Share

bab 3

Anindea Humaira Putri Rayindra, biasa di panggil Dea. Gadis cantik berhati tangguh dan sangat pandai menyembunyikan masalah yang di hadapinya.

Dia sangat menjunjung tinggi sebuah komitmen yang telah di buat. Pantang baginya untuk mengumbar sebuah masalah yang sedang bergulir dalam kehidupannya.

Tak lama lagi dia akan resmi menjadi alumni di SMA Negri Nusa Bangsa di kota Lolo, sekolah terfavorit di kota metropolitan itu.

Bapak Rayindra Pramuja, biasa di panggil pak indra adalah ayah dari Anindea, beliau sudah meninggal semenjak Anindea berumur enam bulan dalam kandungan sang ibu.

beliau meninggal karna sebuah kecelakaan tunggal.

Menurut informasi yang di dengar oleh Dea, kecelakaan yang menewaskan ayah nya itu di karenakan oleh mobil yang di kendarai ayah Dea mengalami Rem blong. Sehingga ayah Dea lepas kendali dan kehilangan nyawa nya langsung di tempat kejadian.

Ibu Dea bernama Gusma Dewi Puspita. Seorang istri yang setia terhadap sang suami, cinta nya tak pernah pupus walau jarak mereka telah di pisahkan jauh oleh takdir.

Semenjak ayah Dea meninggal ibu Dewi tidak pernah menikah lagi sampai sekarang.

Semua harta yang di punya oleh sang suami, lenyap entah kemana. Seakan ikut pergi bersama pak Indra meninggalkan bu Dewi.

Tak terkecuali, rumah mereka juga di datangi oleh sekelompok orang berbadan kekar yang mengatakan bahwa rumah itu sudah di gadai sebelum pak indra meninggal, bu Dewi harus meninggalkan rumah yang penuh kenang-kenangan bersama suaminya itu.

Untuk menyambung kehidupan nya setelah di tinggalkan oleh sang suami tercinta untuk selama-lama nya, ibu Dewi bekerja menjadi Asisten Rumah tangga hingga saat ini.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Hari ini adalah hari kelulusan Dea dari sekolahnya SMA Negri Nusa Bangsa.

Dea lukus dengan nilai yang bagus dan membanggakan.

Setelah pengumuman kelulusan selesai, Dea serta kedua sahabatnya Eli dan Rina pergi ke kantin untuk mengganjal perut mereka yang sudah berdemo minta di isi.

Setelah sampai di kantin, mereka duduk sambil bercanda ria dan tertawa, selayaknya anak-anak sekolah lainnya.

"De, habis ini lo mau lanjutin kuliah dimana?" tanya Rina pada Dea dengan semangat.

Dea hanya tarik nafas, dan menekuk wajahnya. Jauh dilubuk hati Dea yang paling dalam sebenarnya dia ingin melanjutkan pendidikan ini kejenjang selanjutnya, tapi apalah daya dia tidak punya biaya untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas.

" boro boro ada uang untuk biaya kuliah, untuk makan gue dan ibu aja cukup alhamdulillah banget buat gue," batin Dea

Wajah Dea langsung lesu dan tidak bersemangat lagi seperti pas mereka pertama masuk kantin tadi, ada raut wajah sedih di sana.

Namun, Dea berusaha menyembunyikan dari Rina dan Eli.

Ingin rasanya Dea menangis mendapatkan pertanyaan seperti itu, tapi dia mencoba menahan air mata nya yang hampir tumpah membasahi pipi nya.

Dea tidak ingin terlihat lemah di hadapan kedua sahabat nya, dia harus tegar dan semangat di hadapan sahabat sahabatnya.

walaupun Dea menyembunyikan perasaan yang sebenarnya tapi sahabatnya itu bisa menangkap apa yang di rasakan Dea.

" Lo kenapa De?" tanya Rina.

" Apakah pertanyaan gue menyinggung perasaan Lo?" lanjut Rina.

" Gak apa apa Na, Lo jangan cemas gitu donk, pertanyaan lo gak menyinggung gue kok," balas Dea.

" Emmm... Sebenarnya gue mau banget melanjutkan pendidikan ini Na.

