Share

Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir
Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir
Author: Bayang Cermin

BAB 1. Video Panas

Author: Bayang Cermin
last update Last Updated: 2025-10-01 12:14:11

"Kehamilanku ini pasti akan jadi kado terindah untuk Davin."

Irenne meletakkan test pack di kotak merah yang telah ia hias dengan pita. Irenne dan Davin telah menikah selama tiga tahun. Namun, belum dikaruniai buah hati.

Karena itulah, ibu mertua memanggilnya dengan sebutan Wanita Mandul.

Tapi sekarang, bayi di dalam kandungannya berusia tujuh Minggu. Itu artinya, sebentar lagi ia dan Davin akan menjadi orang tua seutuhnya.

Irenne mengatur wadah lilin-lilin kecil berbentuk bunga di atas meja makan. Vas bunga mawar merah di tengah-tengah meja berhasil menciptakan suasana makan malam romantis.

Pelayan berdiri di belakang Irenne. "Nyonya, Anda sangat cantik. Tuan pasti akan senang dengan kejutan Anda."

Irenne tersenyum sumringah. “Terima kasih Bi.”

Irenne memakai gaun merah anggur edisi terbatas dengan polesan make up natural. Rambutnya dibiarkan menjuntai seperti yang selama ini disukai Davin.

Irenne sudah tidak sabar menunggu kepulangan suaminya dari dinas di luar kota.

Malam ini, ulang tahun pernikahan mereka yang ke-3. Ia pribadi menyiapkan makan malam romantis untuk Davin.

Semuanya tampak sempurna, begitulah yang Irenne pikirkan.

"Seharusnya Davin sudah sampai," ujar Irenne, menatap jam dinding.

Pelayan mencoba menenangkan hati Irenne. "Di luar masih hujan. Mungkin Tuan terjebak hujan."

Irenne mengangguk. Hatinya berdebar. Bukan karena gugup, melainkan bahagia.

Karena terlalu mencemaskan suami, Irenne mencoba menghubungi suaminya.

Mendengar nada sambung, Irenne berharap Davin mengangkat teleponnya.

"Kamu ke mana, Davin?"

Irenne tidak kehabisan akal. Ia langsung mengetik pesan untuk Davin.

Irenne: Kamu pulang terlambat, ya? Di sini masih hujan.

Dua menit berlalu. Davin tidak kunjung membaca pesannya. Ia mencoba mengirim pesan lagi.

Irenne: Hari ini ulang tahun pernikahan kita yang ke-3. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kamu.

Irenne: Aku juga sudah menyiapkan kejutan.

Sudah beberapa menit berlalu. Davin tidak membacanya juga. Irenne3 mulai kehilangan harapan.

Tidak lama, ponsel Irenne bergetar. Ia menebak, itu pasti suaminya yang mengirim pesan untuk memberitahunya pulang terlambat.

Detik berikutnya, mata Irenne melebar. Muncul nomor tidak dikenal di kotak pesan.

Tangan Irenne gemetar hebat. "Iーini ... apa?"

Tidak lama, Irenne menjatuhkan ponsel di kakinya.

Pelayan terkesiap. "Ada apa, Nyonya?"

Air mata membanjiri pipi Irenne. Rasa perih menusuk hatinya saat melihat foto dan video panas di sebuah kamar hotel.

Semua itu adalah bukti perselingkuhan Davin dan Aurel, adik tirinya.

Kegembiraan Irenne seketika sirna, tergantikan luka yang begitu dalam.

Pengkhianatan Davin menghancurkan tiga tahun pernikahan mereka. Kini, Irenne mengerti sikap dingin Davin selama ini.

Saat itu juga, dada Irenne terasa sesak dibarengi perutnya yang kram hebat.

Irenne memegangi perutnya. "Astaga!"

Detik itu juga, tubuhnya jatuh terkulai di lantai.

Pelayan panik. Ia berlutut di samping Irenne. "Nyonya!"

Irenne meraih lengan pelayannya, "Cepat bawa aku ke rumah sakit!"

Rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi, diperparah bayangan perselingkuhan Davin.

