Mereka yang ada di dalam ruangan hanya diam memperhatikan kelakuan pasangan suami istri tersebut. "Bagaimana bulan madu kalian?" Hermawan berkata ketika Eliza dan Nathan sudah duduk di sofa. "Asik sekali Pi, Liza bawa oleh-oleh yang banyak untuk Papi, mami, Kakak Kiara, bang Rizki dan juga Yura." Eliza berkata dengan senyum ceria. "Apa puas jalan-jalannya?" Mawar memandang Eliza dengan tersenyum. Ia ingin mendengar Eliza bercerita tentang bulan madunya. "Puas banget," kata Eliza. Makna puas yang dikatakan Eliza, bukan hanya jalan-jalan saja tapi juga di atas ranjang. Eliza bahkan merasakan tulangnya remuk karena ulah Nathan Ini merupakan pengalaman pertama Eliza ke luar negeri. Wajah saja jika Eliza begitu bersemangat ketika menceritakan pengalamannya ketika di Swiss dan Paris. Mulai dari awal hingga akhir, diceritakan secara detail. Nathan tersenyum melihat kehebohan istrinya ketika bercerita. Jika sedang bercerita seperti ini, Eliza tampak seperti anak kecil. Mawar tak henti
Eliza merasa jantungnya berdebar cepat ketika pesawat sudah mendarat di bandara Soekarno Hatta. Begitu pintu pesawat dibuka, Eliza dengan cepat melangkahkan kakinya keluar dari pesawat. Panas matahari langsung menyentuh kulitnya. "Jangan buru-buru nanti jatuh." Nahan berkata sambil memegang tangan istrinya."Hehe, Liza sudah nggak sabar ingin cepat pulang. Liza sudah rindu banget sama Noah." Eliza tersenyum nyengir."Kita langsung pulang." Nathan berkata sambil mengusap kepala istrinya. Tanpa ingin membuang waktu pria itu langsung meminta sopir mengantar mereka pulang. Nathan ingin segera bisa cepat sampai ke rumah dan bertemu dengan putranya. "Hubby, bagaimana kalau kita bertaruh?" Tanya Eliza.Senyum licik terlihat di wajah cantik wanita tersebut. Hanya saja Nathan yang tidak bisa melihat kelicikan istrinya."Bertarung apa?" Nathan bertanya dengan mengerutkan keningnya. "Nanti ketika kita sudah sampai di rumah, kira-kira Noah memilih memeluk hubby atau Liza?""Sudah pasti hubb
"Apa ngantuk?" Nathan mengusap kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. "Iya." Eliza tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. 2 hari di kota Paris, 3 hari di kota Bern. Mulai dari pagi hinggap malam, mereka akan berjalan-jalan ke tempat yang sangat indah dan menarik. Sekitar jam 9 atau 10 malam, mereka sudah berada di hotel. Jika sudah didalam kamar, Nathan tidak memberikan Eliza tidur dengan nyenyak. Jam 2 atau jam 3 pagi, Eliza baru bisa tertidur. Suaminya itu semakin mengganas sejak Eliza datang ke Swiss. "Ya sudah tidur." Nathan berkata dengan tersenyum. Ada rasa bersalah di hatinya ketika melihat Eliza yang kelelahan karena melayani nafsunya yang begitu besar. Namun entah mengapa Nathan tidak bisa menahan diri. Semakin lama ia semakin candu dengan tubuh istrinya. Apa lagi tubuh Eliza yang montok, berisi, membuat Nathan semakin bergairah. Jika sudah seperti ini, siapa yang salah?Sepertinya ini salah Eliza, mengapa menjadi wanita yang sangat sempurna hingga membuat Nathan
Eliza berdiri di atas ketinggian 300 meter. Dari sini ia bisa melihat keindahan kota Paris di malam hari. Senyum penuh bahagia, tidak pernah pudar dari bibir kecil, wanita cantik tersebut. Padahal dulu dia tidak berani bermimpi untuk bisa datang ke sini. Menurutnya tempat ini begitu jauh dan tidak mungkin bisa terjangkau. Namun ternyata jika tuhan berkehendak, semuanya bisa terjadi. Eliza bisa merasakan dinginnya malam, serta pelukan hangat dari pria yang sangat ia cintai. "Apa suka?" Nathan berbisik di daun telinga istrinya.Meskipun sadar pertanyaannya begitu sangat bodoh, namun entah mengapa pertanyaan itu justru keluar dari mulutnya. Nathan malu sendiri dengan dirinya yang terkesan konyol seperti ini. "Suka banget, Liza pengen ke sini lagi." Eliza berkata dengan tersenyum ceria. Berada di atas sini memberikan rasa nyaman dan rasa damai. "Ya boleh." Nathan dengan cepat menerima permintaan sang istri. "Tapi bawa Noah." Putra kecilnya harus ikut serta. Noah pasti sangat senang
Setelah selesai sarapan pagi, Nathan meminta izin kepada Albert. Dia ingin membawa istrinya jalan-jalan di Paris. Albert langsung memerintahkan supir keluarganya untuk membawa Eliza dan Nathan ke tempat yang mereka inginkan. Pria itu juga bahkan merekome beberapa tempat yang menurutnya sangat indah dan wajib dikunjungi. "Apa rencanamu untuk hari ini?" Nathan bertanya sebelum pergi bersama dengan Eliza.Nathan memandang Albert yang sudah berpakaian rapi."Aku akan ke makam istriku. Dia masih belum terbiasa disana sendiri." Albert berkata sambil tersenyum.Nathan hanya menganggukkan kepala ketika mendengar jawaban Albert. Eliza memandang Olivia yang sudah menyelesaikan sarapan paginya. Melihat raut wajah Olivia, Eliza merasa kasihan. "Olivia, apa ingin ikut jalan-jalan dengan ku?" Eliza menawarkan. Jika gadis kecil itu ikut jalan-jalan, mungkin saja rasa sedihnya sedikit berkurang."Aku akan ke makam mommy bersama dengan Daddy." Olivia langsung menolak ajakan Eliza. Baginya yang ter
