Share

Bab 7. Lamaran

Author: Seruling Emas
last update Last Updated: 2023-07-28 10:54:22

Nouval masih menunggu respon istrinya. Namun, Sassy tak menjawab apapun. “Apa kau masih mendengarkanku?”

Suara dengkuran halus, menjadi jawaban pertanyaan Nouval. Dia ikut memejamkan mata juga karena lelah. Besok masih ada waktu untuk bicara.

“Sassy, bisa kita bicara sebentar?” tanya Nouval pagi itu saat mereka sarapan.

“Kau tahu aku sedang dikejar deadline. Sementara client minta iklannya diperbarui. Banyak hal yang harus kukerjakan di kantor.”

“Tapi ini penting, Sas,” kata Nouval lagi.

Sassy mengangkat mukanya dari piring sarapan kosong. “Apa kau sakit keras?” tanyanya sambil mengangkat piring dan langsung mencucinya.

“Bukan ….”

“Kalau begitu, nanti saja kita bicara. Pagi ini aku buru-buru.” Sassy menyambar blazer yang disampirkan di sandaran sofa dan mengenakannya.

“Tap---”

“Aku harus pergi, Sayang. Atau aku harus begadang di kantor malam ini,” potong Sassy. Dikecupnya pipi Nouval sebelum keluar pintu depan menuju garasi.

Nouval terdiam di kursinya. Kemudian dikerjarnya Sassy saat mendengar suara mesin mobil menyala dan pintu pagar didorong terbuka. “Pulang jam berapa nanti malam?” Kejar Nouval ke teras.

“Belum tahu. Semoga tidak harus lembur!” Sassy masuk ke mobil, menyalakan musik dan mulai memundurkan mobilnya ke pagar.

“Sayang, aku cuma mau bilang, mama sudah menemukan calon istri untukku,” kata Nouval akhirnya.

“Apa tadi?” tanya Sassy setelah mobilnya berhasil keluar pagar. Dia siap untuk berangkat sekarang. Menunggu Nouval untuk mengulangi perkataannya. Tapi Nouval hanya menggeleng dan melambai, lalu berjalan ke rumah dengan lesu.

“Mari bicarakan hal itu hari Minggu lusa, bagaimana?” teriak Sassy dari mobilnya, sebeum Nouval benar-benar masuk ke rumah. Namun, suaminya itu sudah tak memberikan respon lagi.

“Apa yang tadi dikatakannya? Soal mama lagi?” Sassy berpikir sambil menyetir. “Apa papa sakit lagi?”

Seharian Sassy sibuk di kantor. Dia bahkan lupa untuk mengingatkan Nouval makan siang seperti biasa. Dia melupakan ponselnya seharian. Sore yang snagat melelahkan, saat dia punya sedikit waktu untuk istirahat sebelum kembali bekerja. Dia ingat belum mengatakan apapun pada suaminya hari itu, sejak sampai di kantor.

Sassy meraih ponsel yang ada di laci meja. Tercengang melihat sederet pesan dari Nouval. Dia ingin langsung mengirim pesan sebenarnya, tapi hati kecilnya penasaran apa hal penting yang ingin dibicarakan Nouval sejak tadi malam.

Dibukanya pesan pertama dan membaca. “Apa kau sudah sampai di kantor?”

Itu cuma pesan biasa yang bertanya apakah dia sudah sampai kantor atau belum, sebab hingga jam sepuluh dia tak sempat memberi kabar. Sassy tersenyum membacanya.

Kemudian pesan kedua yang mengingatkannya untuk makan siang. “Sudah jam satu. Jangan lupa makan, sesibuk apapun.”

Sassy masih membaca pesan ketiga yang juga adalah pesan biasa. Nouval mengatakan ada client baru sore itu. “Aku punya client baru. Apa kau tahu tentang artis terkenal ini?”

“Lalu apa yang penting tapi tak bisa dia katakan lewat chat?” batin Sassy.

Dia merasa was-was sekarang. Biasanya mereka suka membahas apapun lewat chat, jika memang sedang sangat sibuk. Itu adalah komitmen awal agar jangan sampai kesibukan membuat komunikasi tidak lancar. Komunikasi yang baik, akan menguatkan fondasi rumah tangga mereka. Itulah yang dipercaya Sassy.

