Share

Bab 4 : Bertemu Dengan Randy

Kali ini Bintang sangat puas menikmati es krim sesuai dengan keinginannya, karena selama Kala tidak pernah memberikan es krim bentuk apapun pada Bintang.

“Kamu suka?”

Bintang mengangguk dengan pelan. Meskipun dia ingat akan larangan yang diberikan oleh papanya, tetapi tak bisa ditolak olehnya. Sudah sangat lama Bintang sangat menginginkan es krim dan ketika ada kesempatan dia tak ingin menyia-nyiakan.

“Ma, nanti jangan bilang sama papa kalau Bintang makan es krim ya,” ucap Bintang sambil terus menji.lati es krim yang di dipegangnya.

“Oke.”

Raya sama sekali tidak terpikir untuk bertanya alasan Bintang melarangnya bercerita pada Kala, karena matanya telah teralihkan pada sosok yang kini mendekat ke mejanya.

“Udah lama?” tanya Randy yang kemudian menarik kursi di depan Raya.

“Belum.”

Kedua alis Randy menaut saat menatap Bintang yang asyik menikmati es krimnya. “Dia siapa, Ra?” tanyanya.

“Dia anak aku.”

“Hah?! Enggak lucu!”

“Aku serius, Ran. Ini Bintang anaknya mas Kala yang berarti anak aku. Aku benar-benar sudah menikah dengannya. Lihat ini!” Raya memamerkan sebuah cinta yang telah melingkar di jari manisnya.

Randy tertawa sinis. Dia masih tetap tidak percaya dengan ucapan Raya jika dia telah menikah dengan kakak iparnya sendiri.

“Ray, apakah kamu meragukan cinta dan ketulusanku sehingga kamu menginginkan perpisahan? Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Bahkan aku sudah berjanji akan segera melamarmu setelah lulus nanti. Mengapa kamu tidak sabar, Ray? Aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya, karena aku sangat ingin membahagiakan wanita yang aku cintai.”

Raya tahu jika Randy sangat tulus mencintainya, tetapi semesta tak mengizinkan mereka untuk bersatu. Mata Raya pun mulai berkaca-kaca.

“Bintang Sayang, kenalin ini teman Mama,” ucap Raya untuk mengalihkan matanya yang sudah terasa panas.

Bintang langsung mendongak dan menatap Randy. Meskipun Randy menjalin hubungan dengan Raya, tetapi Raya belum pernah memperkenalkan Randy pada keluarganya, termasuk kepada keluarganya Kala.

“Halo Om, kenalin nama aku Bintang,” ucap Bintang sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Randy.

Tangan Randy pun tergerak untuk menyambut uluran tangan bocah polos itu. “Randy,” ucapnya tanpa berkedip.

“Temen Mama ganteng, ya?” celetuk Bintang.

“Mama?” cicit Randy. “Ray, ini seriusan?”

Raya mengulum senyum di bibir sambil mengangguk dengan pelan. “Iya.”

“Enggak! Ini pasti akal-akalan kamu aja kan, Ray? Pasti kamu bawa bocah ini agar aku percaya dengan alasanmu, kan?” Randy menggelengkan kepalanya.

“Om Randy kenapa?” tanya Bintang yang seolah mengerti akan masalah yang sedang dihadapi oleh Randy.

“Bintang, jawab dengan jujur pertanyaan Om!” Randy menjeda sambil menelan kasar salivanya. “Katakan kalau papa kamu enggak nikah sama dia!” tunjuk Randy kearah Raya.

“Papa Bintang memang menikah dengan Mama Raya. Sekarang Mama Raya adalah mamanya Bintang.”

Randy langsung mengacak kasar rambutnya. Sangat sulit untuk mempercayainya, tetapi Randy yakin jika ucapan anak kecil tidak akan pernah berbohong.

“Ran, aku benar-benar minta maaf karena tidak memberitahu sejak awal, karena semua ini terjadi begitu saja. Untuk kedepannya tolong jangan hubungi aku lagi. Aku yakin akan ada penggantiku yang jauh lebih baik.”

Randy masih membisu. Dadanya terasa sesak. Bagaimana bisa perjuangannya semalam tiga tahun terakhir ini berakhir begitu menyakitkan. Wanita yang sangat diperjuangkan tiba-tiba telah menikah dengan pria lain.

