Share

Bab 6. Buktikan

Author: Dia Ning
last update Last Updated: 2025-05-14 13:59:04

Tindakan itu berhasil memancing kemarahan Damian.

"Heh... kau..."

Belum sempat Lily menyentuh kenop pintu, tangan kekar Damian telah lebih dulu meraih tengkuknya dari belakang dengan kasar. Cengkeramannya kuat dan mendominasi, membuat Lily tersentak dan mengerang pelan karena tekanan mendadak itu.

"Ke mana kau pikir kau akan pergi, hah?" suara Damian rendah dan dingin, nyaris seperti geraman binatang buas yang baru saja kehilangan kesabarannya.

Lily tak sempat menjawab. Dalam sekejap, Damian menarik tubuhnya ke belakang dan menyeretnya dengan langkah cepat, seperti membawa barang miliknya sendiri. Tidak ada kelembutan, hanya kemarahan dan hasrat yang meledak-ledak.

"Aku belum selesai denganmu," gumamnya penuh amarah sebelum ia menjatuhkan tubuh Lily ke atas ranjang dengan keras, membuat wanita itu memantul sedikit karena benturan.

Lily terengah, napasnya berat, rambutnya terurai berantakan menutupi sebagian wajah. Tapi ia tetap menatap Damian dengan sorot mata menantang, meskipun tubuhnya jelas tak bisa melawan kekuatan pria itu.

Damian berdiri di tepi ranjang, dadanya naik turun karena emosi yang menggebu. “Kau pikir kau bisa mempermainkanku lalu pergi begitu saja, hah? Aku bukan pria yang bisa kau tarik dan dorong sesukamu, Lilyana.”

Tangannya kembali bergerak cepat, mencengkeram pergelangan tangan Lily dan menahannya di atas kepala, tubuhnya kini menindih wanita itu sepenuhnya. Wajah mereka nyaris bersentuhan dan tatapan mereka terkunci dalam perang dingin yang membakar.

Lily masih tersenyum tipis, "Kalau begitu… buktikan kalau kau memang tidak bisa dipermainkan."

Damian menggeram pelan, "Jangan menantang iblis, Lilyana. Kau tidak akan sanggup menanggung akibatnya."

Dan tanpa memberi Lily kesempatan bicara lagi, bibirnya kembali menekan milik wanita itu dengan kasar, mendalam, dan penuh amarah yang tak bisa lagi dibendung.

"Hey, lepaskan aku, Damian!" Lily memberontak, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria itu. Suaranya terdengar tajam, namun napasnya tersengal karena posisi tubuhnya yang terjepit dan sulit bergerak.

"Lepaskan? Jangan lupa, kau sendiri yang menawarkan dirimu padaku. Dan ingat baik-baik, kau menjadi wanita simpananku karena pilihanmu sendiri. Sekarang, aku pastikan kau tak akan bisa melangkah keluar dari kamar ini," ucapnya tajam, suaranya dingin seperti es tapi menyala oleh bara amarah yang tertahan.

Cengkeramannya di pergelangan tangan Lily justru menguat. Ia menunduk, wajahnya semakin dekat, hingga bibir mereka hanya terpisah satu helaan napas.

"Tentu saja aku tak akan menyia-nyiakan wanita simpananku. Aku akan menidurimu, persis seperti yang pernah kau katakan sendiri. Dan percayalah, aku akan memanfaatkan setiap detiknya sebaik mungkin."

"Damian…."

Damian menunduk, menekan tubuhnya sepenuhnya di atas tubuh wanita itu. Dalam satu gerakan cepat, tangannya meraih ujung gaun wanita itu dan—srak!—suara robekan kain menggema di kamar mewah itu, membuat Lily menahan napas.

"Apa yang kau—Damian!" serunya, sedikit terkejut.

Namun pria itu tak mengindahkannya. Jemarinya yang panas menyusuri bahu terbuka Lily, lalu berhenti di leher jenjangnya. Ia menunduk, menyentuh bibir wanita itu dengan ibu jarinya, gerakannya perlahan namun penuh intensitas.

"Ini mulut kecilmu," bisiknya serak, "Terlalu sering berkata hal yang mengundang masalah, padahal kau sendiri takut jika aku memangsamu."

