Beberapa menit kemudian...Azriya mulai bisa menormalkan deru jantungnya. Perlahan kakinya melangkah ke ranjang, lalu mulai mengakses CCTV yang telah dikirimkan oleh Gavriel. Azriya mulai memeriksanya dari rekaman tiga hari sebelum kejadian. Pasalnya menurut cerita dari Gavriel, saat itulah Kartika mengalami perubahan."Kok nggak ada yang aneh, ya? Mommy juga nggak terlalu sibuk di sini, Gavriel juga. Malah cuma ada maid," gumamnya dengan pandangan awas menatap layar ponsel.Rekaman tersebut terus berjalan, hingga di menit ke lima belas, Azriya menangkap pergerakan seorang maid yang sangat mencurigakan. Maid tersebut seperti tengah memasukkan sesuatu ke dalam makanan.Azriya semakin memperbesar layar ponselnya, sejurus kemudian matanya membola lebar saat menyadari itu adalah maid yang tadi berbicara dengan Lauren."Ba-Bagaimana bisa?!" pekiknya dengan suara tertahan.Belum selesai keterkejutannya, Azriya menyadari bahwa makanan di piring itu adalah bubur ayam kesukaan sahabatnya, bahk
Tidak banyak orang yang datang di pemakaman Hanna, keluarga inti hanya ada Azriya dan Lauren. Sedangkan Gavriel saat ini sedang mengurus jaminan kehidupan untuk keluarga Hanna. Azriya sengaja mengikuti sampai pemakaman karena penasaran dengan Lauren. Keyakinannya masih sama, ia masih percaya dengan hatinya bahwa sang Mommy Mertua dalang di balik tindakan Hanna."Ke mana Mommy? Kok dia nggak naik mobil mansion?" gumamnya saat melihat Lauren menyetop taksi di pinggir jalan."Mommy ...!"Lauren menoleh dengan bibir mencebik sebal."Mau ke mana, Mom?" tanyanya."Aku mau ke mana saja bukan urusanmu! Lebih baik kamu pulang saja ke mansion, Riya! Apa urusanmu di sini?!" jawabnya ketus."Aku cuma khawatir kalau Mommy pergi sendirian. Kenapa nggak naik mobil mansion saja? Kan ada supir.""Aku mau ke rumah Silvana! Sedangkan mobil mansion cuma ada satu. Jadi aku ngalah sama kamu!" ujarnya memberikan alasan.Raut wajah wanita paruh baya itu masih tidak bersahabat, tetapi Azriya sama sekali tida
"Eugh ...."Azriya melenguh seiring dengan kelopak matanya yang mengerjap seakan berusaha menormalkan cahaya yang masuk. Perlahan, kelopak mata itu terbuka sempurna, hingga ia bisa melihat Silvana duduk di sisi ranjangnya."Sayang ... ada yang sakit?" tanyanya lembut.Azriya menggeleng."Sebentar, Kakak ambilkan minum dulu."Silvana bangkit dan meraih segelas air putih yang tersedia sedari tadi di atas nakas, kemudian wanita cantik itu dengan perlahan membantu Azriya untuk minum."Makasih, Kak ""Masih pusing nggak?"Azriya mengangguk sembari memegangi pelipisnya yang masih terasa berdenyut."Tadi air apa yang diberikan Aurell, Kak? Kenapa kayak ada bau sesuatu yang aneh?" tanyanya berterus-terang.Silvana sama sekali tidak terkejut, bahkan ia juga tidak merespon berlebihan. Wanita itu membawa tangannya mengusap lembut bahu adik iparnya tersebut."Itu hanya sirup biasa, Sayang. Mungkin karena masuk kulkas, jadi tercampur bau sesuatu yang lain. Sudah ... jangan kamu pikirkan. Lebih bai
"Ghina! Sudah selesai?" Azriya sontak menoleh ke sumber suara, sepersekian detik kemudian wanita cantik itu mendengus kesal saat mendapati Lauren tengah berdiri di ambang pintu dapur. 'Padahal sebentar lagi aku akan tahu siapa pelakunya. Huh ... Mommy ini selalu datang di saat yang tidak tepat,' batinnya."Sudah, Nyonya," sahut Ghina."Kalau sudah selesai cepat bawa ke meja makan, putra dan cucuku sudah menunggu di sana," ucapnya dan lantas mengalihkan pandangan kepada Azriya, "kamu juga kembalilah ke depan, Riya. Ngapain di dapur lama-lama? Buang-buang waktu saja!" ketusnya kepada Azriya.Lauren meninggalkan dapur setelah mengatakan hal barusan. Azriya ingin kembali bertanya kepada Ghina, tetapi urung saat melihat maid senior itu sibuk mengantar makanan ke meja makan.•Setelah memastikan kedua anaknya berangkat, Azriya kembali masuk ke dalam guna mencari Ghina. Namun, entah ke mana perginya maid tersebut, bahkan ia sudah berkeliling mansion, tetapi sama sekali tidak menemukan kebe
