Share

Part 5. Kembali Berhasil Membawanya

“Nggak usah banyak tanya. Kamu nggak akan pernah kuat, dengar apa pun itu tentang Tama. Aku tahu itu.” Ucapan ambigu darinya ini, telah berhasil membuat Humaira lemah.

Ia benar-benar menyangka, bahwa kalimat tersebut Fahran katakan, sebagai bentuk pembenaran dari suatu hal yang tadinya telah ia asumsikan, dan juga sempat ia tanyakan padanya.

Benar-benar merasa terpukul. Itulah kini yang tengah Humaira rasakan. Lantas sebab hal ini, dengan pasrah Humaira mengikuti ajakan langkahnya Fahran—hendak menuju ke mansion mewahnya, dan menetap di sana.

“Hamba-Mu nggak ngerti Ya Allah. Hamba-Mu nggak paham, kenapa ini semua bisa terjadi di dalam kehidupannya hamba? Apa ini adalah sebuah hukuman, dari sebuah dosa yang dulunya pernah hamba-Mu lakukan?” batin Humaira, menanggung sendu.

***

Tak butuh waktu lama, kini mereka pun telah sampai di depan mansion mewah miliknya Fahran.

Dalam senyuman, Fahran menoleh ke arah Humaira, yang kini telah berhasil kembali ia bawa. Meskipun ada kisaran sembilan puluh persen rasa bahagia di dalam hatinya, tapi tampaknya senyuman itu tampak perlahan memudar, tepat setelah dalam tiga puluh detik lamanya, ia menyaksikan raut wajahnya Humaira yang tampak murung.

“Aku tahu, kalau kamu nggak bahagia, tapi apa pun caranya, aku akan menghapus nama Tama di hati kamu, dan sebisa mungkin ... aku akan menggantikan posisinya Tama, meskipun nanti ... dengan sangat berat hati ... anaknya Tama akan hadir di tengah-tengah kita,” batin Fahran, masih melihat ke arah Humaira—sebelum ia memilih keluar.

Kini, tatapan Fahran terhadapnya telah dengan tak sengaja terbalaskan oleh Humaira. Humaira sama sekali tak tahu, kiranya apa yang tengah Fahran pikirkan. Namun meskipun begitu, ia masih yakin bahwa Allah pasti akan selalu melindunginya.

Setelah ia melihat matanya Humaira yang telah dengan tak sengaja itu melihat ke arahnya, lantas pada saat inilah, Fahran pun memutuskan untuk keluar dari mobilnya.

Lalu setelahnya, Fahran pun lekas membukakan pintu mobilnya itu untuk Humaira, dan turut mengulurkan tangannya, sebagai bentuk bantuan untuk Humaira yang tengah hamil besar.

Humaira melihat uluran tangan itu darinya. Namun yang pasti, ia yang telah semakin membenci Fahran pun, tampak dengan sengaja tak menggubris pergerakan itu darinya. Humaira terhenyak sejenak, menatap tajam ke arahnya, lalu dengan berani menepis tangannya Fahran, tanpa adanya basa-basi.

Fahran yang telah menerima hal itu pun memilih mundur, membiarkan Humaira keluar sendiri, tak lagi menawarkan bantuan padanya.

Kini, Humaira pun telah melangkah keluar, dan di susul oleh Fahran. Entah apa yang akan Humaira dapatkan nantinya di dalam sana. Namun yang pasti, Fahran tak akan ingin berbuat kasar, selagi Humaira bisa patuh padanya.

Tentunya butuh waktu, untuk bisa sampai di depan pintu mansion yang mewah itu—mengingat begitu luasnya halaman indah yang Fahran miliki, di dalam perkarangan mansion mewahnya.

Tepat setelah mereka berada di depan pintu mansion mewah tersebut, tampaklah dua penjaga pintu mansion yang telah siap siaga memberi hormat pada keduanya.

Mereka memang belum menikah, dan bahkan status Humaira pun masih resmi menjadi istrinya seorang Tama. Namun meskipun begitu, segala skema rencana memang telah disiapkan detail oleh Fahran.

Pertama, Fahran akan menahan Humaira di dalam mansionnya, dengan segala kemewahan yang ada.

Kedua, dalam waktu dekat, bagaimanapun kondisi terkininya Tama yang sekarang masih belum sadarkan diri, apa pun keadaannya nanti, Fahran akan dengan segera mengurus perceraiannya Humaira dengan Tama, atas persetujan paksa yang pastinya akan ia dapatkan dari Humaira.

Ia sangat teramat yakin, jika persetujuan paksa itu pasti akan terlaksana, setelah berbagai layangan ancaman yang akan ia katakan pada Humaira nantinya, berdasarkan banyaknya skema lainnya yang telah ia rangkum mengenai hidup dan matinya seorang Tama Dirgantara.