“Sesuatu tentang mama?”

Sassy kembali berpikir. Hingga ketika rekan kerjanya memanggil untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, Sassy masih belum bisa menduga hal penting tentang mama mertuanya itu. Dibanding pekerjaan, masalah kedua mertuanya masihlah nomor ke sekian untuk dipikirkan. Sassy kembali tenggelam dalam pekerjaan hingga malam menguasai bumi.

Nouval memperhatikan ponselnya. Hingga jam pulang kerja, tak ada satu juga pesan dari Sassy. Dia menggeleng kesal. Dia tahu bahwa Sassy akan sibuk hari ini, seperti yang kemarin dan pagi tadi dia katakan. Hanya saja, masa tak bisa membalas pesannya satu pun?

Pesan Mama masuk setelah Nouval sampai di rumah. “Proses lamaran sudah berjalan dengan lancar. Pernikahan kalian minggu depan. Papa lelah karena perjalanan jauh. Jadi, mari kita bahas besok. Mama mau istirahat juga.”

Nouval terpana melihat gerak cepat kedua orang tuanya. “Minggu depan?” Bagaimana ada pernikahan ekspres semacam ini? Semula Nouval mengira dirinya akan diberi waktu untuk mengenal gadis itu dulu. Ternyata keinginan orang tuanya sudah tak terbendung. Akhirnya dia hanya bisa pasrah. Toh dia juga sudah menyetujui lamaran untuk gadis itu. Dia bahkan mentransfer mama sedikit uang untuk keperluan tersebut.

Malam itu Nouval berangkat tidur sendiri, setelah pesan singkat Sassy yang mengatakan akan lembur malam itu. Sambil memeluk guling, pikirannya melayang pada gadis manis bernama Seruni itu.

“Dia tidak menolak menjadi istri kedua?”

“Apakah dia tahu bagaimana resiko jadi istri kedua? Apa dia dipaksa mama dan orang tuanya?” Nouval tertidur dengan wajah Seruni mengisi ruang matanya.

Hari Minggu, biasanya Sassy akan berada di rumah. Tapi sejak semalam, tak ada kabar lagi dari istrinya. Nouval mengeluarkan mobil dan meluncur ke rumah kedua orang tuanya.

“Ah, baru saja mau Mama telepon,” ujar mamanya saat Nouval muncul di rumah pagi itu, sambil menenteng beberapa barang belanjaan.

“Pagi, Ma.” Nouval mencium tangan mamanya.

“Istrimu tidak ikut?” tanya mama lagi.

“Dia sedang lembur di kantor. Ada deadline,” jelas Nouval.

“Sudah sarapan?” tanya Mama.

Nouval menggeleng. “Belum.” Dia melangkah ke kamar, untuk menyapa papanya.

“Wah … wajah papa cerah sekali pagi ini,” sapa Nouval. Dia duduk di sebelah Papa yang dibawa Mama duduk depan jendela balkon kamar untuk berjemur.

“Gimana gak bahagia.” Mama muncul sambil membawa sepiring roti bakar dan juice.

“Sarapan dulu,” ujar Mama. Nouval mengambil sekerat roti hangat beroles selai dan memasukkan ke mulut.

“Memangnya apa yang bikin bahagia?” tanya Nouval penasaran.

“Lihat ini!”

Mama menunjukkan foto-foto di suatu tempat asing. Ada beberapa orang di sana. Wajah manis Seruni muncul di banyak foto.

“Apa ini di acara lamaran kemarin?” tanya Nouval.

“Ya.” Jawab Mama singkat, sebelum keluar kamar entah untuk apa.

“Can-tik!” ujar papa dengan sedikit sulit. Tangannya menunjuk foto.

Nouval cepat tanggap. Papa pasti bukan bermaksud mengatakan dia cantik. Itu pasti pujian untuk Seruni, calon istri keduanya.

“Menurut Papa, lebih cantik Seruni, atau Mama?” kelakar Nouval.

Papanya tertawa terkekeh. Tapi tangannya menunjuk ke dalam rumah. Seakan bilang bahwa Mama lebih cantik dari Seruni. Nouval masih ingin menggoda papanya. Dengan memasang tampang cemberut, Nouval berkata,

“Kalau dia tidak secantik Mama, kenapa dipilihkan untukku?”

