Share

Bab 245

Author: Liazta
last update Last Updated: 2024-12-26 22:34:19

"Saya sudah katakan, kamu tidak perlu mengantarkan makan siang." Nathan berkata dengan wajah tanpa ekspresi. Sikap Yuna yang seperti ini membuat Nathan risih.

"Tapi aku nggak mau kalau kak Nathan jadi sakit gara-gara telat makan," kata Yuna dengan penuh perhatian.

Yuna memandang ke arah dokter berwajah manis itu. Namun melihat Rizky, raut wajah wanita itu langsung berubah. Tampak jelas bahwa ia tidak suka melihat kehadiran Rizky di sini.

"Eh ngapain kamu ke sini, gangguin orang aja." Yuna langsung berkata kasar terhadap sang dokter.

Melihat sikap Yuna seperti ini, jelas membuat Eliza tidak suka. Padahal Rizki tidak melakukan apapun, namun sikap wanita itu seakan ia sedang digoda oleh Rizky.

"Tidak ada larangan untuk aku datang ke sini." Rizki menjawab dengan wajah datar.

"Ini kantor, bukan rumah sakit. Lagian juga ngapain datang ke sini?" Yuna berkata sambil meletakkan satu tangannya di pinggang.

"Rizki teman aku dan aku yang memintanya untuk datang. Apa ada masalah Nona Yuna?" Nat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Romauli Sirait
woiii..muncul LG nih Yuna yg tak punya harga diri ewuuyii ......‍...️......
goodnovel comment avatar
Mahdalena
makin banyak aj, yg bermunculan
goodnovel comment avatar
hikmatul amaliyah
ceritanya bagus dan menarik semoga kedepannya cerita tambah seru lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 551

    Udara di penjara perempuan Jepang itu menusuk tulang. Bukan hanya dingin yang merayap dari lantai beton lembab, tapi juga dingin yang memancar dari tatapan para narapidana. Tatapan yang diam-diam menguliti keberanian Sherly sedikit demi sedikit. Matahari siang memang masih tinggi, tapi di dalam sini, cahaya hanya menjadi hiasan yang tak mampu mengusir kelam.Langkah Sherly terdengar ragu ketika melewati lorong sempit. Sudut-sudut penjara seperti memiliki mata sendiri, mengintainya dari kegelapan. Ia terbiasa hidup dalam kemewahan, diapit bodyguard, dilindungi oleh tembok kaca dan mobil mahal. Tapi di sini, kemewahan itu tak ada artinya. Yang ada hanyalah rasa takut yang menggerogoti napas.Rambutnya tiba-tiba ditarik keras ke belakang."Aah… sakit!" jerit Sherly, napasnya terputus."Hai… wanita binal," suara berat terdengar di belakangnya. Aroma rokok basi bercampur keringat menyusup ke hidungnya.Sherly berusaha menoleh, tapi cengkraman di rambutnya terlalu kuat. Wajahnya pucat, kaki

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 550

    Nathan baru saja memarkir mobil di garasi. Jam kerja yang panjang membuat pundaknya terasa berat, tapi semua lelah itu seperti menguap begitu ia membayangkan wajah dua putri kecilnya. Senyum tipis terbit di bibir seorang ayah yang rindu dengan anak-anaknya.Begitu pintu rumah dibuka, suara tawa kecil langsung menyergapnya. Nathan tidak ke kamar. Langkahnya justru lebar dan cepat menuju ruang keluarga.Pemandangan pertama yang ia lihat membuat hatinya luluh seketika. Di atas karpet empuk, dua bayi perempuannya sedang merangkak saling berhadapan, sama-sama menatap satu mainan berbentuk kelinci merah muda.“Daddy!” panggil Eliza yang duduk bersila di lantai. Ia tersenyum melihat suaminya datang. Tapi Nathan nyaris tak menjawab, matanya sudah terpaku pada dua gadis kecil itu.Kedua pipi tembam itu memerah, rambut halus menempel di dahi karena keringat. Violet menarik satu telinga kelinci, sementara Jasmin mencengkeram kaki kelinci sekuat tenaga.“Hei… hei… kalian lagi musyawarah atau ma

