LOGINPersiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah.
Ada yang bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik.
Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan.
Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis.
Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul.
Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan.
Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia.
Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze.
Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung.
“Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.
“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.
“Dia benar - bener seorang pengecut.”
“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” ucap Rairu.
......
Para menteri yang melihat keadaan Mia merasa iba. Mereka tahu bagaimana sedihnya sang putri, tapi mereka tidak bisa berbuat apa - apa. Situasi sedang genting. Kehilangan raja di tengah perang adalah bencana besar.
"Tuan Holdy, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya seorang menteri dengan suara cemas."Kerajaan Bardish pasti akan memanfaatkan situasi ini."
Holdy menghela napas berat. Ia tahu betul apa yang dikatakan menteri itu benar.Rairu Bardish adalah raja yang ambisius dan kejam. Ia tidak akan menyia - nyiakan kesempatan emas ini.
"Kita harus memperkuat pertahanan kita," kata Holdy dengan tegas."Kita harus menunjukkan kepada Bardish bahwa kita tidak lemah meskipun raja kita hilang. Kita akan mempertahankan tanah kita sampai titik darah penghabisan."
"Tapi, tuan, bagaimana dengan rakyat?" tanya menteri yang lain. "Mereka pasti akan panik dan ketakutan." "Kita harus menenangkan mereka," jawab Holdy."Kita harus memberi mereka harapan. Kita akan menyebarkan berita bahwa kita sedang mencari raja kita dan bahwa kita akan segera menemukannya. Kita akan menunjukkan kepada mereka bahwa kita kuat dan bersatu."
Holdy tahu bahwa tugasnya tidak akan mudah.Ia harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kerajaannya dan rakyatnya. Ia akan membuktikan kepada Rairu Bardish bahwa Thierra tidak akan menyerah meskipun raja mereka hilang.
"sudah diputuskan," kata Holdy dengan suara yang lebih tegas. "Kita punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mari kita mulai sekarang." Para menteri mengangguk setuju dan mulai membahas strategi pertahanan dan penenangan rakyat. Holdy memimpin rapat dengan bijaksana dan penuh semangat.Ia tahu bahwa sebagai paman raja ia harus menjadi contoh yang baik bagi mereka. Ia harus menunjukkan kepada mereka bahwa ia tidak akan menyerah dan bahwa ia akan berjuang sampai akhir.
Sementara itu, di kediamannya,Putri Mia menangis tanpa henti. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kakaknya hilang. Ia merasa bahwa hidupnya telah kehilangan arah dan tujuan.
"Kakak... di mana kau?" bisik Mia dengan suara lirih.Suara isak tangis Mia memenuhi ruangan.
Pikirannya berkecamuk, membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada kakaknya.
Apakah Shan An terluka?
Apakah dia kelaparan?
Apakah dia... sudah meninggal?
Pintu kamarnya terbuka perlahan. Seorang pelayan muda, bernama Sara, masuk dengan membawa beberapa gaun indah yang tersampir di lengannya. Sara sudah lama melayani Mia. Ia tahu betul bagaimana sifat putri yang baik hati dan penyayang itu. Ia juga tahu betapa hancurnya hati Mia saat ini. "Tuan Putri..." Lyra mendekat dengan hati-hati. "Maafkan saya mengganggu. Tapi Tuan Holdy meminta agar Putri bersiap-siap. Beliau ingin Putri menghadiri upacara resmi di istana." Mia mendongak, wajahnya sembab dan matanya merah.
"Upacara? Upacara apa? Aku tidak ingin menghadiri upacara apa pun. Aku hanya ingin kakakku kembali..."
Sara berlutut di hadapan Mia. "Saya mengerti perasaan Putri. Tapi Tuan Holdy berkata bahwa kehadiran Putri sangat penting. Rakyat membutuhkan pemimpin. Mereka membutuhkan seseorang untuk memberi mereka harapan. Jika Putri tidak muncul, mereka akan semakin panik dan ketakutan." Mia terdiam.Ia tahu Sara benar.
Sebagai adik dari raja, ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerajaannya. Ia tidak bisa hanya berdiam diri dan menangisi nasibnya. Ia harus kuat demi rakyatnya.
"Gaun - gaun ini sangat indah, Putri," Sara melanjutkan, berusaha mencairkan suasana. "Saya yakin Putri akan terlihat sangat anggun dan berwibawa." Mia menatap gaun - gaun yang dibawa Sara. Ada gaun berwarna biru laut yang berkilauan seperti bintang, gaun berwarna hijau zamrud yang memancarkan aura kedamaian, dan gaun berwarna merah darah yang melambangkan keberanian. "Aku tidak tahu harus memilih yang mana..." gumam Mia lirih. "Biarkan saya membantu Putri," kata Sara sambil tersenyum lembut. "Saya yakin Putri akan terlihat cantik dengan gaun berwarna hijau zamrud."SAra dengan cekatan memilihkan gaun berwarna hijau zamrud
"Warna ini melambangkan ketenangan dan harapan, Putri. Saya rasa ini sangat cocok untuk situasi saat ini. Rakyat membutuhkan harapan, dan Putri bisa memberikan mereka itu."
