Wajah Bella rasanya perih bekas tamparan Jessy barusan, belum selesai begitu saja ketika jari telunjuk perempuan itu menekan kening Bella.
"Kau pikir bisa menggoda Kenneth dengan penampilanmu seperti ini, aku sarankan padamu sebaiknya kau tahu batasan kalau dirimu di rumah ini hanyalah pelayan, ingat, PE-LA-YAN!" katanya penuh tekanan.
Bella diam, ia terlalu terkejut sampai tidak tahu harus mengatakan apa, Jessy mencibir penampilan Bella sebelum mendorong Bella dari jalannya untuk menghampiri Gio dengan senyum palsunya.
"Gio, jangan takut denganku. Aku datang untuk memberimu mainan, oh ya mainan apa yang kamu suka?" ucap Jessy.
Bella masih berdiri dari posisinya sekarang melihat ke arah Jessy yang berusaha membujuk Gio, sementara kini wajahnya masih perih, kebetulan di s
Bella mengusap punggung Kenneth dengan sabun, tubuhnya juga ikut basah tapi itu bukan masalah."Mengapa kamu sangat marah dengan perempuan tadi?" akhirnya Bella kembali bertanya meski tadi Kenneth sempat marah hanya karena Bella bertanya mengenai Jessy.Kenneth balik badan, tangan Bella pun masih bergerak memberikan sabun menyeluruh ke badan Kenneth, tatapan mereka saling bertemu."Dia perempuan yang kasar, dua tahun aku mengenalnya dan temperamen Jessy tidak pernah berubah," Kenneth menyentuh wajah Bella, "apa kau yakin dia tidak melukaimu, aku khawatir karena Jessy ringan tangan terhadap apa yang tidak dia sukai, karena itu aku sangat marah melihat dia datang ke rumah ini tanpa izinku." lanjutnya.Bella menggeleng meski sempat mendapat tamparan dari Jessy, "Lalu mengap
Sesuai kesepakatan, hari ini Bella dan Kenneth datang ke sekolah untuk mendaftarkan Gio, tapi Kenneth sangat selektif memilihkan sekolah terbaik untuk putranya sehingga jarak dari rumah bisa di tempuh hampir satu jam demi sekolah yang menurut Kenneth baik untuk putranya. Proses pendaftaran tidak bisa langsung membuat Gio bergabung dengan siswa lainnya. Perlu menunggu sampai penerimaan siswa di mulai bulan depan mengikuti aturan di sekolah tersebut. Kenneth setuju, bulan depan terhitung kurang dari dua minggu jadi bukan masalah baginya. "Dad, jadi kapan aku akan sekolah?" tanya Gio di kursi belakang. Bella menoleh, "Dua minggu lagi, sayang. Sekolah belum bisa menerima siswa saat ini, jadi tidak masalah menunggu dua minggu lagi kan?" ucap Bella. Gio mengangguk,setelahnya tidak ada pertanyaan dari Gio karena bocah itu sibuk menyelesaikan masalah rubik yang tidak kunjung selesai sampai akhirnya dia ketiduran. Bella pun menatap Kenneth, "Kamu tidak bekerja?" tanyanya. "Aku meminta
"Kau wanita tidak tahu malu, berani menggoda atasan mu di tempat kerja." suara Kenneth meninggi tak peduli posisi Jessy jatuh di depannya, wanita ini mahir bersandiwara dan Kenneth juga sudah tau seperti apa sosok Jessy setelah dua tahun wanita itu menekan kontrak di perusahaannya. "Aku tidak akan menyerah sampai mendapatkanmu." balas Jessy. Wanita ini sudah sangat gila, Kenneth membuka pintu kemudian menyuruh Carlo menarik paksa Jessy pergi, "Bawa dia keluar." "Baik, Tuan." jawab Carlo sambil menarik lengan Jessy. "Tunggu saja jadwal mainnya, Kenneth." Jessy mengedipkan sebelah matanya tanpa bersalah meski bukan sekali atau dua kali ia diusir oleh Kenneth. Kenneth hanya bisa menghembuskan nafas sambil melonggarkan dasinya, pintu kembali ditutup serapat mungkin agar Jessy tidak lagi menerobos masuk tanpa permisi, proses syuting tinggal beberapa hari lagi dan tak mungkin dalam waktu yang sangat mepet seperti ini Kenneth men
Makanan telah habis di santap Kenneth dan Gio, melihat dua orang itu menyukai masakannya tentu saja Bella senang. "Aku sangat kenyang." ucap Gio sambil bersandar di kursi dan mengusap perutnya. Bella tersenyum, tangannya mengemasi kotak bekal untuk ia bawa pulang, "Kamu pasti sibuk, aku dan Gio akan pulang kalau begitu." "Aku ingin dengan daddy." sahut Gio. Bella menoleh, ia siap bicara untuk mengajak Gio pulang bersama tapi Kenneth lebih dulu berucap. "Aku tidak sibuk hari ini, jadi kamu bisa pulang sementara Gio akan bersamaku, tiga jam lagi aku sudah selesai dengan pekerjaanku." "Bagaimana kalau Gio mengganggu?" Kenneth menggeleng, "Gio anak yang pintar jadi tidak akan menggangguku, benar begitu, Son?" Gio mengangguk sambil mengacungkan jempolnya, Kenneth pun mengacak gemas rambut putranya, "Anak pintar." "Kalau begitu aku akan meninggalkan Gio denganmu." "Terima kasih untuk makanan yang kamu bawa." ucap Kenneth, Bella mengangguk lalu keluar dengan membawa kotak bekal makan