Tapi apalah daya, gue gak punya biaya untuk ngelanjutin pendidikan gue ke Universitas," imbuhnya.

"Kenapa Lo gak coba cari kerja part time atau minta pekerjaan sama majikan nyokap lo gitu? supaya lo bisa membiayai biaya kuliah lo nanti!" tanya Rina lagi

"Kan gue udah kerja paruh waktu Na, tapi gw rasa untuk mencukupi biaya kuliah tidak lah cukup dengan gaji ku yang tidak seberapa itu ... kan biaya kuliah mahal. Tidak cuman itu, kuliah juga butuh perlengkapan. Naah.. Perlengkapan itu butuh money,-" jelas Dea panjang lebar sambil tersenyum getir.

"Jika moni moni nya tidak cukup setelah pembayaran uang kuliah terus gue beli perlengkapan itu pakai apa donk." Lanjut Dea.

" Iya juga ya," sahut Rina sambil mengetuk ngetukkan jari telunjuknya ke meja kantin tempat mereka berkumpul.

" Maka dari itu gue putuskan saja untuk tidak melanjutkan pendidikan gue Na" Tegas Dea.

"Lo sendiri mau lanjut kuliah dimana Na?" tanya Dea pada Rina.

"Kalau gue mau lanjut ke Universitas Andalas. Doain ya semoga gue lulus disana," Jawab Rina penuh harap

"Gue juga mau cari kerja part time untuk tambahan biaya kuliah gue, itung itung buat bantuin bokap dan nyokap gue," tambah Rina.

"Semoga apa yang lo inginkan terwujud ya!" jawab Dea.

"Kalau Lo mau lanjutin kemana Li?" tanya Dea

"Kayak nya gue cari kerja dulu deh, soalnya di masa pandemi seperti ini usaha bokap dan nyokap gue mengalami penurunan drastis.

Orang tua gue lagi kesulitan keuangan, jangankan untuk biaya kuliah gue, buat bayar kontrakkan aja susah." jawab Eli lesu

"Gw gk tega liat orang tua gue yang lagi kesusahan, apa lagi harus gue tambah lagi beban mereka jika gw kuliah, kan pengeluaran mereka tambah membengkak." Tutur Eli

Rina menghela nafas berat.

Dia merasa kasihan kepada kedua sahabat nya.

Tapi apa boleh buat, Rina tidak bisa berbuat lebih untuk sahabat nya.

" Sudahlah jangan sedih lagi, yang penting kita sudah berhasil lulus dari sekolah ini dengan nilai yang memuaskan" Hibur Rina kepada kedua sahabat baik nya.

" Takdir baik dan sebuah kesuksesan itu tidak ditentukan oleh tinggi pendidikannya saja. Jalan nasib dan takdir orang itu beda beda.

Manusia hanya bisa berencana tapi tuhan yang menentukan keberhasilan tiap umatnya!" Nasehat Rina penuh penekanan.

"Mana tau tuhan punya rencana buat kalian berdua. Kesuksesan dan keberhasilan telah menunggu kalian dengan cara lain yang telah tuhan siapkan. Tinggal kalian berdoa dan berusaha untuk mendapatkan takdir baik kalian" tambah Rina

" Aamiin..." Dea dan Eli menjawab serentak.

"Semoga keberuntungan dan nasib baik berpihak kepada kita." Harap Dea semangat.

" Semoga " jawab Rina

" Setelah kelulusan ini, ku harap kalian tetap mau jadi best friend aku. Tak pernah berubah walau jalan hidup masing-masing dari kita sudah berbeda." kata Dea yang di balas pelukan oleh kedua sahabatnya.

" Sekarang, besok dan nanti ... kita akan tetap jadi sahabat sejati. Aku janji takkan pernah berubah secuil pun pada kalian." ucap Rina tulus.

" Makasih ya, kalian slama ini slalu jadi sahabat terbaik ku. Kalian mau bersahabat dengan aku yang hanya sebagai anak pembantu miskin." Air mata Dea menggenang di pelupuk matanya.

" Bagi ku, Apa pun pekerjaan orang tua kita selagi itu halal tak jadi masalah apa pun untuk menjalin persahabatan." ucap Rina lagi membuat Dea semakin terharu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status