Ruang kerja Rairu terasa dingin dan mengintimidasi. Cahaya lilin yang bersinar layaknya sebuah kehangatan di antara dinginnya aura di dalam ruang kerja. Mia mencoba memasang wajah tenang, meski jantungnya berdebar keras. Rairu duduk di kursi kebesarannya, menatap Mia dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi dan dihakimi."Putri Mia," Rairu membuka suara, nadanya datar namun menguar aura berbahaya. "Aku dengar kau sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Bardish milikku!"Terkesan datar, tapi nyatanya pertanyaan itu mengandung sebuah ejekan dan kecurigaan. "Aku hanya ingin mengenal lebih baik tempat yang akan menjadi rumahku," jawab Mia, berusaha tidak terpancing.Rairu menyeringai tipis, seringai yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja. Tapi aku juga dengar kau menanyakan tentang Shan An."Mia menelan ludah. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dia adalah kakakku, wajar jika aku khawatir.""Wajar," Rairu mengangguk pelan, namun sorot matanya
Dengan hati - hati, Mia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia membuka tirai dan menatap langit malam yang gelap dan sunyi. Bintang - bintang berkelap - kelip di kejauhan, seolah memberikan harapan dan kekuatan.Mia menarik napas dalam - dalam dan memejamkan mata. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan memfokuskan pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat dan cerdas jika ingin mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang - orang yang ia cintai.'Aku tidak akan menyerah,' batin Mia dengan tekad yang membara. 'Aku akan mengungkap semua rahasia Rairu dan menghentikannya sebelum dia menghancurkan segalanya.'Mia membuka matanya dan menatap langit malam dengan tatapan yang penuh dengan keberanian dan tekad. Ia tahu bahwa perjalanan yang ada di hadapannya akan sulit dan berbahaya, tetapi ia siap untuk menghadapinya. Ia adalah seorang putri, seorang pejuang, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.Keesokan harinya, Mia memutuskan untuk memul
"Aku tahu risikonya, Yang Mulia," jawab Mia dengan nada yang sama tajamnya. "Tapi aku tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu. Aku harus melakukan sesuatu."Rairu tersenyum tipis, seolah terhibur dengan keberanian Mia. "Aku mengerti, Putri. Kau memang seorang wanita yang kuat dan berani. Itu salah satu alasan mengapa aku memilihmu."Mia menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. Kata - kata Rairu terdengar seperti ancaman terselubung."Kalau begitu, aku tidak akan menghalangimu," kata Rairu, "Tapi aku mohon padamu, berhati - hatilah. Aku tidak ingin kehilanganmu sebelum kita menikah.""Aku akan berhati - hati, Yang Mulia," janji Mia, meskipun ia tahu bahwa ia tidak bisa mempercayai satu kata pun yang keluar dari mulut Rairu.Rairu mengangguk, matanya meneliti Mia dengan intens. "Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat menantikan pernikahan kita. Aku yakin kita akan menjadi pasangan yang hebat dan memerintah kerajaan ini dengan bijaksana."Mia memaksakan senyum. "Aku juga berhar
Rairu tertawa pelan, namun tawa itu tidak mencapai matanya. "Tentu saja, Putri Mia. Kita akan menjadi pasangan yang sangat bahagia. Kerajaan kita akan bersatu dan menjadi yang terkuat di seluruh dunia."Mia membalas tatapan Rairu dengan senyum yang sama palsunya. "Aku sangat senang mendengarnya, Yang Mulia. Aku selalu bermimpi tentang persatuan dan kedamaian."Rairu mengulurkan tangannya. "Mari kita masuk, Putri. Aku sudah menyiapkan jamuan makan malam yang mewah untuk menyambut kedatanganmu."Mia menerima uluran tangan Rairu. Sentuhan mereka dingin dan tidak menyenangkan. Mia merasa seperti sedang menyentuh ular."Dengan senang hati, Yang Mulia," kata Mia.Mereka berjalan berdampingan memasuki gerbang kerajaan Bardish. Para pengawal berbaris rapi di sepanjang jalan, memberikan hormat kepada mereka. Mia bisa merasakan tatapan mereka yang tajam dan curiga. Ia tahu bahwa ia sedang berada di sarang musuh.Saat mereka berjalan melewati gerbang, Mia melihat sekilas seorang pria yang berdir
Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. Terbukti sebelum Shan An menghilang, Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. "Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum.""Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan.""Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita t
Putri Mia hadir di upacara. Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur. Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman. Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa. Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan. "Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy. Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya. Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.Ia tidak menyalahkannya.Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra."Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?"Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.Ia harus tegar.Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah."Aku siap," kata