Ketiga, Fahran akan tetap setia menanti hingga Humaira akan melahirkan—menyiapkan segala kebutuhan Humaira dan calon bayinya—seolah-olah ia adalah ayah dari anaknya Humaira. Dalam hal ini, ia bukan ingin mengaku, bahwa ia adalah ayah kandung dari anaknya Humaira, karena yang sebenarnya memang bukan dialah ayahnya. Lalu apa? Apa alasannya?

Ini mengenai reputasinya, dan juga mengenai sebuah anggapan yang pastinya akan dipercaya oleh keluarganya Tama.

Mungkin, para penggemarnya Fahran tidak akan pernah percaya dengan apa yang telah diyakini oleh keluarganya Tama—mengenai anggapan yang tak benar, tentang siapa ayah kandung dari calon anaknya Humaira, dan juga mengenai isu hubungan perselingkuhan di luar batas itu, sehingga membuat Humaira hamil anaknya Fahran—melainkan mereka percaya, bahwa suami Humaira-lah yang telah dengan sengaja menelantarkan Humaira, dan dengan alasan kemanusiaan, Fahran menerima Humaira yang tengah mengandung anaknya Tama.

Ya, dua asumsi inilah yang tengah Fahran rancang sebaik mungkin—menjadikan hal ini layaknya suatu berita skandal, yang masing-masing penikmatnya tak akan pernah tahu, apa yang sebenarnya telah terjadi, antara ia dan Humaira.

Kembali pada Humaira, Fahran dan yang lainnya. Kini, sapaan hormat pun tak hanya dilakukan oleh kedua penjaga pintu dari mansion mewah itu, melainkan turut diikuti dengan jalur panjangnya para pekerja dan juga para asisten rumah tangga yang ada di sana, yang telah dengan sengaja Fahran perintahkan, untuk menyambut kedatangannya Humaira, di saat tadinya mereka masih dalam perjalanan.

Mungkin bagi banyak orang, ini adalah suatu penyambutan penghormatan, di mana sebanyak kurang lebih seratus pekerja, beserta asisten rumah tangga yang ada di dalam sana, turut menunduk hormat, menyambutnya dalam senyuman, atas perintah tegas dari seorang Fahran—sang pemilik mansion mewah itu.

Jika itu adalah anggapan dari kebannyakan orang, tapi tentunya tidak bagi Humaira—mengingat begitu banyak luka batin yang telah Fahran lakukan terhadapnya—sama sekali tak membiarkan perempuan cantik ini bisa bahagia bersama pilihan hatinya—Tama Dirgantara.

Tak hanya luka batin, bahkan dalam beberapa waktu, Fahran pun tak segan-segan brutal melukainya secara fisik.

Bagi Humaira, mengenalnya dan pernah menjalin hubungan dengannya, adalah suatu kesalahan yang teramat besar. Hal ini layaknya sebuah bencana, yang telah ia rangkai sendiri. Humaira benar-benar menyesali ini semua.

Setelah Humaira melewati sambutan itu dari mereka, betapa perih rasanya, di saat ia kembali mengenang suaminya.

“Kak Tama, maafkan aku. Ini sama sekali bukan pilihannya aku. Aku akan tetap mencintai Kak Tama, dan apa pun caranya ... aku akan terus melindungi calon anak kita. Aku sangat berharap ... kita akan kembali bersama,” batin Humaira—tertunduk.

Melihat Humaira yang tak lagi melanjutkan langkahnya, Fahran pun lekas mengkode dua asisten rumah tangga, yang biasanya ia perintahkan dalam mengurus Humaira pada sebelumnya, untuk segera membawa Humaira naik ke atas—kembali menempati sebuah kamar serba ada, yang memang telah Fahran khususkan untuk sang tawanan cintanya itu.

Setelah menerima kode itu dari sang prince charming—Fahran Mahendra, tentunya dengan sigap, Bi Hanum dan Bi Rahma lekas menghampiri Humaira, dan turut menuntun ibu hamil itu menuju ke atas sana.

Humaira kembali melangkah setelahnya. Langkah Humaira benar-benar terlihat lemah, menunjukkan bahwa ini semua hanya sebatas suatu paksaan.

Melihat hal itu, Fahran pun tampak kembali goncang. Ia masih bingung, harus dengan cara apa lagi, supaya Humaira bisa betah—menikmati setiap kejutan istimewa yang telah ia persiapkan—layaknya sambutan itu tadinya, yang sejatinya hanya Fahran hadiahkan untuk Humaira seorang.

“Tenanglah, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar! Buang dulu pikiran buruk itu, mengenai ketidaknyamanannya Humaira. Yakinlah, suatu saat nanti ... Humaira pasti akan mencintaiku tanpa merasa terpaksa mengenai apa pun, tanpa merasa tertekan akan hal apa pun, termasuk tentang ancaman-ancaman yang sempat aku katakan padanya, mengenai Tama,” batin Fahran, berupaya untuk kembali tetap optimis.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vivo
Next Kk. suka sm ceritanya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status