Share

Damon Diam-diam Suka

"Umm … a--aku akan memanggil Marc," gugup Disha, kemudian dia memutar tubuhnya membelakangi Damon dan berniat beranjak dari sana.

Namun tiba-tiba saja ….

Deg deg deg'

Disha berhenti melangkah, lengannya ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah Damon. Jantung Disha dalam sana sudah berdebar kencang dan raut mukanya sudah pucat pias. Dengan perlahan dan tubuh yang sudah panas dingin, Disha menoleh ke arah belakang. "A--ada apa, Tuan?" tanya Disha dengan suara bergetar dan pelan.

Damon menaikkan sebelah alis. "Kau tidak mempersilahkan kami masuk?" ucap Damon dengan nada datar.

Yah, bukan hanya dia yang datang kemari. Tetapi Ando juga ikut dengannya.

"Oh, ya Ampun." Disha langsung menepuk jidat. "Silahkan masuk Tuan," ucapnya kemudian, setelah menarik lengannya lebih dulu dari cekalan Damon. Hal tersebut membuat Damon lagi-lagi menaikkan sebelah alis dengan kepala miring sedikit, merasa aneh juga geli dengan tingkah Disha yang menurutnya sangat menggemaskan.

'Menarik.'

"Silahkan duduk, Tuan," tambah Disha lagi dengan kepala tertunduk.

Damon dan Ando kemudian duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan tersebut. Sedangkan Disha langsung menemui Marc.

"Sayang, sayang … Daddy kamu datang. Jemput kamu," ucap Disha setelah berada di dekat putranya.

Marc yang masih sedang menggembungkan pipi. "Aku tidak aku pulang, Mommy. Aku ingin di sini bersama dengan Mommy."

"Marc tidak boleh begitu." Disha berusaha membujuk putranya tersebut. "Daddy sudah capek-capek datang ke sini untuk menjemput Marc, masa Marc tidak menghargainya. Marc tidak kasihan dengan Daddy yah, habis kerja langsung ke sini demi menjemput Marc. Lagian kan Sabtu besok, Marc bisa datang lagi ke sini, Sayang."

"Baik, Mommy." Dengan lemah dan lesu Marc menganggukkan kepala. "Tapi setelah Marc selesai makan."

"Iya, Sayang." Disha tersenyum manis, memilih duduk di sebelah Marc. Dia mengulurkan tangan untuk mengusap pucuk kepala putranya, merasa senang dan juga legah karena Marc mendengarkannya.

Putranya ini memang anak yang berbakti dan baik. 'Sudah tampan, baik juga. Siapa lagi kalau bukan Marc Dala Lucas, putraku.' batinnya senyum-senyum manis sembari memperhatikan Marc yang sedang makan.

Tanpa dia sadari, seorang pria berdiri di ambang pembatas ruang–bersedekap angkuh dengan air muka sangat flat dan juga dingin. Garis bibirnya membentuk horizontal, tak ada senyuman di sana. Namun, matanya terpaku pada Disha, menatap intens pada perempuan  yang tengah tersenyum manis pada putranya tersebut.

'Cih, kurasa aku telah mengadopsi ibu dari anakku sendiri. Dia lebih manis dan menggemaskan darimu, Marc.' Damon menyeringai tipis kemudian beranjak dari sana.

Tadi dia hanya memastikan, ingin tahu putranya sedang apa dan dalam kondisi bagaimana.

***

"Tuan, tunggu sebentar." Disha sontak memegang pergelangan tangan Damon, tak sengaja dan tanpa dia sadari. Itu-- sangking gugup dan geroginya dia untuk menghentikan Damon. Ada yang ingin Disha katakan!

Damon berhenti melangkah, terdiam sejenak dengan menikmati aliran darahnya yang tiba-tiba terasa melaju dan juga merasakan setruman kecil ketika kulit tangan Disha menyentuh pergelangan  tangannya.

'Damn!'

Damon menoleh ke arah pergelangannya, menatap tangan kecil yang memegang pergelangan tangannya. Lalu dia menoleh pada Disha, tanpa melepas tangannya yang dipegang oleh Disha.

Sedangkan Disha, dia reflek membelalak saat sadar jika dia lancang menyentuh Damon. Buru-buru dia melepaskan tangannya dari Damon dan bahkan mundur beberapa langkah ketika dia merasa jaraknya dan Damon terlalu dekat.