Mia menatap gaun itu dengan ragu. Warna hijau zamrud memang indah, tapi ia merasa tidak pantas mengenakannya. Hatinya masih terlalu hancur untuk berpura - pura tegar. "Aku tidak yakin..." bisik Mia."Aku merasa seperti penipu jika mengenakan gaun ini. Aku tidak bisa memberikan harapan kepada siapa pun saat hatiku sendiri hancur."
Sara menggenggam tangan Mia dengan lembut. "Putri, saya tahu ini sulit. Tapi Putri tidak harus berpura - pura tegar. Putri hanya perlu menunjukkan kepada rakyat bahwa Putri bersama mereka. Bahwa Putri merasakan kesedihan mereka. Bahwa Putri tidak akan menyerah sampai Raja Shan An ditemukan." Air mata kembali mengalir di pipi Mia. Ia terharu dengan ketulusan Sara. Pelayan muda ini begitu setia dan perhatian. Ia merasa beruntung memiliki Sara di sisinya. "Terima kasih, Sara," kata Mia dengan suara bergetar. "Kau selalu tahu bagaimana cara menghiburku." Sara tersenyum. "Itu tugas saya, Putri. Sekarang, mari kita bersiap-siap. Waktu terus berjalan." Dengan bantuan Sara, Mia mengenakan gaun hijau zamrud itu. Gaun itu terasa dingin dan halus di kulitnya. Ia bercermin dan melihat pantulan dirinya. Ia memang terlihat anggun dan berwibawa. Tapi di balik penampilan itu, tersimpan kesedihan yang mendalam. SAra menata rambut Mia dengan hati - hati. Ia menyisir rambut hitam panjang Mia dan menyanggulnya dengan hiasan mutiara yang berkilauan. Ia juga memoleskan sedikit riasan di wajah Mia agar terlihat lebih segar. "Selesai," kata Sara sambil tersenyum puas. "Putri terlihat sangat cantik. Saya yakin semua orang akan terpesona." Mia tersenyum tipis. Ia tidak peduli dengan penampilannya. Yang penting baginya adalah ia bisa memberikan sedikit harapan kepada rakyatnya.Mia menatap di kejauhan, sebenarnya sangat melelahkan, tapi kakaknya belum datang juga. Mungkinkah kakaknya tidak tahu kalau dia di sini? Atau mungkin saja dia sudah di khianati oleh kakaknya sendiri. "Lira, apa kau tahu kenapa aku di bawa ke sini?" tanya Mia, memecah keheningan. Lira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu pasti, Putri. Tapi saya dengar, Raja Rairu tertarik dengan kecantikan Anda." Mia mendengus sinis. "Kecantikan? Rairu tidak peduli dengan kecantikan. Dia hanya peduli dengan kekuasaan." "Mungkin saja ada alasan lain," kata Lira. "Mungkin Raja Rairu ingin menjalin hubungan baik dengan kerajaan Thierra." "Hubungan baik?" Mia tertawa hambar. "Rairu tidak tahu apa artinya hubungan baik. Dia hanya tahu bagaimana cara menaklukkan dan menguasai." Mia terdiam sejenak, lalu menatap Lira dengan tatapan serius. "Lira, aku ingin kau mencari tahu segalanya tentang Rairu. Aku ingin tahu apa yang dia rencanakan, apa yang dia inginkan, dan siapa saja musuhnya." Lira mengang
"Apa yang bisa kau lakukan untukku, Lira?" tanya Mia, menyelidik. Matanya menelisik setiap inci ekspresi Lira, mencari tanda - tanda kebohongan.Lira menunduk, menggigit bibirnya. "Saya... saya bisa memberi tahu Anda apa yang Selir Tania rencanakan. Saya tahu banyak hal tentangnya, tentang orang - orang yang bekerja untuknya. Saya bisa menjadi mata dan telinga Anda di istana ini."Mia terdiam sejenak, menimbang kata - kata Lira. Ia tahu ini adalah kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, namun ia juga sadar akan bahaya yang mengintai. Jika Tania mengetahui bahwa Lira berkhianat, nyawa pelayan itu bisa terancam."Kau tahu ini berbahaya, kan?" tanya Mia, suaranya pelan namun tegas. "Jika Tania tahu kau membantuku, dia tidak akan segan - segan menyakitimu."Lira mengangkat kepalanya, menatap Mia dengan mata penuh tekad. "Saya tahu, Putri. Tapi saya sudah muak dengan semua kebohongan dan kekejaman di istana ini. Saya ingin melakukan sesuatu yang benar, meskipun itu berarti memperta
