LOGINPutri Mia hadir di upacara.
Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur.
Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman.
Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa.
Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan.
"Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy.
Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya.
Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.
Ia tidak menyalahkannya.
Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra.
"Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?" Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.
Ia harus tegar.
Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah.
"Aku siap," kata Mia dengan suara yang lebih tegas. Tuan Holdy tersenyum.Ia bangga dengan Mia. Ia tahu bahwa gadis muda ini memiliki potensi yang besar. Ia yakin Mia akan mampu mengatasi semua kesulitan yang menghadang dan membawa Thierra menuju masa depan yang lebih baik.
Upacara dimulai.Mia berdiri di samping Tuan Holdy di atas panggung. Ia menatap ribuan rakyat Thierra yang berkumpul di lapangan istana. Wajah mereka terlihat cemas dan ketakutan.
Mia mengangkat tangannya dan memberikan isyarat agar mereka tenang. Suasana langsung menjadi hening. Semua mata tertuju padanya. "Rakyat Thierra yang saya cintai," kata Mia dengan suara yang lantang dan berwibawa."Saya tahu kalian semua sedang ketakutan dan cemas. Saya tahu kalian semua sedang merindukan raja kita, Shan An. Saya juga merasakan hal yang sama. Tapi saya ingin kalian tahu, kita tidak boleh menyerah. Kita harus tetap kuat dan bersatu."
"Saya berjanji kepada kalian, saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk menemukan raja Shan An. Saya akan mengirim pasukan terbaik untuk mencarinya. Saya tidak akan menyerah sampai ia kembali ke tengah-tengah kita." "Sementara itu, saya mohon kepada kalian semua untuk tetap tenang dan patuh kepada pemerintah. Jangan terpancing oleh provokasi dari pihak luar. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa Thierra adalah kerajaan yang kuat dan bersatu." "Saya percaya kepada kalian. Saya percaya kepada Thierra. Saya percaya kita akan mampu mengatasi semua kesulitan ini. Mari kita berdoa bersama agar raja Shan An segera kembali dan membawa kedamaian dan kemakmuran bagi kerajaan kita."Setelah Mia mengatakan hal itu, rakyat pun bersorak sorai.
Padahal Mia harus mati - matian menahan sakit di hatinya. Sakit karena kehilangan kakaknya serta sakit karena sebentar lagi akan menjadi Ratu dari Rairu Bardish.
Seminggu setelahnya,
Hari ini adalah hari di mana Mia akan menikah dengan raja Rairu. Rombongan penjemput dari kerajaan Bardish sudah dagang dan bersiap membawa putri Mia.
Mau tidak mau sekarang Mia haurus pergi meninggalkan kerajaan Thierra.
"Paman, aku titip kerajaan Thierra padamu. Pastikan kau menjaganya sampai kakakku kembali. Dan pastikan rakyat hidup dalam damai, sudahi peperangan ini paman," pinta Mia sebelum pergi.
"paman akan jaga kerajaan ini dengan balik. Kau harus jadi Ratu yang bijak, buatlah Rairu bertekuk lutut di bawahmu. Buatlah dia membayar dengan mahal apa yang dia lakukan pada kita saat ini," kata Holdy.
"Pasti paman, aku akan membuat perhitungan dengan Rairu. Mia yang lemah lembut sudah mati bersama dengan hilangnya kak Shan An. Yang ada sekarang hanya Mia yang keras seperti batu yang tidak gampang untuk dihancurkan!" ucap Mia.
"Aku berangkat paman"
"Hati - hati Mia, jika ada masalah apa pun, kau beritahu paman. Paman akan membantu sebisa paman," ucap Holdy saat Mia hendak naik ke dalam tandu.
Mia mengangguk kemudia masuk ke dalam tandu bersama Sara.
"Sara, jaga Mia dengan baik, kalau terjadi sesuatu segera hubungi aku!" ucap Holdy.
"Baik tuan Holdy, saya akan berusaha sebaik - baiknya," kata Sara kemudian masuk tandu bersama Mia.
Di dalam tandu, dengan mengenakan pakaian merah, semerah darah, Mia mengepalkan tangannya.
Nasibnya akan berubah begitu dia memasuki wilayah Bardish.