"Ma--Maaf …." Disha menundukkan kepala. Namun detik berikutnya dia menaikkan pandangannya dan menatap Damon. "Aku hanya ingin mengatakan jika--jika banyak lebam di perut dan punggung Marc," cicitnya dengan suara yang melemah diakhir kalimatnya.

"Kau bilang apa?" Damon berucap dingin, mengerutkan kening dengan wajah yang tak bersahabat.

"Aku bilang tubuh Marc penuh dengan lebam!" pekik Dish–tanpa sengaja meninggikan suara. Membayangkan luka lebam itu, hati Disha terhenyak dan sakit.

Disha merasa kecewa dan sedih yah mendalam. Dia yakin rumah Damon besar dan ada banyak orang di sana. Tapi kenapa tak ada satupun yang sadar jika Marc penuh luka lebam?!

"Aku tidak tahu orang di rumah Tuan baik pada Marc atau tidak. Aku juga tidak tahu kenapa bisa Marc banyak luka lebam begitu sedangkan keluarga kalian tak ada yang tahu satupun. Kalian tidak peduli yah pada Marc?" cicit Disha dengan suara mengecil dan parau.

Damon diam, memperhatikan Disha dengan lamat. Tiba-tiba dia menarik pinggang Disha, lalu dengan secepat kilat dia menempelkan bibirnya di atas bibir Disha.

Sial! Dia sama sekali tak fokus pada perkataan Disha. Dia hanya fokus pada bibir pink Disha yang terlihat menggoda dan seperti memanggil namanya.

Damon menggerakkan bibirnya, mengecap rasa manis dari benda kenyal ranum tersebut dengan terburu-buru dan tak sabaran. Dia melumatnya habis, seolah ingin melahap bibir itu hingga tak tersisa sedikitpun.

Entah karena dia sudah lama tidak merasakan bibir ini, akan tetapi Damon rasa bibir Disha semakin manis dan nikmat. Ini lebih nikmat dibandingkan permen jelly kesukaan putra mereka.

"Pertemuan berikutnya, aku ini lebih dari ini, Wife," ucap Damon sembari mengusap lembut bibir Disha -- setelah lumatan panasnya pada bibir itu.

"Hah?" Disha melogo dan cengang tak paham.

Tanpa sadar Damon tersenyum tipis dengan ekspresi bingung Disha. Shit! Pipi perempuan ini memerah dan itu terlihat sangat cantik. Damon membelai pipi itu -- hanya sebenarnya karena setelahnya Damon beranjak dari sana tanpa mengatakan apa-apa pada Disha.

Damon tak ingin membuat putranya menunggu lama.

***

"Kenapa kau melarikan diri dari sini, Jagoan?" tanya Damon lembut dan hangat, sembari menggendong Marc dan mengelus pucuk kepalanya juga.

"Marc merindukan Mommy. Itu saja." Marc mengacungkan pundak.

Ceklek'

Sampainya dalam kamar Damon, dia menurunkan putranya di atas kasur. "Malam ini kau tidur dengan Daddy," ucapnya berjalan ke meja rias -- membuka arloji mahalnya lalu meletakkannya di atas meja rias.

"Setiap kali Marc habis dari rumah Mommy, Daddy selalu meminta Marc tidur dengan Daddy. Ada Daddy? Marc heran," celutuk Marc sembari duduk di pinggir ranjang king size mewah milik Daddynya. Dia duduk dengan bertopang dagu sembari menyatukan kakinya -- memperhatikan Daddynya yang saat ini sedang melepas tuxedo.

Damon menoleh ke arah Marc, tersenyum tipis dengan tatapan sayup dan intens. "Rahasia, Lion Cub." Setelah mengatakan itu, Damon menyeringai tipis.

Kemudian dia berjalan ke arah kamar mandi, berniat ingin menyegarkan tubuhnya. Namun tiba-tiba saja, Marc turun dari ranjang dan langsung berlari mengikuti Damon.

"Daddy, Marc ingin mandi. Marc suka shampo Daddy. Warna hitam …," ucap Marc antusias sembari buru-buru masuk dalam kamar mandi.

"Tidak." Tiba-tiba Damon menggendong tubuh Marc dan membawa putranya tersebut kembali ke ranjang. Dia mendudukkan Marc di sana. "Ini sudah terlalu malam untuk anak kecil mandi, Nak. Kau bisa sakit."