Pelayan membantu Irenne berdiri. Namun, pandangannya terpaku pada cairan merah yang keluar dari selangkangan Irenne.

"Cepat! Rumah sakit!" Suara Irenne nyaris menjadi jeritan.

Irishーibu mertuanya, muncul dari dalam kamar. Wajahnya tertekuk karena keributan.

Melihat darah yang membasahi lantai, ia menyeringai sinis.

"Apa ini? Malam-malam ribut begini! Menjijikkan! Cepat bawa dia pergi. Aku gak mau rumahku kotor karena darahnya!"

Irish menunjuk Irenne dengan tatapan jijik.

Pelayan segera membantu Irenne keluar, menuju mobil.

Di dalam mobil, Irenne meringkuk kesakitan. Air mata tak henti mengalir bercampur emosi. Kekhawatiran kehilangan buah hatinya terus membayanginya.

Tak selang lama, mereka sampai di rumah sakit Elit, tempatnya memeriksakan kehamilannya.

Saat turun dari mobil, pelayan memanggil suster untuk membantu Irenne. Ia dibawa menggunakan brankar menuju IGD.

Dokter datang untuk memeriksanya. Wajah dokter mendadak terlihat kaku

"Ada apa, Dok? Bagaimana kandungan saya," tanya Irenne, menahan sakit.

Dokter menggeleng pelan. "Maaf, Anda keguguran. Anda harus menjalani kuret untuk membersihkan rahim. Karena janinnya tidak mau keluar."

Sontak, penjelasan dokter membuat hati Irenne hancur berkeping-keping. Lagi dan lagi, ia mendapatkan hantaman yang bertubi-tubi.

Irenne histeris. "Tidak! Aku tidak boleh kehilangan bayi ini, Dokter!"

Bagaimana mungkin Irenne menerima kenyataan ini?

Kehamilan yang dinanti-nantikan lenyap begitu saja, bahkan sebelum ia merasakan detak jantung bayinya.

Dokter mengusap tangannya, mencoba menenangkan Irenne. "Tenang, Nyonya. Anda masih muda dan masih bisa hamil lagi. Tapi, Anda harus tenang dan menghindari stres berlebihan. Itulah yang memicu keguguran."

Pelayan segera keluar untuk menelepon Irish. Alih-alih khawatir dan prihatin, Irish justru menyalahkan Irenne dan enggan menjenguknya di rumah sakit.

"Itu kesalahannya sendiri, dia yang harus menanggungnya. Buat apa saya harus jenguk-jenguk. Bilang dengan dia jangan manja!"

Lalu, pelayan menghubungi Davin berkali-kali. Namun, panggilan teleponnya diabaikan.

Prosedur kuretase yang sangat menyakitkan harus dijalani Irenne seorang diri. Ketidakhadiran suami di sisi Irenne menambah perih luka batinnya.

Setelah prosedur selesai, dokter menyarankan Irenne untuk menjalani perawatan inap di rumah sakit. Pelayan menemaninya semalaman.

Irenne adalah anak tunggal keluarga Kenneth yang terkaya di kota Rantona. Ia baru saja kehilangan janinnya dan berakhir di ranjang rumah sakit. Bahkan, suami dan ibu mertua tidak memedulikannya.

Setelah dinyatakan pulih, Irenne diperbolehkan pulang. Tepat pukul 10:00 pagi, ia pulang ditemani pelayannya. Davin bahkan tidak menjemputnya, meskipun ia sudah berada di rumah.

Irenne menggenggam tangannya erat-erat, menahan sesak di dada. Ia tak sabar meminta penjelasan kepada Davin.

Sesampainya di depan rumah. Sopir membukakan pintu untuknya. Irenne yang masih merasakan sakit, memegang erat perutnya.

Air mata mengancam untuk tumpah. Ia menarik napas panjang, bersiap melangkah masuk. Namun, ponselnya bergetar. Nomor asing itu kembali mengirimkan foto dan video panas mereka.

Awalnya, Irenne ingin berbicara baik-baik dengan Davin. Tapi kali ini, keputusannya sudah bulat.