“Kamu terlalu jahat, Ray! Kamu telah menghancurkan cinta dan impianku. Kamu bilang akulah pelabuhan cinta terakhirmu. Tapi nyatanya ... kamu malah nikah sama duda anak satu. Apakah duda lebih menggoda?” Randy masih tidak terima dengan kenyataan yang ada.

"Ran, bukan seperti itu. Pernikahan ini terjadi begitu saja. Maafkan aku jika aku telah membuatmu kecewa,” ucap Raya dengan rasa bersalah. “Aku harap kamu bisa ngerti. Aku duluan ya.”

Raya pun segera bangkit dari tempat duduknya sambil menuntun Bintang untuk meninggalkan tempat duduk. Namun, sebelum Bintang meninggalkan Randy bocah itu berlari kecil menghampirinya.

“Jika Om Randy adalah temennya Mama, itu artinya Om Randy juga temennya Bintang. See you Om Randy.”

Tak ada respon apa-apa dari Randy karena separuh jiwanya sedang melayang. Matanya pun terlihat kosong saat melihat kepergian Raya dan juga Bintang.

“Ini tidak lucu, Ray! Bisa-bisanya kamu nikah sama duda anak satu. Jika anaknya udah sebesar itu, berarti bapaknya udah berumur. Astaga Raya … kamu nikah sama aki-aki,” gerutu Randy.

***

Sepanjang perjalanan tak ada sat kata yang terucap dari bibir Bintang. Bocah itu juga terlihat sangat lesu, padahal sebelumnya dia terlihat sangat ceria. Raya yang menyadari akan perubahan pada Bintang langsung bertanya pada anak sambungnya itu, “Bin, kamu kenapa kok diam aja? Capek ya? Maafin Mama ya, udah ngajak kamu main sebentar.”

Bintang hanya bisa menggeleng dengan pelan sambil memaksakan senyum di bibirnya, seolah sedang menahan rasa sakit.

“Ya udah kamu tidur aja. Nanti kalau udah sampai di rumah Mama bangunin.”

Lagi-lagi Bintang mengangguk dan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Raya. Dengan lembut tangan Raya mengusap rambut Bintang, berharap bocah itu tidur.

Tiga jam berlalu.

Raya merasa heran karena Bintang yang tak kunjung bangun, padahal sudah tiga jam berlalu sejak mereka pulang. Karena hari sudah sore, Raya berniat untuk membangunnya untuk mandi. Namun, betapa terkejutnya Raya saat menyentuh tubuh Bintang yang terasa panas. Bahkan kering jagung bercucuran di keningnya.

“Bintang, kamu kenapa, Sayang?” Raya terlihat begitu panik.

Karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Raya pun memutuskan untuk menghubungi Kala.

“Aduh Bintang … kenapa badan kamu jadi panas kayak gini. Padahal tadi kamu baik-baik aja. Mas Kala pasti akan sengat marah, karena aku enggak becus jagain Bintang.”

Sambil menunggu Kala pulang, Raya mencoba untuk mengompres dan memberikan obat penurun panas. Namun, sama sekali tak membuahkan hasil. Ingin sekali dia menghubungi ibunya, tetapi dia merasa takut, karena sudah jelas ibunya akan marah, mengingat Bintang adalah cucu kesayangan.

Samar-samar Raya mendengar suara mesin mobil yang baru saja berhenti. Sudah pasti itu adalah Kala, suaminya. Seketika tubuh Raya bergetar karena sudah ketakutan.

“Bintang kenapa, Ray?” tanya Kala yang berlari cepat keatas tempat tidur Bintang. “Astaga panas sekali. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit.”

Tak berpikir panjang, Kala segera mengangkat tubuh Bintang untuk segera dibawanya ke rumah sakit. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya.

Sepanjang perjalanan hati Kala tidak tenang. Begitu juga dengan hati Raya. Dia merasa sangat bersalah karena dianggap tidak bisa menjaga Bintang dengan baik.

“Mas Kala, maafkan aku yang tidak bisa menjaga Bintang dengan baik. Seharusnya tadi aku langsung membawa Bintang pulang. Semua ini salahku, Mas,” sesal Raya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status