"Tunggu Daddy di sini. Okey?" ucap Damon setelah memperingati putranya. Kemudian dia kembali ke kamar mandi.

"Bukan karena sakit. Tapi karena Marc habis dari rumah Mommy," kesal Marc dengan pelan, kembali bersedekap sembari menatap pintu kamar mandi Daddynya dengan raut datar.

***

"Siapa yang melakukan ini, Marc?" tanya Damon pada putranya, menatap banyak bekas lebam di tubuh putranya dengan manik mata menggelap marah namun juga penuh ke khawatiran pada sang putra.

Marc menggelengkan kepala, bersedekap angkuh lalu berguling ke tempat biasa dia berbaring di kasur Daddynya.

"Katakan!" Damon mengatupkan rahang, menatap tajam ke arah putranya dengan air muka dingin dan mata yang menyorot marah.

"Ibu Ti …-"

Sebelum Marc mengatakan pelaku lebam ditubuhnya, wanita yang ia akan sebut tersebut lebih dulu muncul di kamar ini.

Ceklek'

Pintu terbuka dan memperlihatkan Kinja, memakai piyama seksi yang dibalut dengan selimut. Dia telah mempersiapkan ini untuk Damon, agar malam ini Damon menyentuhnya dan setelah pagi hubungan mereka lebih baik lagi.

"Aku ingin tidur di sini, Sayang." Kinja menutup pintu kemudian setelahnya berjalan ke arah Damon, tersenyum manis dengan tatapan sayup untuk menggoda suaminya tersebut.

Setelah kasus perselingkuhannya terungkap untuk yang kedua kalinya Damon sudah tidak satu kamar dengannya, mereka berpisah kamar -- bentuk hukuman Damon pada Kinja.

Damon sangat mencintainya karena itu meski sudah dua kali ketahuan berselingkuh, Damon masih tetap mempertahan rumah tangga mereka. Dan kenapa Kinja berselingkuh? Karena dia tidak bisa menahan godaan pria selingkuhannya yang merupakan mantannya ketika kuliah dulu. Damon terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Kinja haus kasih sayang dan belaian. Jadi dia tergoda oleh pria itu yang merupakan photograper-nya sendiri.

Untungnya Damon memaklumi perselingkuhan ini. Cih, Damon memang sudah bertekuk lutut padanya!

Setelah di depan Damon, perlahan Kinja berniat melepas kain penutup tubuhnya yang hanya berbalut piyama seksi-- mirip dengan lingeria.  Kinja sama sekali tak menyadari jika Marc ada di sana.

"Apa yang kau lakukan?! Marc ada di sini." Marc langsung menahan kain tersebut dan kembali membalutnya juga ke tubuh Kinja. "Jika kau ingin di sini, ganti pakaianmu dengan pakaian yang sopan. Jangan merusak otak anak kita," ucap Damon selanjutnya dengan nada dingin dan raut muka datar.

Kinja langsung menatap ke arah seorang anak kecil yang sedang berbaring santai di ranjang suaminya sembari bermain tablet. 'Anak sialan ini lagi! Semakin lama kau semakin menyusahkanku. Kau merebut Damon dariku! Sialan! Aku akan menyingkirkan-mu!'

"Damon, tapi aku sangat ingin …," ucap Kinja, merapatkan tubuhnya dengan Damon sembari membelai tubuh suaminya dengan jemari lentiknya. "Sudah lama kita tidak melakukannya juga, Damon Sayang. Aku sangat merindukan sentuhanmu."

"Kinja, Marc ada di sini. Tolong mengertilah." Damon mendorong tubuh Kinja dengan cukup kuat, menyingkirkan tubuh Kinja yang menempel padanya.

Sejujurnya Damon sudah tak pernah bergairah dengan Kinja. Dia berselingkuh dan itu sangat menjijikkan bagi Damon!

Ditambah lagi ada Disha yang … agkh!  Istri keduanya itu sangat spesial dan sangat menggemaskan. Ah, membayangkan Disha saja tanpa sadar membuat Damon menarik sudut bibirnya -- membentuk senyuman tipis yang membuatnya semakin tampan.

"Ini pasti bukan karena Marc. Ini karena wanita itu kan? Tadi kau ke sana, dan aku yakin kau dengannya telah melakukan hubungan suami istri. Karena itu kau tersenyum gila, Damon!" pekik Kinja tiba-tiba sudah menangis sembari memukul-mukul dada bidang Damon. 

"Shut up, Stupid!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status