"Maaf ibu siapa dan ada perlu apa?" tanya Zira berusaha tenang dan sopan. "Bukankah aku sudah bilang pada Beni kalo pagi ini rumah sudah harus kosong!" Jawab ibu yang berwajah judes itu di hadapan Zira dengan nada tinggi tanpa menyebutkan siapa dirinya. "Maaf maksud ibu bagaimana?" tanya Zira kembali yang semakin di selimuti rasa bingung. "Aku sudah membayar lunas rumah ini dan aku tidak suka bertele-tele, cepat keluar dari rumah ini atau kami akan memaksamu dengan cara kasar!" "Tapi Bu, aku tidak merasa menjual rumah ini ke siapapun dan ini rumah ayah kandungku, jadi tidak akan ada yang menjual rumah ini tanpa seizin dariku," jelas Zira. "Tapi ke
"Bagaimana keadaanmu sekarang," ucap seorang pria. Ia menghampiri Zira dengan membawa secangkir teh hangat dengan senyum ramah di bibirnya."Aku baik-baik saja ka Rian," jawab Zira pada Rian, Kakak dari sahabatnya, Mia."Syukurlah kalau kamu sudah merasa baikan. Minumlah ini untuk menghangatkan tubuhmu."Zira menerima teh hangat yang Rian berikan, "Terima Kasih ka." ucapkan di balas senyum Rian. "Apa ka Rian yang membawaku kemari?""Bukan," jawab Rian sambil menggeleng. "Mia menemukanmu tidak sadarkan diri di gubuk ronda saat dia hendak menjemputmu untuk berangkat kerja, ia membawamu kemari dan memintaku untuk menjagamu dan kebetulan hari ini aku libur."Zi
"Benar, lebih baik kamu tinggal di sini bersama kami," Mia menambahkan."Terimakasih, tapi aku tidak mau merepotkan kalian,""Kami tidak merasa direpotkan, justru aku akan lebih tenang jika kamu berada di sini dan bisa menjadi teman Mia. Kamu tidak perlu kuatir, aku tidak akan mengganggumu," jelas Rian."Benar kata kak Rian Zira, siapa tau juga dengan kalian sering bertemu kamu bisa mengingat sedikit kenangan tentang kak Rian." Mia menatap kakak yang tengah menatap Zira lekat. Zira pun akhirnya menyetujui saran Mia dan kakaknya."Ckckck liat deh yang kemarin nggak masuk kerja, kelihatannya hari ini seneng banget, hmmmm enak ya? baru satu tahun kerja di sini tapi sudah dapat perhatian khusus dari pak Hardi? apa sih r
"Tu, tuan! anda?" ucap Zira menatap orang yang mencegatnya yang ternyata adalah Steve. Zira menggigit bibirnya merasa sedikit takut menatap Steve, ia tau Steve pasti sangat marah dan tidak akan memaafkannya karena dia sudah melewati batas waktu untuk mengembalikan uang Steve. "Apa kamu berusaha menghindar agar tidak perlu membayar hutangmu gadis bodoh?" "Bukan begitu tuan, saya hanya...," "Hanya apa? dasar wanita licik, beraninya kamu bermain-main denganku!" "Tuan saya bisa jelaskan," "Maaf nona, apa anda jadi saya antar?" ucap supir taxi yang sedari tadi menunggu Zira. "Diam dan
Pintu lift terbuka. "Aduuuuhhhh!" rintih Zira karena merasa sakit pada pergelangan tangannya yang sedari tadi di genggam Steve dengan kuat, Steve pun melepaskan tangan Zira dengan kasar. Zira melihat sekeliling apartemen yang besar dan tertata rapi, sembari mengelus pergelangan tangannya yang masih terasa linu. "Rumah ini indah banget, semuanya tertata rapi!" batin Zira takjub. Matanya semakin tak berkedip saat mendapati Steve yang sudah melepaskan kemejanya dan memperlihatkan keindahan tubuhnya yang kekar. "Apa kamu masih ingat konsekuensi karena tidak tepat waktu?" tanya Steve. Namun Zira tak memberikan jawaban dan masih terhipnotis dengan tubuh Steve yang di hiasi beberapa kotak tahu di perutnya. "Hei gadis bodoh apa kamu tuli sekarang!" Hardik Steve membuat Zira seketika merasa kaget hingga hampir melototkan matanya dan terbangun dari lamunannya, dan seketika Zira membuang pandangannya. "Maaf tuan tapi aku belum memiliki uangnya," jelas Zira. "Aku tidak peduli." "Tapi aku be
"Apa kabarmu Zira?" tanya wanita tersebut."Maaf apa aku mengenalmu?"Wanita tersebut menyeringai, "kenal...? bahkan lebih dari kenal."Zira tetap mencoba dan berusaha untuk mengingat siapa wanita cantik di hadapannya, namun dengan susah payah ia tetap tidak bisa mengingatnya."Bella, apa kamu mengenal wanita ini?" tanya rekan kerjanya."Ya. Dia teman sekelasku dulu. Tapi sayangnya, setelah dia hilang ingatan dia melakukan hal yang membuatku malu mengakui jika pernah mengenalnya." Bella menyunggingkan senyuman dan kembali menatap Zira."Bella apa kamu lihat tadi wanita ini diseret oleh tuan Steve n
"Zira, kok kamu malah cengengesan gitu sih?" tanya Mia kesal."Habis ekspresi wajah kamu lucu sih.""Haaaiis! aku tuh serius Zira! sebenarnya kamu di apain sih sama dia, apa yang terjadi di antara kalian berdua?" Tegas Mia kembali."Sebenarnya nggak di apa-apain sih, dia maksa aku ke sana cuma buat ngomong supaya aku kerja sama dia buat nyicil hutang aku ke dia," jelas Zira."Oohhhh," jawab Mia dengan nada panjang sambil manggut-manggut seperti burung perkutut, Mia pun perlahan melajukan mobilnya kembali, "huff! aku sampai kuatir banget takut kamu di apa-apain sama tuh cowo, kan kasian kak Rian bisa tambah sakit hati," imbuh Mia."Pikiran kamu terlalu jauh
"Jangan dengarkan apa yang dia katakan padamu Zira, dia hanya berusaha memprovokasimu."Zira mengangguk, namun dia bisa melihat ada ketegangan di wajah Mia. Entah apa yang sebenarnya terjadi, namun Zira tidak ingin mempertanyakan pada Mia, lagipula masalah saat ini yang harus dihadapi cukup membuatku lelah pikirannya."Ok, sampai ketemu nanti malam sayang," celetuk Mia. Ia memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk apartemen.Mobil Mia tentu tidak bisa masuk ke halaman apartemen elit nan mewah tersebut, tidak sembarang orang bisa dengan mudah masuk kedalamnya.Penjagaan yang ketat mewajibkan setiap orang harus memiliki kartu khusus untuk bisa melewati penjagaan di gerbang depan atau setidaknya mereka h