Rizky selalu memantau kondisi adik ipar serta Ibu mertuanya. Berdasarkan informasi dari dokter Teddy, kondisi Bobby sudah mulai membaik. Pagi ini juga sudah dipindahkan ke ruang perawatan. "Apa mules perutnya?" Rizky bertanya sambil memandang istrinya yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Kiara menganggukkan kepalanya. "Sakitnya bentar-bentar terus hilang."Melihat Kiara yang kesakitan seperti ini, membuat ia merasa tidak tega. Namun apa yang bisa dilakukannya? Tentu saja hanya bisa mendampingi, serta berdoa. Persalinan lewat operasi Caesar bukanlah hal yang baik. Karena itu ia berharap istrinya bisa melahirkan secara normal.Operasi Caesar dianggap cara persalinan paling enak. Karena ibu tidak merasakan sakit kontraksi seperti persalinan normal. Namun proses Caesar tetap menyakitkan. Yang mana pasien harus cek darah. Setelah pengambilan darah, kemudian uji coba obat yang di suntikkan di lengan, dilanjut dengan pemasangan kateter. Setelah pasien berpuasa sekitar 4 jam, barul
"Menu yang disediakan di sini semuanya halal. Karena kami tidak mengkonsumsi babi dan juga anjing," kata Albert.Albert sudah sangat lama bersahabat dengan Hermawan. Karena itu dia tahu makanan apa yang boleh dikonsumsi oleh umat muslim. Sebelum Eliza dan Nathan bertanya, ia lebih dulu memberi tahu.Eliza memandang Albert dengan sedikit mengerutkan keningnya. "Di keluarga kami, semuanya alergi dengan daging tersebut. Karena itu kami hanya disarankan untuk mengkonsumsi daging sapi. Daging babi, daging anjing, sangat panas sehingga tidak cocok untuk tubuh kami." Olivia menjelaskan tanpa menunggu Albert memberi penjelasan.Eliza mengerti dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Silahkan nyonya Eliza dan Tuan Nathan." Albert mempersilahkan Eliza dan juga Nathan untuk makan. Eliza tersenyum dan mulai menyantap menu yang tersedia. Michael tidak banyak bicara. Pria berwajah tampan itu hanya fokus dengan makanan yang di santapannya. Meskipun tidak berselera, ia tetap makan dengan tenang.
Setelah kembali dari pemakaman, Eliza dan Nathan langsung masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan oleh kepala pelayan.Kehadiran mereka di sini disambut dengan sangat istimewa oleh Albert. Para pelayan memperlakukan mereka dengan sangat baik. Eliza memandang kamar berukuran besar yang disediakan untuk mereka. Kamar ini berada di lantai 2. Selain sangat besar, kamar juga memiliki desain yang sangat elegan."By, Liza mandi sebentar ya." Eliza berkata sambil membuka pakaiannya. Nathan memandang istrinya tanpa menjawab. Mengapa Eliza pamit mandi, kemudian membuka pakaian didepannya dengan gaya genit mengoda. Apakah ini artinya istrinya itu sedang memancing?Atau ingin mandi bersama?Eliza memandang Nathan dengan tersenyum dan kemudian melilitkan handuk di tubuhnya yang berisi dan indah. Tidak ada yang salah dengan sikap yang ditunjukkan oleh Eliza. Hanya saja pikiran suaminya yang selalu saja tidak benar. "Ayo kita mandi." Tanpa menunggu jawaban dari istrinya Nathan langsung meng
Albert masih duduk di samping makam istrinya. Meskipun semua orang sudah mulai pergi meninggalkan pemakaman namun tampaknya pria itu masih nyaman duduk di sana. Begitu juga dengan anak-anaknya yang masih betah berada di pemakaman ibu mereka. "Daddy, hari sudah gelap, apa kita pulang?" Putra Albert yang tertua mulai bertanya. Michael memandang Albert dengan mata sembabnya. Setelah kepergian Anna, bagaimana ia melewati hari-harinya tanpa sang ibu? Setelah ini siapa yang akan mendengarkan ia curhat. Lalu siapa yang akan memberikannya nasehat-nasehat yang membangkitkan semangatnya. Bisa dikatakan Michael sosok penyendiri. Hanya sang ibu yang sangat memahaminya. Baginya Anna merupakan ibu yang hebat, guru yang sangat jenius, sekaligus sahabat terbaiknya. Wanita itu yang selalu ada di dekatnya. Wanita itu juga yang selalu memberikannya berbagai macam motifasi serta bimbingan akademik. Tidak bisa dipungkiri bahwa Anna sangat jenius. "Jika Daddy masih ingin di sini, bagaimana jika kita