Share

Bab 4

Author: Lerina
last update Last Updated: 2025-09-19 10:41:43

Persiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah. 

Ada yang  bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik. 

Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan. 

Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis. 

Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul. 

Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan. 

Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia. 

Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze. 

Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung. 

“Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.

“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.

“Dia benar  - bener seorang pengecut.”

“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” ucap Rairu.

......

Para menteri yang melihat keadaan Mia merasa iba. Mereka tahu bagaimana sedihnya sang putri, tapi mereka tidak bisa berbuat apa - apa. Situasi sedang genting. Kehilangan raja di tengah perang adalah bencana besar.

 

"Tuan Holdy, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya seorang menteri dengan suara cemas.

"Kerajaan Bardish pasti akan memanfaatkan situasi ini."

 

Holdy menghela napas berat. Ia tahu betul apa yang dikatakan menteri itu benar.

Rairu Bardish adalah raja yang ambisius dan kejam. Ia tidak akan menyia - nyiakan kesempatan emas ini.

 

"Kita harus memperkuat pertahanan kita," kata Holdy dengan tegas.

"Kita harus menunjukkan kepada Bardish bahwa kita tidak lemah meskipun raja kita hilang. Kita akan mempertahankan tanah kita sampai titik darah penghabisan."

 

"Tapi, tuan, bagaimana dengan rakyat?" tanya menteri yang lain. "Mereka pasti akan panik dan ketakutan."

 

"Kita harus menenangkan mereka," jawab Holdy.

"Kita harus memberi mereka harapan. Kita akan menyebarkan berita bahwa kita sedang mencari raja kita dan bahwa kita akan segera menemukannya. Kita akan menunjukkan kepada mereka bahwa kita kuat dan bersatu."

 

Holdy tahu bahwa tugasnya tidak akan mudah.

Ia harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Tapi ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kerajaannya dan rakyatnya. Ia akan membuktikan kepada Rairu Bardish bahwa Thierra tidak akan menyerah meskipun raja mereka hilang.

 

"sudah diputuskan," kata Holdy dengan suara yang lebih tegas. "Kita punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mari kita mulai sekarang."

 

Para menteri mengangguk setuju dan mulai membahas strategi pertahanan dan penenangan rakyat. Holdy memimpin rapat dengan bijaksana dan penuh semangat.

Ia tahu bahwa sebagai paman raja ia harus menjadi contoh yang baik bagi mereka. Ia harus menunjukkan kepada mereka bahwa ia tidak akan menyerah dan bahwa ia akan berjuang sampai akhir.

 

Sementara itu, di kediamannya,

Putri Mia menangis tanpa henti. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kakaknya hilang. Ia merasa bahwa hidupnya telah kehilangan arah dan tujuan.

 

"Kakak... di mana kau?" bisik Mia dengan suara lirih. 

Suara isak tangis Mia memenuhi ruangan.

Pikirannya berkecamuk, membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada kakaknya.

Apakah Shan An terluka?

Apakah dia kelaparan?

Apakah dia... sudah meninggal?

 

Pintu kamarnya terbuka perlahan. Seorang pelayan muda, bernama Sara, masuk dengan membawa beberapa gaun indah yang tersampir di lengannya. Sara sudah lama melayani Mia. Ia tahu betul bagaimana sifat putri yang baik hati dan penyayang itu. Ia juga tahu betapa hancurnya hati Mia saat ini.

 

"Tuan Putri..." Lyra mendekat dengan hati-hati. "Maafkan saya mengganggu. Tapi Tuan Holdy meminta agar Putri bersiap-siap. Beliau ingin Putri menghadiri upacara resmi di istana."

 

Mia mendongak, wajahnya sembab dan matanya merah.

"Upacara? Upacara apa? Aku tidak ingin menghadiri upacara apa pun. Aku hanya ingin kakakku kembali..."

 

Sara berlutut di hadapan Mia. "Saya mengerti perasaan Putri. Tapi Tuan Holdy berkata bahwa kehadiran Putri sangat penting. Rakyat membutuhkan pemimpin. Mereka membutuhkan seseorang untuk memberi mereka harapan. Jika Putri tidak muncul, mereka akan semakin panik dan ketakutan."

 

Mia terdiam.

Ia tahu Sara benar.

Sebagai adik dari raja, ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerajaannya. Ia tidak bisa hanya berdiam diri dan menangisi nasibnya. Ia harus kuat demi rakyatnya.

 

"Gaun - gaun ini sangat indah, Putri," Sara melanjutkan, berusaha mencairkan suasana. "Saya yakin Putri akan terlihat sangat anggun dan berwibawa."

 

Mia menatap gaun - gaun yang dibawa Sara. Ada gaun berwarna biru laut yang berkilauan seperti bintang, gaun berwarna hijau zamrud yang memancarkan aura kedamaian, dan gaun berwarna merah darah yang melambangkan keberanian.