Dengan langkah gontai, Irenne masuk ke rumah. Davin terlihat santai di ruang keluarga, asyik bermain ponsel.

Irenne menghampirinya, suaranya lantang dan tegas, "Aku mau cerai."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lisna Yati
aku baru baca bab 1.jd masih blm mengerti jln cerita nya.tp aku suka membaca karangan BAYANG CERMIN Krn cerita nya bagus2 & seru.semangat BAYANG CERMIN & maju trs.sukses ya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 63. Di Kamar Arley.

    "Kalian gak perlu khawatir, saya sebagai ibunya, wajib memberi perhatian pada anak saya sendiri," ucap Laura sambil menatap Mark dan Irenne dengan nada yang sukar ditebak, antara teguran, kecemasan, dan kepemilikan yang kuat.Suasana meja makan langsung terasa mencekam. Saly berhenti mengunyah, sementara Siren Kai hanya mengangkat alis, menatap Laura dari ujung meja.Beberapa saat kemudian, Bibi kembali ke ruang makan dengan langkah ragu, kepala tertunduk dalam-dalam."Kamar sudah siap ditempati, Nyonya," lapornya pelan."Hmmm, terima kasih, Bi," jawab Laura singkat. Tanpa menunggu reaksi siapa pun, dia langsung melangkah menuju kamar Arley. Tidak ada permisi, tidak ada sopan santun, seolah rumah itu miliknya sendiri.Pintu kamar mengayun tertutup, meninggalkan keheningan yang menegangkan.Siren Kai menatap punggung Laura yang menghilang di balik pintu kamar, tatapannya dingin menusuk. Rahangnya mengeras.Mark dan Irenne saling pandang, masing-masing menyimpan keresahan yang tak merek

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 62. Ancaman untuk Irenne

    Pagi itu, di ruang makan rumah keluarga Mark. Aroma jarumnya roti panggang dengan isi daging asap memenuhi udara. Mark, Irenne, Saly, dan Nenek Sirren Kai sedang duduk sarapan dalam keheningan yang tegang setelah beberapa hari penuh masalah. Arley masih beristirahat di kamarnya—dokter menyarankan agar ia tidak banyak bergerak pascakejadian di proyek kemarin, dan harus banyak beristirahat, karena retaknya lengan kiri. Tok! Tok! Tok! Bibi yang sedang membereskan gelas menoleh cepat dan berjalan ke arah pintu depan. Begitu pintu dibuka, wajahnya langsung berubah kaku. "Nyonya Laura?" bisiknya pelan. Tanpa menunggu dipersilakan, Laura melangkah masuk, sepatunya masih menginjak karpet bersih. Sorot matanya tajam, napasnya terengah sedikit, tanda ia datang dengan emosi penuh. Terlebih saat menatap Irenne. Laura langsung menuju meja makan. Semua orang menoleh, suasana langsung mencekam. Laura: (dengan suara tinggi) "Mana Arley? Aku mau dia ikut aku sekarang juga." Irenne menelan luda

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 61. Mencari Bukti

    "Mark, aku memang salah. Aku minta maaf," ucap Irenne suatu hari. Mark enggan untuk menoleh. "Nggak ada yang perlu dimaafkan. Lupakan." Sejak hari itu, setiap Mark melihat Irenne, sorot matanya penuh dingin dan penolakan. Saat Irenne mencoba menjelaskan, Mark memalingkan wajah. Saat Irenne mendekat, Mark melangkah pergi. Saat Irenne berkata jujur, Mark menyebutnya, "Hmm, masih berani membela diri setelah kecerobohanmu, yang hampir membunuh Arley." Perlahan, jarak di antara mereka menjadi jurang yang sulit dijembatani. Belum lagi setiap malam sebelum tidur, bisikan Saly Vista terus menggaung di kepala Mark. "Wanita itu memang sengaja kok, ingin menyingkirkan Arley …" "Mama yakin, dia mengejar kekayaan keluarga kita …" "Kamu harusnya lebih berhati-hati dengan perempuan seperti dia Mark. Ingat, dia itu darah pembunuh …" Mark menutup mata, mengabaikan rasa bersalah yang berusaha muncul. Karena ia mulai percaya bahwa Irenne bukan lagi orang yang ia pikir selama ini. Pagi

