Pendar matanya menirus, masih tersemat dengan baik bahwa luka pengkhianatan Devianza masih cukup menyesakkan, ada rasa yang mengguncang jiwanya, terlukai, terhina juga rasa kecewa yang tentunya sulit Davian abaikan.
Rahangnya mengeras, di samping itu ada rubrik bawah mata, ia memerah—pecah seperti cahaya yang lolos dari persembunyiannya, beranjak dari sofa, pria itu menghadap ke jendela besar di ruang tamu rumah itu.Detik-detik selanjutnya, dua kepalan tangan Davian tampak tajam. "Gak perlu. Acara tetap berlanjut, gak masalah siapa pasangannya, yang jelas aku yang akan menjadi prianya."Pria bertubuh atletis yang sering dikatakan big boy itu membenamkan satu tangan ke dalam saku celana, dia mengambil ponsel, lantas dia menghubungi Petra—sang sekretaris kepercayaan.Drrrt ....Beberapa detik atmosfer di sekitar sana menghening, Tyana dan Josef pun macam patung, mereka berdiam di atas sofa sambil menonton punggung putranya di depan jendelaSejujurnya gadis ini sepanjang usai kejadian tadi siang, tidak pernah tenang, ci*man yang dilakukan Davian terus terngiang-ngiang di ingatannya.Bagai arus yang berulang menurut siklusnya, gadis ini terdiam bingung mendapatkan pertanyaan semacam itu, ingin bicara, tetapi tidak mungkin.Dalam bisu, Vemilla tersipu, hawa panas mulai menguap di tubuhnya. "Eum ..., i-itu ...," seru ragu-ragu Vemilla.Satu suapan terakhir tiramisu cake mendarat sempurna, dan meleleh di mulut, aroma kopi yang lembut melebur bersama rasa manis yang tak begitu kuat, ringan, pas untuk komposisinya.Sendok bekasnya diturunkan ke atas piring putih, dijegal oleh senyum, manis. "Tadi siang, mantan kekasihnya datang, sempat ada pertengkaran hebat antara Kak Davian dengan mantannya."Pelan-pelan Vemilla mulai menjelaskan apa yang terjadi tadi, meski tetap menahan diri dan menyembunyikan hal yang menurutnya tidak perlu diketahui oleh siapapun, termasuk sahabatnya.
Tidak menarik?Tidak begitu manis?Dalam kata lain, jika Davian sedang mengatakan jika Devianza tak berhasil membangunkan ga irah yang mengungkung lelaki itu, dalam diam Devianza menggeram sambil meremas angin.Kepal tangannya membulat, tajam, lantas dia mendengkus saat rahangnya tampak mengeras. "Davian ...." Wanita itu menggeram sampai debur napas terdengar memburu."Gak usah berpura-pura, ka-mu ..., hanya ..." gertak Devianza dengan gigi-giginya yang bersinggungan."Hanya gak tertarik," potongnya mengakibatkan Devianza semakin terguncang. "Harusnya kamu sadar, kenapa aku gak pernah menyentuhmu, terlebih saat aku tahu, kalau tubuhmu sudah disentuh laki-laki lain, cih," dengkus Davian mendelik—memalingkan wajah ke arah lain.Seraya menegakkan postur tubuh, lelaki itu tersenyum smirk. "Aku gak akan sudi menyenyuh wanita yang sudah berg*mul dengan laki-laki lain, men-ji-ji-kan!" tekannya.Demi apapun. Hati Devianza tersayat, rasa perihnya benar-benar menusuk jantung, sesak dan pedih te
Sialnya, Vemilla sempat setuju dengan pendapat itu, dalam beberapa hal respon yang Davian berikan padanya, kemungkinan dalam penjagaan ketat itu bisa saja terjadi, kemudian dia menempatkan dirinya sebagai orang yang bukan bagian dalam hidup Davian.Gadis itu diam-diam tersenyum sambil menenteng piring dan gelas minumannya. "Bisa iya, bisa juga enggak," katanya.Theliza selesai mengambil hidangan malam pesta dan segelas minuman serupa dengan apa yang dipilih oleh Vemilla."Kenapa kamu berpikir begitu?" Theliza bertanya-tanya.Bukankah, Davian begitu memerhatikan istrinya, sudah tentu semua hal itu bukan hanya berdasarkan rasa tanggungjawab atas janji yang dia ucapkan pada mendiang Radzian.Dua gadis itu beranjak dari meja hidangan, berjalan je standing meja dan menyantap dessert itu di sana, satu suapan blackforest mendadat sempurna, lumer di lidah, rasa manis, sedikit pahit dan aksen rasa gurih menyatu dengan nikmat."Kak Davian
