Pria itu benar-benar brengsek, dan ia membenci Dean. Sungguh sa
Sheina masuk ke dalam ruangan Mona yang sudah dipindahkan ruang ICCU khusus pasien yang mengalami penyakit jantung.Sheina menatap mertuanya dengan miris, bagaimanapun sikap mertuanya dulu. sheina sudah memaafkan dan melupakan itu semua, ia sudah menganggap Mona sebagai ibunya sendiri.“Ma,” panggil Sheina dengan pelan nyaris tak terdengar.Tetapi Mona mendengarnya, wanita tua itu membuka matanya dengan perlahan.Mona tersenyum menatap Sheina, walaupun bibirnya tertutup masker oksigen tetapi Sheina melihat semuanya.“M-maafkan Mama, Sheina,” gumam Mona dengan terbata.Air mata Mona mengalir begitu saja, tangan ringkihnya ingin menyentuh wajah Sheina.Tentu saja Sheina langsung membantu wanita itu, memegang tangan Mona dengan lembut dan meletakkannya di pipinya.“Sheina sudah memaafkan semua kesalahan Mama. Maafkan Sheina jika selama ini Sheina masih menjadi menantu yang membuat Mama kesal, karena pernikahan kami yang memiliki perjanjian pernikahan, Ma,” gumam Sheina dengan sendu.Mona
Mona menampar Diandra dengan kencang. Apa yang ia dengar tadi begitu mengejutkan hatinya, bahkan ia sangat syok mendengar pengakuan Diandra.Ternyata benar, Diandra adalah seseorang yang sudah membuat huru-hara dalam pernikahan Rayden dan juga Sheina. Yang lebih parahnya lagi, ia mempercayai wanita itu hingga membuat Sheina benar-benar pergi dari kehidupan anaknya.Rasa bersalah itu muncul dengan dada begitu sesak.“Saya tidak menyangka jika kamu yang melakukan ini semua, Diandra!” ungkap Mona dengan penuh kekecewaan.Diandra tampak gugup, tentu saja ia tidak dapat memprediksi jika Mona akan datang ke cafe ini dan mendengar semua pembicaraan dengan Dean.“T-tante dengarkan penjelasanku dulu. Ini tidak seperti yang Tante dengar,” ucap Diandra dengan lirih sedikit memohon terdengar dari nada bicaranya yang frustasi.“Saya sudah mendengar semuanya, Diandra. Untuk apa kamu menjelaskannya lagi kepada saya? Ternyata kamu perempuan yang sangat licik,” sahut Mona dengan tajam.“T-tan…”Diand