Pelayan itu menunduk dalam - dalam. "Siap, Yang Mulia."Tania berbalik dan berjalan pergi, langkahnya kali ini lebih ringan dan penuh percaya diri. Dia tahu bahwa Rairu mempercayainya, dan itu adalah modal yang sangat berharga. Sekarang, dia hanya perlu membuktikan bahwa kecurigaannya terhadap Mia benar.Keesokan harinya, Mia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ia merasa seperti ada mata yang terus mengawasinya. Ia mencoba mengabaikannya dan bersiap - siap untuk hari itu.Setelah berpakaian, Mia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, ia melihat Rairu sudah menunggunya."Selamat pagi, Putri," sapa Rairu dengan seringai kecilnya."Selamat pagi, Yang Mulia," jawab Mia, sedikit gugup. Jujur Mia sedikit takut dengan Rairu, karena setaunya, reputasi Rairu sangat buruk. Dia kasar dan berdarah dingin. Mereka berdua duduk dan mulai makan. Suasana terasa canggung dan tegang. Mia merasa Rairu terus memperhatikannya, seolah - olah ia sedang mencari sesuatu."Apakah a
Di salah satu sudut istana Bardish yang megah, Sebuah paviliun tampak terang benderang. Dengan hiasan kristal dan lentera yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan lorongnya. Memperlihatkan jika paviliun itu adalah kediaman milik orang yang berpengaruh. Paviliun Ungu, paviliun tempat tinggal selir Tania Tan. Selir kesayangan Rairu sekaligus teman masa kecil Rairu. "Jadi..., si gadis Thierra sudah masuk ke istana?" tanyanya pada pelayannya. "Benar Yang Mulia, dari yang hamba dengar seperti itu," jawab gadis pelayan. "Haruskah aku menyapanya?" gumam Tania pada dirinya sendiri sambil tersenyum sinis. "Siapa dia hingga aku harus menyapanya lebih dulu."Tania menjentikkan jarinya, memanggil pelayan lain. "Antarkan aku ke kediaman Yang Mulia Raja Rairu."Pelayan itu terkejut. "Tapi, Yang Mulia, ini sudah larut malam. Apakah pantas bagi kita untuk mengganggu Raja?"Tania tersenyum sinis. "Jangan khawatir. Aku yakin Rairu akan senang dengan kedatanganku. Dan lagi pula, aku punya alasan y
Ruang kerja Rairu terasa dingin dan mengintimidasi. Cahaya lilin yang bersinar layaknya sebuah kehangatan di antara dinginnya aura di dalam ruang kerja. Mia mencoba memasang wajah tenang, meski jantungnya berdebar keras. Rairu duduk di kursi kebesarannya, menatap Mia dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi dan dihakimi."Putri Mia," Rairu membuka suara, nadanya datar namun menguar aura berbahaya. "Aku dengar kau sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Bardish milikku!"Terkesan datar, tapi nyatanya pertanyaan itu mengandung sebuah ejekan dan kecurigaan. "Aku hanya ingin mengenal lebih baik tempat yang akan menjadi rumahku," jawab Mia, berusaha tidak terpancing.Rairu menyeringai tipis, seringai yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja. Tapi aku juga dengar kau menanyakan tentang Shan An."Mia menelan ludah. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dia adalah kakakku, wajar jika aku khawatir.""Wajar," Rairu mengangguk pelan, namun sorot matanya
Dengan hati - hati, Mia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia membuka tirai dan menatap langit malam yang gelap dan sunyi. Bintang - bintang berkelap - kelip di kejauhan, seolah memberikan harapan dan kekuatan.Mia menarik napas dalam - dalam dan memejamkan mata. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan memfokuskan pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat dan cerdas jika ingin mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang - orang yang ia cintai.'Aku tidak akan menyerah,' batin Mia dengan tekad yang membara. 'Aku akan mengungkap semua rahasia Rairu dan menghentikannya sebelum dia menghancurkan segalanya.'Mia membuka matanya dan menatap langit malam dengan tatapan yang penuh dengan keberanian dan tekad. Ia tahu bahwa perjalanan yang ada di hadapannya akan sulit dan berbahaya, tetapi ia siap untuk menghadapinya. Ia adalah seorang putri, seorang pejuang, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.Keesokan harinya, Mia memutuskan untuk memul