Tahun yang mengesankan dalam hidup Vemilla, gadis Ballerina itu mengernyitkan, kebingungan, alis kiri terangkat saat kepalanya miring sebagian kecil ke arah berlawanan.Selama beberapa detik, bola mata Vemilla sempat hanyut pada pikirannya, menduga-duga maksud dari sang suami. "Maksudnya ...? Kak Davian tahu sesuatu tentang tahun itu?" Polosnya gadis itu malah balik bertanya.Tidak mencurigai bahwa pria itu ada di depan matanya. Vemilla menambahkan apa yang belum tuntas dia ucapkan. "Apa Kak ian ngasih tahu semuanya?"Ya Tuhan ..., pantas aja kakaknya begitu protektif, ternyata gadis ini memang polos, dia terlalu positif memandang segala hal.Inilah kenapa dia bisa jatuh ke tangan Giovanni, hanya bermodalkan kasihan, padahal hatinya gak pernah untuknya.Aku penasaran, laki-laki seperti apa yang bisa membuatnya jatuh hati, jika hari itu terjadi, mungkin aku harus rela melepaskannya.Batin Davian terus bersua disisipi senyum kecil
Serpihan momen itu seperti puzzle yang mesti disusun menjadi permukaan yang utuh, Juan tidaklah bodoh, dia cukup cerdas untuk menyusun serpihan momen yang dia saksikan sendiri.Bergerak cepat dia dari jajaran sponsor besar acara kompetisi pertunjukan itu, berlari ke sudut ruangan bersama wanita mata-mata yang dia perintah."Jangan bilang, mantan kekasih Giovanni itu ...." Juan berusaha menekankan bahwa dugaannya salah.Namun, sayang sekali. Dugaannya kali ini seratus persen benar, wanita mata-mata itu menggelengkan kepala. "Istri Pak Davian Antareksa Villarius, mereka baru saja menikah."Si al!Juan membungkam, netranya terbelalak tak habis pikir, dia terhempas ke dinding. "Giovanni benar-benar menumbalkanku dalam masalah besar," keluh Juan tak segan-segan dia menjambak rambut dengan rahang mengeras."Kenapa saya gak tahu? Pernikahan mereka tersebar, atau enggak?" Termangu dia memikirkan ada berapa banyak masalah jika dia menyentuh istri dari Davian."Tersebar luas, berita ini sempat
Xavender si a lan! Bisa-bisanya aku gak sadar kalau Giovanni ini sangat licik, mereka menjebloskan orang lain yang mereka bayar, lalu mereka menciptakan kejahatan lain? Batin Davian menggerutu sampai kepalanya terasa panas seolah ada letupan api di atas kepala.Di sisi lain, Di antara deretan peserta yang berjajar rapi di sudut panggung, para Ballerina yang telah menampilkan kebolehan mereka beberapa saat tadi, tampak tegang, menantikan pengumuman yang menentukan siapa yang terbaik tahun ini.Vemilla berada di jajaran paling belakang, didampingi Theliza dan beberapa rekan lainnya, ketika nama 'Juan Xavender' dikumandangkan, gadis itu sempat menyipitkan matanya.Juan Xavender? Apa dia yang dikatakan sama Kak Davian, dia ..., pamannya Giovanni? Juan Carlos Xavender?Selama pacaran kayaknya aku terlalu acuh, jadi gak pernah tahu keluarganya siapa aja, ini masalah banget.Batin Vemilla mulai gelisah.Jiwanya terpental entah ke mana, dia merasa dirinya tengah terbang ke area yang tak terja