 

"Aku tidak tahu harus memilih yang mana..." gumam Mia lirih.

 

"Biarkan saya membantu Putri," kata Sara sambil tersenyum lembut. "Saya yakin Putri akan terlihat cantik dengan gaun berwarna hijau zamrud."

SAra dengan cekatan memilihkan gaun berwarna hijau zamrud 

"Warna ini melambangkan ketenangan dan harapan, Putri. Saya rasa ini sangat cocok untuk situasi saat ini. Rakyat membutuhkan harapan, dan Putri bisa memberikan mereka itu."

 

Mia menatap gaun itu dengan ragu. Warna hijau zamrud memang indah, tapi ia merasa tidak pantas mengenakannya. Hatinya masih terlalu hancur untuk berpura - pura tegar.

 

"Aku tidak yakin..." bisik Mia.

"Aku merasa seperti penipu jika mengenakan gaun ini. Aku tidak bisa memberikan harapan kepada siapa pun saat hatiku sendiri hancur."

 

Sara menggenggam tangan Mia dengan lembut. "Putri, saya tahu ini sulit. Tapi Putri tidak harus berpura - pura tegar. Putri hanya perlu menunjukkan kepada rakyat bahwa Putri bersama mereka. Bahwa Putri merasakan kesedihan mereka. Bahwa Putri tidak akan menyerah sampai Raja Shan An ditemukan."

 

Air mata kembali mengalir di pipi Mia. Ia terharu dengan ketulusan Sara. Pelayan muda ini begitu setia dan perhatian. Ia merasa beruntung memiliki Sara di sisinya.

 

"Terima kasih, Sara," kata Mia dengan suara bergetar. "Kau selalu tahu bagaimana cara menghiburku."

 

Sara tersenyum. "Itu tugas saya, Putri. Sekarang, mari kita bersiap-siap. Waktu terus berjalan."

 

Dengan bantuan Sara, Mia mengenakan gaun hijau zamrud itu. Gaun itu terasa dingin dan halus di kulitnya. Ia bercermin dan melihat pantulan dirinya. Ia memang terlihat anggun dan berwibawa. Tapi di balik penampilan itu, tersimpan kesedihan yang mendalam.

 

SAra menata rambut Mia dengan hati - hati. Ia menyisir rambut hitam panjang Mia dan menyanggulnya dengan hiasan mutiara yang berkilauan. Ia juga memoleskan sedikit riasan di wajah Mia agar terlihat lebih segar.

 

"Selesai," kata Sara sambil tersenyum puas. "Putri terlihat sangat cantik. Saya yakin semua orang akan terpesona."

 

Mia tersenyum tipis. Ia tidak peduli dengan penampilannya. Yang penting baginya adalah ia bisa memberikan sedikit harapan kepada rakyatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 6

    Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. Terbukti sebelum Shan An menghilang, Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. "Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum.""Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan.""Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita t

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 5

    Putri Mia hadir di upacara. Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur. Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman. Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa. Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan. "Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy. Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya. Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.Ia tidak menyalahkannya.Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra."Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?"Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.Ia harus tegar.Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah."Aku siap," kata

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 4

    Persiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah. Ada yang bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik. Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan. Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis. Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul. Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan. Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia. Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze. Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung. “Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.“Dia benar - bener seorang pengecut.”“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” u

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 3

    Mia hanya bisa menangis, dirinya begitu lemah. Dia menyesali kenapa dia harus menjadi putri yang lemah lembut. Seharusnya dulu dia juga belajar beladiri, agar setidaknya bisa membantu perjuangan kakaknya di medan perang. “Kakak…..” gumamnya dalam tangisnya. Dulu ayahnya juga sangat suka berperang. Sampai - sampai kakaknya yang masih sangat muda sering dituntut untuk menggantikannya mengurus pemerintahan. Ibunya tidak tahan dengan kehidupannya sehingga sakit keras dan akhirnya meninggal. Sejak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sadar dan sudah jarang kembali ke medan perang. Tetapi, karena terlalu sedih akan kehilangan istrinya, ayahnya pun jatuh sakit dan menyusul istrinya meninggal. Itu adalah saat paling menyedihkan bagi Mia. Saat itu umurnya bahkan baru 12 tahun. Sedangkan kakaknya yang berumur 16 tahun terpaksa harus mewarisi tahta dan juga kerajaan. Setelah itu sama seperti ayahnya, kakaknya lebih suka berperang daripada harus tinggal di Istana. Dia berkata, jika tidak berpe

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 2

    "Kakak…..!!!”Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap. Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit. “Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat. Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam. Hingga paginya…..“Tuan putri…..!!!”“Tuan putri…!!!”Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia. Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 1

    "Matilah kau Rairuu….!”“Matilah kau Shan An…!”Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang. “Trang….!!!”Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang mau saling mengalah diantara mereka. Raja dari dua kerajaan besar itu selalu saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra. Kedua kerajaan besar di Gerswin. Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini. Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar. “Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu. “Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status