Share

Bab 3

Author: Lerina
last update Last Updated: 2025-09-19 10:41:31

Mia hanya bisa menangis, dirinya begitu lemah. Dia menyesali kenapa dia harus menjadi putri yang lemah lembut. Seharusnya dulu dia juga belajar beladiri, agar setidaknya bisa membantu perjuangan kakaknya di medan perang. 

“Kakak…..” gumamnya dalam tangisnya. 

Dulu ayahnya juga sangat suka berperang. Sampai - sampai kakaknya yang masih sangat muda sering dituntut untuk menggantikannya mengurus pemerintahan. Ibunya tidak tahan dengan kehidupannya sehingga sakit keras dan akhirnya meninggal. 

Sejak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sadar dan sudah jarang kembali ke medan perang. 

Tetapi, karena terlalu sedih akan kehilangan istrinya, ayahnya pun jatuh sakit dan menyusul istrinya meninggal. Itu adalah saat paling menyedihkan bagi Mia. 

Saat itu umurnya bahkan baru 12 tahun. Sedangkan kakaknya yang berumur 16 tahun terpaksa harus mewarisi tahta dan juga kerajaan. 

Setelah itu sama seperti ayahnya, kakaknya lebih suka berperang daripada harus tinggal di Istana. Dia berkata, jika tidak berperang, maka kerajaan Bardish akan menang dan menjajah kerajaan Thierra. 

Saat itu Mia masih kecil dan tidak tahu bagaimana membujuk kakaknya. Dan sekarang, saat dia sudah 18 tahun, kakaknya malah menghilang dan tidak diketahui hidup dan matinya. 

Kehidupan macam apa ini….. 

Mia lelah, membenci kehidupannya dan dewa. Mia berlari di hadapan altar.

"Selama ini aku berdoa dengan baik kepadamu… Tapi apa yang aku dapatkan? Kau mengambil segalanya dariku.”

“Ibuku, ayahku dan sekarang kakakku. Kenapa kau tidak ambil aku juga….”

Mia tidak tahan,mengobrak abrik semua yang ada di atas altar.

“Hu…hu…hu…” tangisnya pecah. "Kenapa kau tega sekali padaku…”

“Tuan putri….” gadis pelayan yang melayani Mia ikut bersedih dengan apa yang menimpa majikannya. 

Mia tertidur di depan altar hingga hari gelap.

Dia terbangunkan oleh suara lembut gadis pelayan. 

“Putri… anda harus bangun, sebentar lagi malam datang, anda belum makan apapun dari pagi.”

Mia terbangun. Dia menggelengkan kepala mendengar ucapan gadis pelayan. Dia tidak memiliki nafsu untuk makan. 

Gadis pelayan itu membujuk dengan sabar. 

“Putri, hamba mohon. Jika Raja Shan An tahu anda seperti ini, maka dia akan sedih.”

Kata - kata gadis itu sedikit menyentuh hati Mia. "Baiklah, tolong papah aku ke kamar!”

Dengan sabar, gadis pelayan itu memapah Mia dan membawanya masuk ke dalam kamar. Dia membantu Mia membersihkan badan dan mengganti baju. 

Hidangan sudah disiapkan oleh pelayan lain. Sekarang hanya tinggal memastikan kalau Mia memakan makanannya. 

…..

“Kau pasti bercanda…!!! Orang Bardish itu pasti sudah gila.” Tuan Holdy malah sampai menggebrak meja di depannya. 

Dia meremas surat yang baru saja dikirimkan. Surat dari Raja Rairu Bardish yang menginginkan Kerajaan Thierra menyerah atau menyerahkan putri Mia untuk menikah dengannya. 

“Tuan ini…” Perdana menteri dibuat sakit kepala. Kenapa harus melibatkan putri Mia. 

“Cepat panggil Mia kesini…!!!” tuan Holdy memerintahkan seorang kasim. 

Tanpa menunggu waktu, kasim itu berlari ke arah kediaman Putri Mia. Ini adalah hal yang penting, dia tidak berani menundanya. 

“Tuan Putri…..!!!” Kasim itu menerobos masuk aula depan. 

“Ada apa?” tanya gadis pelayan. 

“Tuan Holdy memanggil putri Mia secepatnya,” jelas Kasim itu. 

“Akan aku sampaikan, kau tunggu dulu.” Gadis pelayan masuk ke kamar putri Mia dan menjelaskan. 

Tak berapa lama, Mia sudah sampai di ruang kerja Istana. Didalam, ada pamannya, tuan Holdy dan tiga menteri kepercayaan kakaknya. 

“Paman memanggilku?” tanya Mia. 

“Mia, paman tau ini sulit bagimu, tapi ada hal yang ingin paman dan para menteri sampaikan padamu.”

Mia memandang mereka berempat. “Katakanlah paman.” mia sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk. 

“Ada surat dari Rairu Bardish, yang isinya ingin kau menjadi istrinya, atau kita menyerahkan kerajaan ini.”

Mendengar ini, Mia bagai disambar petir. 

‘Apa Raja Bardish itu sudah gila?’ batinnya. 

‘Kenapa dia meminta kesepakatan yang tidak masuk akal.’

“Aku menolak paman…!!! Aku bukan alat tukar.”  Mia dengan tegas menolak. 

“Mia, mengertilah…! Ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang nasib seluruh kerajaan.”

“Pikirkanlah baik - baik, apa kau akan rela menyerahkan kerajaan Thierra yang diperjuangkan oleh ayahmu dan kakakmu kepada orang Bardish?”