'Tunggu saja kau Rairu, aku akan membuat perhitungan
Mia menatap di kejauhan, sebenarnya sangat melelahkan, tapi kakaknya belum datang juga. Mungkinkah kakaknya tidak tahu kalau dia di sini? Atau mungkin saja dia sudah di khianati oleh kakaknya sendiri. "Lira, apa kau tahu kenapa aku di bawa ke sini?" tanya Mia, memecah keheningan. Lira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak tahu pasti, Putri. Tapi saya dengar, Raja Rairu tertarik dengan kecantikan Anda." Mia mendengus sinis. "Kecantikan? Rairu tidak peduli dengan kecantikan. Dia hanya peduli dengan kekuasaan." "Mungkin saja ada alasan lain," kata Lira. "Mungkin Raja Rairu ingin menjalin hubungan baik dengan kerajaan Thierra." "Hubungan baik?" Mia tertawa hambar. "Rairu tidak tahu apa artinya hubungan baik. Dia hanya tahu bagaimana cara menaklukkan dan menguasai." Mia terdiam sejenak, lalu menatap Lira dengan tatapan serius. "Lira, aku ingin kau mencari tahu segalanya tentang Rairu. Aku ingin tahu apa yang dia rencanakan, apa yang dia inginkan, dan siapa saja musuhnya." Lira mengang
"Apa yang bisa kau lakukan untukku, Lira?" tanya Mia, menyelidik. Matanya menelisik setiap inci ekspresi Lira, mencari tanda - tanda kebohongan.Lira menunduk, menggigit bibirnya. "Saya... saya bisa memberi tahu Anda apa yang Selir Tania rencanakan. Saya tahu banyak hal tentangnya, tentang orang - orang yang bekerja untuknya. Saya bisa menjadi mata dan telinga Anda di istana ini."Mia terdiam sejenak, menimbang kata - kata Lira. Ia tahu ini adalah kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, namun ia juga sadar akan bahaya yang mengintai. Jika Tania mengetahui bahwa Lira berkhianat, nyawa pelayan itu bisa terancam."Kau tahu ini berbahaya, kan?" tanya Mia, suaranya pelan namun tegas. "Jika Tania tahu kau membantuku, dia tidak akan segan - segan menyakitimu."Lira mengangkat kepalanya, menatap Mia dengan mata penuh tekad. "Saya tahu, Putri. Tapi saya sudah muak dengan semua kebohongan dan kekejaman di istana ini. Saya ingin melakukan sesuatu yang benar, meskipun itu berarti memperta
Pelayan itu menunduk dalam - dalam. "Siap, Yang Mulia."Tania berbalik dan berjalan pergi, langkahnya kali ini lebih ringan dan penuh percaya diri. Dia tahu bahwa Rairu mempercayainya, dan itu adalah modal yang sangat berharga. Sekarang, dia hanya perlu membuktikan bahwa kecurigaannya terhadap Mia benar.Keesokan harinya, Mia terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Ia merasa seperti ada mata yang terus mengawasinya. Ia mencoba mengabaikannya dan bersiap - siap untuk hari itu.Setelah berpakaian, Mia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, ia melihat Rairu sudah menunggunya."Selamat pagi, Putri," sapa Rairu dengan seringai kecilnya."Selamat pagi, Yang Mulia," jawab Mia, sedikit gugup. Jujur Mia sedikit takut dengan Rairu, karena setaunya, reputasi Rairu sangat buruk. Dia kasar dan berdarah dingin. Mereka berdua duduk dan mulai makan. Suasana terasa canggung dan tegang. Mia merasa Rairu terus memperhatikannya, seolah - olah ia sedang mencari sesuatu."Apakah a
Di salah satu sudut istana Bardish yang megah, Sebuah paviliun tampak terang benderang. Dengan hiasan kristal dan lentera yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan lorongnya. Memperlihatkan jika paviliun itu adalah kediaman milik orang yang berpengaruh. Paviliun Ungu, paviliun tempat tinggal selir Tania Tan. Selir kesayangan Rairu sekaligus teman masa kecil Rairu. "Jadi..., si gadis Thierra sudah masuk ke istana?" tanyanya pada pelayannya. "Benar Yang Mulia, dari yang hamba dengar seperti itu," jawab gadis pelayan. "Haruskah aku menyapanya?" gumam Tania pada dirinya sendiri sambil tersenyum sinis. "Siapa dia hingga aku harus menyapanya lebih dulu."Tania menjentikkan jarinya, memanggil pelayan lain. "Antarkan aku ke kediaman Yang Mulia Raja Rairu."Pelayan itu terkejut. "Tapi, Yang Mulia, ini sudah larut malam. Apakah pantas bagi kita untuk mengganggu Raja?"Tania tersenyum sinis. "Jangan khawatir. Aku yakin Rairu akan senang dengan kedatanganku. Dan lagi pula, aku punya alasan y
Ruang kerja Rairu terasa dingin dan mengintimidasi. Cahaya lilin yang bersinar layaknya sebuah kehangatan di antara dinginnya aura di dalam ruang kerja. Mia mencoba memasang wajah tenang, meski jantungnya berdebar keras. Rairu duduk di kursi kebesarannya, menatap Mia dengan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi dan dihakimi."Putri Mia," Rairu membuka suara, nadanya datar namun menguar aura berbahaya. "Aku dengar kau sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Bardish milikku!"Terkesan datar, tapi nyatanya pertanyaan itu mengandung sebuah ejekan dan kecurigaan. "Aku hanya ingin mengenal lebih baik tempat yang akan menjadi rumahku," jawab Mia, berusaha tidak terpancing.Rairu menyeringai tipis, seringai yang tidak mencapai matanya. "Tentu saja. Tapi aku juga dengar kau menanyakan tentang Shan An."Mia menelan ludah. "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dia adalah kakakku, wajar jika aku khawatir.""Wajar," Rairu mengangguk pelan, namun sorot matanya
Dengan hati - hati, Mia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Ia membuka tirai dan menatap langit malam yang gelap dan sunyi. Bintang - bintang berkelap - kelip di kejauhan, seolah memberikan harapan dan kekuatan.Mia menarik napas dalam - dalam dan memejamkan mata. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan memfokuskan pikirannya. Ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat dan cerdas jika ingin mengungkap kebenaran dan menyelamatkan orang - orang yang ia cintai.'Aku tidak akan menyerah,' batin Mia dengan tekad yang membara. 'Aku akan mengungkap semua rahasia Rairu dan menghentikannya sebelum dia menghancurkan segalanya.'Mia membuka matanya dan menatap langit malam dengan tatapan yang penuh dengan keberanian dan tekad. Ia tahu bahwa perjalanan yang ada di hadapannya akan sulit dan berbahaya, tetapi ia siap untuk menghadapinya. Ia adalah seorang putri, seorang pejuang, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan takdirnya.Keesokan harinya, Mia memutuskan untuk memul