Papa masih terlihat senang dan terkekeh geli saat Mama kembali. “Apa yang kalian bicarakan?”

“Kata Papa, Seruni lebih cantik dari Mama,” goda Nouval.

Mama melotot pada Papa, hingga Nouval mendapat pukulan di bahu dari tangan kaku sang ayah. Dia tertawa senang, melihat Papa berusaha menjelaskan yang sebenarnya pada Mama.

“Andaikan Sassy bersedia punya anak, mungkin rumah tangga kami akan bahagia seperti Mama dan Papa hingga tua,” batinnya. Dia kagum, melihat kedua orang tuanya yang saling mencintai hingga usia senja, meski keadaan sedang tidak baik.

Setelah senda gurau selesai, akhirnya Nouval kembali membahas perihal lamaran itu. “Kenapa hari pernikahannya sangat cepat?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Terima kasih sudah mampir.
goodnovel comment avatar
Langit Jingga1415
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 44. Hai, Seruni

    Seruni dan Nouval disibukkan dengan rencana ulang tahun putra pertama mereka. Sudah sejak seminggu yang lalu, istri kedua Nouval itu mengingatan suaminy tentang segala keperluan acara tersebut. Arimbi, mama mertuanya juga ikut mendukung. Mereka akan mengundang semua keluarga di kampung untuk merayakannya.Nouval hanya setuju saja dengan semua rencana yang dibeberkan istrinya. Pikirannya sangat fokus pada kasus yang sedang dia tangani. Itu bukan kasus biasa, karena menyangkut seorang pejabat negara.“Jadi, sehari sebelumnya Mas harus anterin untuk beli keperluan ulang tahun Baskoro, ya!” Sekali lagi Seruni mengingatkan sang suami.“Iya,” sahut Nouval tanpa engalihkan pandangan dari laptopnya. Dia sedang sibuk mengetik untuk keperluan sidang besok pagi.Seruni mengangguk puas. Selama ini, sang suami tidak pernah mengeewakannya. Maka dia tak mengganggu lagi. Wanita itu pergi untuk memeriksa bayinya yang hampir berusia setahun. Bayi montok dan menggemaskan yang sedang tidak mau diam. Memb

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 43. Tikus Pengerat

    Nouval yang sangat sibuk dengan kasus yang sedang dia tangani, tidak terlalu memperhatikan perubahan pada diri Sassy. Pria itu justru merasa bersyukur dan mengira bahwa istri pertamanya itu sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Seruni, hingga tidak terlalu sering lagi menimbulkan pertengkaran di antara mereka berdua. Rumah tangganya sedikit lebih tenang sekarang.Sementara itu, keadaan Sassy tidaklah sebaik yang dia tampilkan di depan semua orang. Rasa takut bahwa apa yang terjadi malam itu akan diketahui sang suami, membuat hatinya tidak tenang. Tanpa sadar, dia bahkan menolak ajakan Nouval dan selalu memberi alasan sangat lelah. Kemudian tidur membelakangi sang suami sambil menjerit dalam hati. Dia sangat menyadari bahwa yang terjadi itu adalah dosa. Namun, dia tak sanggup meminta ampunan dari suaminya. Karena dia harus menjelaskan hal itu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendetail. Sassy sungguh tak dapat membayangkan apa tindakan Nouval jika mengetahui hal itu.

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 42. Satu Kesalahan

    “Dear, penjelasanku mungkin tidak akan memuaskanmu. Namun, ini bukan salahku. Kau bisa periksa tubuhmu, apakah ada tanda-tanda kekerasan yang kulakukan untuk menguatkan tuduhanmu itu,” ujar Jordhy lembut.Sassy memeriksa seluruh tubuhnya. Tak ada bekas dan tanda pemaksaan memang. Tubuhnya baik-baik saja. Dia menggeleng bingung dan keraguan menghampiri.“Entah apakah itu pengaruh kau mabuk atau apa. Tapi aku tak kuasa melawan kehendakmu. Aku hanya melakukan tugas dan memenuhi keinginanmu semata.Tapi jangan khawatir, aku akan tutup mulut dan tidak akan menuntut untuk pemaksaanmu tadi malam.”“Apa?” Sassy tak dapat mempercayai pendengarannya. “Aku yang memaksanya?”Matanya memandang bayangan tubuhnya di cermin. Ada banyak tanda kecupan di area-area sensitif yang memang sangat disukainya. Matanya tak mungkin berbohong tentang tanda itu. Dia bahkan jadi bisa membayangkan sepanas apa kejadian tadi malam.“Ini gila!”Dengan tergesa, wanita itu mengenakan seluruh pakaiannya hingga semua tanda