Kenneth menghabiskan kesenangan bersama Bella, saling memberikan kepuasan tanpa ada penolakan. Setiap sentuhan yang Kenneth berikan bagi Bella seperti sebuah pujian.Pria empat tahun yang ia kenal kini berstatus sebagai suaminya, pria dingin dan arrogan dengan dalih tak ingin menikah hanya untuk terikat dengan satu wanita, tapi kini Bella justru menjadi istri Kenneth.Gerakan yang Kenneth berikan tak bisa membuat Bella menahan suaranya, nafasnya tersengal setiap guncangan di terima tubuhnya. Milik Kenneth membuatnya semakin basah sampai akhirnya kepuasan tiba secara bersamaan.Erangan terdengar dari bibir Kenneth dan lagi-lagi Bella merasakan sesuatu memenuhinya di bawah sana. Saat Kenneth melepaskan sesuatu dari dalam diri Bella, saat itu juga Bella merasa kehilangan sesuatu."Kau membuatku merasa nikmat." Kecupan Kenneth berikan di bibir Bella sekilas, tatapannya turun ke bawah tapi Bella langsung merapatkan kakinya."Jangan menatapnya,
Kenneth menghabiskan beberapa jam untuk memikirkan ucapakan Bella.Cinta, Kenneth tidak pernah berpikir untuk jatuh cinta pada siapapun. Tapi kalimat Bella membuatnya kembali berpikir dua kali.Mau mengelak seperti apa, Kenneth sudah menjadi seorang suami dan dia sendiri lah yang mengajak Bella untuk menikah, jadi wajar kalau memang Bella mengharapkan cinta dari pria yang sudah menikahinya.Kenneth mematikan treadmill dan mengakhiri olahraga, keringat membanjiri baju seperti orang kehujanan. Tanpa mengganti pakaian, Kenneth pulang. Di rumah, Kenneth melihat Bella di dapur dengan Gio, itu bukan pemandangan langka karena Bella memang sering berkreasi membuat makanan bersama Gio."Apa yang salah denganku sebenarnya?" batin Kenneth sembari memalingkan wajah saat matanya berpandangan dengan Bella. Kakinya menuju kamar, bergegas membersihkan diri kemudian sebuah panggilan masuk di ponselnya."Sir, laporan bulanan sudah saya kirim lewat email. Ada beberapa proposal dari beberapa perusahaan i
Bella baru saja merapikan kamar Gio dengan alas tempat tidur yang bersih saat tak sengaja tatapan matanya melihat bundaran di dalam kalender milik Gio. Bella pun melihat tanggal berapa sekarang sampai Bella ingat kalau hari ini adalah ulang tahun Kenneth.Selama empat tahun bekerja di rumah ini, Bella tidak pernah sekalipun melihat Kenneth merayakan ulang tahun, keluarga Kenneth juga hanya satu yaitu nenek dari mendiang ayahnya."Mom, aku tidak punya uang untuk membeli hadiah untuk Daddy."Bella berbalik, saat itu Gio memegang piggy bank yang hanya berisi lima dolar karena memang jarang di isi. Bella teringat black card pemberian Kenneth, sepertinya kini Bella perlu menggunakan isinya."Ayo, kita beli hadiah untuk ayahmu." ucap Bella.Gio mengangguk antusias, kini mereka ada di pusat perbelanjaan, Bella mengikuti Gio untuk membebaskan apa yang akan putranya pilih sebagai hadiah ulang tahun Kenneth, setelah berputar beberapa kali di pusat
Malam berlangsung sangat singkat, Kenneth menghabiskan perayaan kecil ulang tahun bersama Bella dan Gio, sederhana tapi bisa di bilang ini ulang tahun pertama Kenneth yang terasa ada maknanya.Ia punya anak, punya seorang istri yang menyambutnya pulang setelah lelah bekerja seharian."Terima kasih untuk kejutan dari kalian." Ucap Kenneth."Dad, aku sempat kelaparan karena menunggu Daddy pulang." Kata Gio mengadu.Kenneth terkekeh, "Tadi ada kendala di perjalanan, Daddy minta maaf karena membuat putra kesayanganku ini kelaparan.""Sekarang aku mengantuk." Ucap Gio.Kenneth melihat Bella sedang membersihkan wadah sisa makannya barusan. Kenneth pun menatap Gio."Bersihkan wajah, gigi dan tidur dengan baik. Besok Daddy akan mengantarmu ke sekolah untuk pelajaran tahun ini, mengerti?""Yey! Aku akan sekolah!" Gio melompat dari kursi meja makan menuju kamarnya, untuk melakukan apa yang Kenneth katakan.Bella mengeringkan tangan, "Apa yang membuat Gio sangat bersemangat?""Besok waktunya Gio