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 549

    Aruna diam, tapi matanya sempat menangkap senyum tipis di bibir Albert, senyum yang anehnya membuat dadanya terasa hangat.Lalu, dengan percaya diri, Albert melangkah masuk ke gedung sambil menyandangkan tas ransel laptop di punggungnya. Adegan itu sukses membuat beberapa pegawai tercengang. Sementara yang lain malah makin penasaran siapa wanita muda yang membonceng bos mereka pagi ini.Albert melangkah ringan menuju lift. Begitu pintu lift terbuka ia masuk ke dalam. Didalam lift hanya ia sendiri, karena ini memang lift khusus untuk pemilik perusahaan serta orang-orang penting. Albert menatap pantulan dirinya di cermin lift. Kemeja rapi, jas hitam, dan senyum yang masih mengembangkan di bibirnya. Gadis kecil, mana mungkin bisa menang melawan suhu," katanya dengan bahasa Indonesia yang belepotan.Di lantai teratas, sekretaris pribadinya sempat menatap heran.“Tuan Albert," sapa nya sambil melihat Albert yang sedang merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.Albert hanya melirik sek

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 548

    Pagi itu udara Jakarta masih terasa sejuk, sinar matahari belum terlalu terik. Dari balik pintu kamarnya, Albert sudah siap dengan kemeja rapi dan aroma parfum maskulin yang samar-samar menguar. Pria itu sudah memakai jas berwarna hitam pekat, dan sepatu pantofel. Ia memegang secangkir kopi panas, berjalan santai ke ruang tamu. Tepat saat itu, terdengar suara engsel pintu Aruna berderit pelan. Albert spontan menoleh, wajahnya seolah-olah baru saja terkejut menemukan sosok Aruna yang baru keluar. Padahal, diam-diam ia sudah menunggu sejak sepuluh menit lalu. “Pagi,” sapa Albert, menaikkan alis sambil mengangkat cangkirnya. “Kebetulan sekali, kita sarapan bareng.” Aruna melirik cangkirnya, lalu memicingkan mata. “Ini kopi, bukan sarapan.” Albert tersenyum santai dan menyeruputnya. Tapi seketika itu juga, pahit yang menusuk lidah membuatnya hampir batuk. Ia menahan diri, pura-pura menikmatinya sambil mengangguk penuh kenikmatan. “Perfect,” gumamnya, meski dalam hati ia sudah bersumpah

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 547

    Sudah delapan bulan Albert berada ke Indonesia, tapi hati Albert tetap saja terpaut pada satu nama, Aruna. Bukan sekadar terpaut, lebih tepatnya terjerat, terikat, dan tidak bisa lepas. Banyak yang heran ketika pria setajir Albert, pemilik kerajaan bisnis internasional, tiba-tiba memutuskan untuk mengurus langsung bisnis di Indonesia. Lebih banyak yang terheran, ketika tahu dia memilih tinggal di apartemen sederhana, bukannya penthouse mewah. “Pak… Anda serius mau tinggal di sini?” tanya agen properti waktu itu, nyaris berbisik, seakan takut Albert berubah pikiran. Albert hanya tersenyum tenang. “Tempatnya strategis.” Padahal “strategis” di sini artinya, pintu sebelahnya adalah unit milik Aruna. Setiap pagi, suara ketukan kaki Aruna di koridor jadi musik pengantar sarapan untuk Albert. Kadang dia pura-pura keluar pas Aruna mau berangkat, hanya untuk bilang, “Pagi, Aruna. Cantik sekali hari ini.” Kadang pura-pura kehabisan gula, padahal di dapurnya ada stok untuk satu tahun. A

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 546

    Sherly masih ribut di kursi interogasi, tangannya terus bergerak dan berusaha lepas dari borgol.“Aku nggak salah! Aku cuma… menghibur! Kalian ini nggak ngerti seni pesta!” bentaknya.Pintu ruang interogasi tiba-tiba terbuka. Dua pria muda masuk dengan aura yang langsung memenuhi ruangan.Michael, dengan setelan kemeja rapi dan tatapan tenang, berdiri di samping pintu.Samuel, dengan senyum tipis yang nyaris nakal, melangkah pelan sambil menyelipkan tangan ke saku celananya. Penampilannya sangat santai. Hanya memakai kaos berkerah berwarna merah dan celana jeans. Layaknya anak remaja pada umumnya. Sherly menatap mereka, bingung.“Eh… kalian siapa? Pengacara aku, ya? Atau…” ia menyipitkan mata. “Kalian bagian dari event ini juga? Wah, totalitas sekali!”Michael hanya menghela napas, lalu duduk di kursi depan Sherly.“Event? Sherly, ini bukan pesta. Ini kenyataan.” suaranya datar tapi penuh tekanan, seolah satu kalimat saja sudah cukup untuk meruntuhkan kebodohan seseorang.Samuel dud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status