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 60. Kesalah Pahaman

    Arley masih terbaring tak sadarkan diri ketika para pekerja proyek bergegas mengangkat tubuhnya yang tertimpa balok. Mark yang tiba tak lama kemudian langsung memerintahkan,"Hei! Kalian tunggu apa lagi?! Kenapa cuma diam! Cepat! Bawa dia ke rumah sakit sekarang!" seru Mark dengan berang.Suasana kacau. Debu masih beterbangan, para pekerja panik, sementara Irenne berdiri di tengah kerumunan dengan wajah pucat dan tubuh bergetar dan perasaan bersalah.Di Rumah SakitArley akhirnya dinyatakan selamat. Dokter keluar dari ruang UGD dengan wajah tenang menemui Mark."Syukurlah, tidak ada luka internal serius. Hanya retak pada lengan kiri dan beberapa memar," jelas dokter.Mark mengangguk, lega. "Terima kasih Dok. Kalau begitu saya urus administrasi dulu, permisi."Mark melangkah ke loket bagian administrasi. Di sana Irenne sedang duduk melamun bercampur shok. Namun ketika Mark menatap Irenne, sorot matanya berubah—bukan marah, tetapi kecewa yang begitu dalam atas kecerobohan Irenne.Irenne

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 59. Pemeriksaan TKP

    "Arley!!!! Bangun sayang, bangun Nak!" Saat itu juga air Irenne tidak dapat menahan air matanya untuk meleleh. Arley berusaha melindungi Irenne tanpa memikirkan dirinya sendiri, sehingga kayu balok besar menimpanya. Sehingga yang terdengar berikutnya hanyalah suara Arley meringis pelan di bawah tumpukan debu dan kayu. "Arley!! Arley bangun, Nak! Tolong!! Tolooong!" Irenne berteriak histeris, berusaha mengangkat kayu berat itu dengan tangan gemetar. Beberapa pekerja datang membantu, dan mereka akhirnya menemukan Arley dalam keadaan tak sadarkan diri. Sus Ina terpekik dan langsung menangis. "Tuan kecil! Oh Tuhan…" Irenne menahan tangis, wajahnya pucat pasi. "Cepat! Panggil ambulans!" Beberapa jam kemudian di rumah sakit, Arley terbaring di ruang perawatan dengan perban di lengan kirinya. Dokter menjelaskan kalau ia mengalami retak tulang, tapi nyawanya masih sempat tertolong dan selamat. Irenne menunduk di sisi ranjang, menggenggam tangan anaknya dengan mata sembab. "Maafin Mama,

  • Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir   BAB 58. Kerja Sama Aurel dan Melvin

    Siang itu, langit tampak mendung seolah ikut menyimpan beban perasaan yang menggelayuti hati Aurel. Di kontrakan kecil yang kini ia tinggali bersama Edgar dan Amy, suasana terasa sepi. Edgar duduk termenung di kursi tamu bersama Amy.Aurel menatap sekeliling rumah itu dengan rasa tidak percaya. Dulu, ia hidup di rumah megah Kenneth Residence—berlantai marmer, berlampu kristal, penuh kemewahan. Kini, semuanya hilang karena satu nama, Irenne."Irenne!!" pekik hatinya.Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Perempuan itu sudah menghancurkan segalanya ..."Sambil berjalan ke kamarnya, Aurel mengambil ponselnya. Ia membuka daftar kontak dan menggulir ke bawah hingga menemukan nama Melvin. Bibirnya menyunggingkan senyum licik."Untung aku sempat menyimpan nomor Melvin. Dan untung juga aku tahu, dia benci Mark setengah mati karena urusan warisan neneknya," gumam Aurel pelan. "Mungkin ini waktunya kita kerja sama."Tanpa berpikir panjang, ia menekan tombol panggil. Suara di seberang terdengar s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status