Siang ini Austin dan Adolf baru saja pulang sekolah, dua bocah tampan itu langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Azriya langsung membuka tas bekal kedua anak sambungnya tersebut, saat mendapati kotak bekal milik Austin kosong, tak ayal wanita cantik itu merasa senang. Namun, berbeda dengan Adolf, bahkan kotak makannya seperti tidak tersentuh."Apa Adolf nggak suka makanannya, ya?" gumam Azriya."Adolf bukannya nggak suka sama makanannya, tapi dia nggak suka sama kamu!" Sentak Lauren, yang tak ayal membuat Azriya berjingkat kaget, "kamu harusnya sadar diri, dong! Semakin kamu mendekati, dia akan semakin menjauh! Semuanya akan sia-sia, Riya! Kamu nggak akan mendapat simpati dari Adolf!" ujarnya lagi dengan nada yang sangat ketus.Azriya malas menanggapi, ia masih fokus mencuci kotak bekal itu. Selanjutnya wanita cantik itu menuju kulkas, tangannya membuka gagang kulkas, dan mengeluarkan beberapa buah wortel dari sana."Kamu mau apa?""Mau bikin jus wortel, Mom, biar mata sehat d
[Orangnya berada di rumah ini, Nona!] tulis Ghina pada kertas tersebut."Siapa, sih, yang dia maksud?! Kenapa tidak menuliskan yang sebenarnya saja?!" gumamnya frustasi.Azriya melipat kertas tersebut, kemudian ia menyimpannya di dalam laci meja rias. Untuk sejenak, wanita cantik itu tampak berpikir.Apa jangan-jangan Ghina juga diancam seperti Hanna?Atau bisa saja Ghina dan Hanna termasuk antek dalang itu?Lalu, saat dirinya sudah memergoki dan hendak mempertanyakan, dua orang itu langsung dibuat tidak berkutik?Berbagai pertanyaan menari-nari di dalam benak Azriya. Semuanya seperti masuk akal, dalangnya melakukan ini karena sudah tahu pergerakan Azriya, dan tentu saja dia ingin tetap aman."Berarti aku harus lebih hati-hati! Lebih baik aku juga nggak usah terlalu dekat sama Ghina, takutnya dia malah bernasib seperti Hanna," gumamnya.***Suasana di mansion Erlando cukup lenggang setelah Austin dan Adolf berangkat sekolah. Gavriel juga sudah berangkat ke kantor bersama kedua putrany
Hujan deras dan guntur yang bersahut-sahutan semakin membuat suasana malam ini mencekam. Beberapa kali bocah berumur enam tahun itu nampak gelisah lantaran tidak bisa tidur, sehingga ia memutuskan untuk menghubungi Daddy dan sang Aunty untuk menemaninya tidur malam ini.Tidak seberapa lama kemudian, Azriya sudah tiba dengan langkah tergopoh-gopoh. Ia langsung memeluk Austin yang ketakutan. Setelahnya, pintu kembali terbuka, dan ternyata Gavriel yang masuk."Loh, kamu ngapain?" tanya Azriya dengan raut terkejut lantaran Gavriel yang tiba-tiba masuk ke kamar Austin.Pasalnya saat ini wanita cantik itu hanya mengenakan piyama berbahan tipis tanpa underware. Piyama tanpa lengan dan panjang satu jengkal dari pinggulnya itu jelas saja meg-ekspose tubuh seksinya."Austin tadi telepon kalau nggak bisa tidur, jadi aku ke sini, dong."Azriya semakin terbelalak."Lebih baik kamu kembali ke atas saja! Biar aku yang temani!" ketus Azriya."Aunty ... aku juga mau sama Daddy," ujarnya yang tak ayal
Makan malam kali ini terasa berbeda lantaran tidak ada Gavriel di tengah-tengah mereka. Pria tampan itu masih lembur dan entah akan pulang jam berapa."Sebaiknya malam ini kalian langsung tidur," ujar Lauren setelah menyelesaikan makannya.Austin dan Adolf tampak mengangguk, sedangkan Azriya hanya mampu menghela napas lirih. "Grandma juga akan langsung tidur. Kalian tidak lupa 'kan kalau besok kita akan ke mansion Aunty Silvana pagi-pagi sekali? Grandma nggak mau ada yang terlambat."Lauren kembali membuka suaranya."Iya, Grandma. Aku nanti akan langsung tidur, biar besok nggak ngantuk," sambar Austin."Aku juga akan langsung tidur, Grandma," timpal Adolf dengan suara yang terdengar dingin.Lauren mengangguk dan lantas bangkit dari duduknya, sebelum melangkahkan kaki, wanita paruh baya itu sempat menatap kepada Azriya yang masih duduk di kursi makan."Tidurlah lebih cepat malam ini, Riya," ujarnya dengan seringai senyuman penuh arti.Azriya hanya bisa diam tanpa menimpali apapun. Wan