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 41. Obsesi Tuan Bennet

    “Oh, maafkan saya. Saya belum terlalu memahami etika di negara Anda. Maksud saya adalah, ingin menunjukkkan penghormatan pada Anda,” ujar pria itu. Tubuhnya kembali berdiri tegak dan tangan Sassy telah dilepaskannya. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang sangat dalam.Melihat hal itu, Sassy tak memperpajang lagi. Dia berusaha memaklumi bahwa kultur di negara tiap orang memang sangat beragam. Tak heran jika pria itu belum memahami aturan di Indonesia.“Tak masalah. Sampai jumpa lagi, Tuan Bennet!” Sassy melambai dan mulai melajukan mobilnya meninggal pria itu dan tempat parkir hotel. Musik lembut dan manis menemaninya di perjalanan macet menuju kantor.Di tempat parkir, sebuah seringai puas terlihat di wajah Jordhy Bennet. Hidungnya menghidu aroma manis dari tangan yang tadi digunakan untuk memegang jemari Sassy. Dia dapat menemukan aroma lembut yang tertinggal di sana. Wajahnya tampak sangat puas.“Masih panjang perjalanan

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 40. My Sweet Heart

    Mata Jorghy Bennet terbuka dengan cepat saat ponselnya memberi tanda bahwa ada pesan penting masuk. Dilihatnya jam berbentuk kotak di atas nakas dan segera bangkit saat melihat angka 5 berwarna merah terang di keremangan ruangan. Tangannya menjangkau ponsel dan membuka pesan masuk.“Jika ingin informasi itu, kirim sisanya sekarang. Lewat 15 menit tanpa bayaran, data akan kuhapus. Berbahaya bagiku menyimpan data pihak lain secara illegal terlalu lama!”Jorghy Bennet mencibir saat membaca pesan tersebut. Dia tahu betul kalau pria itu menyimpan banyak data rahasia orang-orang penting dunia! Tangan Jorghy menekan tombol panggilan cepat agar tersambung dengan pria itu.“Aku belum melihat perubahan pada akunku, Tuan Bennet!” kata orang di seberang, begitu panggilan mereka tersambung.“Aku hanya ingin memastikan bahwa kau masih ada di sana dan tidak menipuku! Kau pasti sangat tahu segila apa aku pada para pengkhianat!” Jorghy balik mengeluarkan kata ancaman.Waktumu tinggal sepuluh menit, Tu

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 39. Jorghy Bennet

    “Kau sudah pulang? Jam berapa ini?” Nouval terbangun dari tidurnya di sofa ruang tamu, saat istrinya Sassy membuka pintu rumah.Wanita cantik itu terkejut mendapat teguran begitu masuk rumah. Dilihatnya wajah sang suami yang masih sedikit linglung dan mata berkedip-kedip bingung. Kemudian, ketenangan kembali menguasainya. Sassy melanjutkan langkah ke dalam rumah sambil berkata datar.“Aku ada makan malam dengan klien baru. Sekarang sudah lewat tengah malam!”Wanita itu masih ingin melanjutkan ucapan sinis dan dinginnya, saat melihat bungkusan hadiah cantik di atas meja ruang makan. Mulutnya kembali mengatup dan mengabaikan hadiah itu, lalu naik ke lantai dua. Dia sudah letih dan sangat mengantuk.Nouval menyusul istrinya dan sedikit kecewa karena hadiahnya tidak digubris oleh Sassy. Dengan cepat dia menyambar hadiah itu dan mengejar Sassy ke kamar. “Aku tidak mendengar suara mobilmu masuk garasi!” cecarnya segera.“Kutinggalkan di hotel tempat kami mengadakan makan malam, karena sudah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status