Mendengar perkataan pamannya, hati Mia sedikit bimbang. Jika ini tentang kerajaan dan nasib banyak orang, dia tidak bisa menghindar. Intinya nasib kerajaan yang  dijaga oleh ayah, kakak dan leluhurnya sekarang berada di tangannya. 

“Beri aku waktu satu malam untuk memikirkannya paman….” Tanpa memperdulikan semua orang, Mia melangkah keluar dari ruang kerja Istana. 

Dia memandang langit malam yang bertaburan bintang. 

“Sungguh inikah garis takdir yang Kau ciptakan untukku? Apa salahku di kehidupan lalu sehingga kau menghukumku seperti ini?”

Mia bergumam pada dirinya sendiri. Dia tersenyum sinis dan melangkah untuk kembali ke kediamannya. 

Gadis pelayan di belakangnya dengan setia mengikutinya. 

“Sara… berjalanlah bersamaku, aku butuh tanganmu,” ucap Mia pada gadis pelayan itu. 

“Putri, hamba tidak pantas.” Gadis pelayan itu tau siapa dirinya dan apa statusnya.

“Seandainya aku terlahir dari keluarga biasa, maukah kau menjadi temanku?” tanya Mia kembali.

“Putri jangan seperti ini, hamba sedih mendengarnya,” ucap gadis pelayan sambil terus menundukkan kepalanya. 

Tiba - tiba Mia memeluknya. Dia terkejut, tapi dia merasakan sedikit basah di pundaknya. 

“Putri Mia menangis.”

Dengan sabar dia mengelus punggung putri Mia. Dia tahu beban berat yang ditanggung sang Putri. 

“Aku hanya seorang manusia. Aku bahkan tidak minta dilahirkan di dalam keluarga kerajaan. Dan sekarang semuanya berada di pundakku.”

“Aku lelah…. Hanya sangat lelah….”

“Putri….” Sara tau apa kesulitan dari majikannya. Di satu sisi adalah kerajaan. Dan di satu sisi adalah hatinya. 

Waktu sangat cepat berlalu. 

Pagi tanpa terasa sudah datang menyapa. 

“Kau sudah putuskan jawabanmu?” tanya Holdy pada ponakannya. 

“Sudah paman, aku punya 3 syarat,” kata Mia. 

“Pertama, paman harus mengerahkan orang untuk menemukan kak Shan An. Kedua, aku ingin status putri agung milikku di kerajaan Thierra tidak pernah dicabut, itu akan memberikan aku jalan mundur jika sesuatu terjadi padaku. Dan yang terakhir, jika aku mempunyai anak, maka dia akan menjadi pewaris kerajaan Thierra.”

Holdy cukup terkejut dengan keberanian Mia. 

Keponakannya yang selalu di anggap polos kini menjelma menjadi gadis yang tangguh dan penuh perhitungan. 

“Akan paman usahakan. Sekarang paman akan menulis surat untuk Raja Rairu.”

“Aku permisi paman.”

Kali ini tatapan Mia tajam, meski Holdy pamannya, dia tidak mempercayai Holdy sepenuhnya. Jadi dia mau memenuhi pernikahan ini tapi dengan syarat yang dia berikan. 

“Raja Rairu, mesti kau mendapatkan tubuhku, tapi sampai kapan pun kau tidak akan mendapatkan hatiku.”

Mia berjanji pada dirinya sendiri. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 6

    Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. Terbukti sebelum Shan An menghilang, Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. "Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum.""Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan.""Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita t

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 5

    Putri Mia hadir di upacara. Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur. Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman. Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa. Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan. "Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy. Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya. Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.Ia tidak menyalahkannya.Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra."Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?"Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.Ia harus tegar.Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah."Aku siap," kata

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 4

    Persiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah. Ada yang bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik. Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan. Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis. Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul. Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan. Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia. Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze. Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung. “Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.“Dia benar - bener seorang pengecut.”“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” u

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 3

    Mia hanya bisa menangis, dirinya begitu lemah. Dia menyesali kenapa dia harus menjadi putri yang lemah lembut. Seharusnya dulu dia juga belajar beladiri, agar setidaknya bisa membantu perjuangan kakaknya di medan perang. “Kakak…..” gumamnya dalam tangisnya. Dulu ayahnya juga sangat suka berperang. Sampai - sampai kakaknya yang masih sangat muda sering dituntut untuk menggantikannya mengurus pemerintahan. Ibunya tidak tahan dengan kehidupannya sehingga sakit keras dan akhirnya meninggal. Sejak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sadar dan sudah jarang kembali ke medan perang. Tetapi, karena terlalu sedih akan kehilangan istrinya, ayahnya pun jatuh sakit dan menyusul istrinya meninggal. Itu adalah saat paling menyedihkan bagi Mia. Saat itu umurnya bahkan baru 12 tahun. Sedangkan kakaknya yang berumur 16 tahun terpaksa harus mewarisi tahta dan juga kerajaan. Setelah itu sama seperti ayahnya, kakaknya lebih suka berperang daripada harus tinggal di Istana. Dia berkata, jika tidak berpe

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 2

    "Kakak…..!!!”Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap. Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit. “Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat. Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam. Hingga paginya…..“Tuan putri…..!!!”“Tuan putri…!!!”Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia. Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan

  • Menikahi Pembunuh Kakakku   Bab 1

    "Matilah kau Rairuu….!”“Matilah kau Shan An…!”Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang. “Trang….!!!”Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang mau saling mengalah diantara mereka. Raja dari dua kerajaan besar itu selalu saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra. Kedua kerajaan besar di Gerswin. Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini. Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar. “Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu. “Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status