Lily membuka mulutnya, hendak melawan dengan kata-kata tajam seperti biasanya, namun suara itu tertahan ketika Damian menekan bibirnya sekali lagi

Lily kembali terkejut, tangannya mengepal di seprai, tapi ia tak memalingkan wajahnya. Bukan karena lemah tapi karena ada bagian dalam dirinya yang ingin tahu, seberapa jauh pria berbahaya ini akan melangkah.

Dan Damian tahu itu.

Tangannya menjelajah dengan dominasi yang tak bisa disangkal, setiap sentuhannya adalah peringatan bahwa ia tidak bermain-main. Ia memeluk tubuh Lily erat, membuktikan pada wanita itu, bahwa ia bukanlah pria seperti yang ada di dalam pikirannya.

"Lilyana Moretti," desisnya di telinga wanita itu, "Malam ini, kau milikku. Aku pastikan setelah ini kau tidak akan bisa keluar dari jeratanku."

Mata Lily perlahan terbuka, menatap pria yang kini menguasainya dari jarak begitu dekat. Detik itu juga, ia tahu: inilah titik balik dari rencana panjang yang telah ia siapkan sejak hari pertama Bianca memperkenalkan Damian padanya.

Udara di dalam kamar itu terasa berat, penuh napas dan desahan yang saling bertaut dalam irama yang tidak lagi bisa dibedakan antara hasrat dan permainan kuasa. Damian tak lagi sekadar menyentuh Lily—dia menuntut, mengambil, menguasai. Namun di balik cengkeraman dan ciuman panas itu, Lily justru tersenyum dalam diam.

Ia menang.

Setiap sentuhan Damian yang semakin liar, setiap panggilan bernada rendah yang memanggil namanya dengan suara parau, menjadi bukti bahwa pria itu—lelaki milik Bianca—kini sepenuhnya jatuh dalam jaring yang ia rajut dengan licin.

Lily tidak lagi hanya sekadar "buruan". Ia kini menjadi kecanduan bagi pria seberbahaya Damian.

Tubuh mereka bersatu dalam permainan yang semakin panas dan Lily membiarkan semuanya terjadi—karena inilah saat yang ia tunggu. Ia bisa merasakan betapa Damian tak mampu berhenti menyentuhnya, menyebut namanya, dan menahan diri untuk tidak terus-menerus menariknya ke dalam pelukan yang menggila.

Sementara Damian mendesah berat, menatapnya seolah dunia tak punya ruang untuk wanita lain, Lily menatap balik dengan senyum tipis di bibirnya.

"Bagus," bisiknya pelan. "Kau milikku sekarang, Tuan Richi."

Ia mengecup rahang pria itu dengan penuh kemenangan. Tak peduli berapa kali Damian mencumbunya malam ini—yang terpenting, pria itu kini terikat padanya, bukan pada Bianca.

Dalam pikirannya, Lily bersorak penuh puas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 7. Sangat Buas

    Sinar mentari pagi menyusup lembut melalui celah tirai, perlahan membangunkan Lily dari tidurnya yang lelap. Ia menggeliat pelan, mencoba meregangkan tubuh yang terasa nyeri dan remuk—bekas dari malam penuh kendali yang dipaksakan oleh Damian."Damian... di mana pria brengsek itu?" gumam Lily. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar itu, tapi nyatanya Damian sudah tidak ada di sana. Yang tersisa hanyalah jejak-jejak semalam dengan aroma menusuk yang menyeruak ke seluruh ruangan."Oh shit... kau sangat buas, Damian." Tubuhnya tiba-tiba mendesir hebat saat kembali mengingat permainan mereka semalam. Permainan yang sebelumnya tidak pernah Lily bayangkan, tapi ia sukses membuat sosok Damian Richi melolong sepanjang malam.Lily bangkit dari tempat tidur yang tak berbentuk lagi. Langkah kakinya yang ia paksakan membawanya menuju pintu masuk kamar itu.Namun, tiba-tiba kening Lily mengerut."Heh... kenapa pintunya terkunci?" gumamnya curiga. Tangannya tak henti memutar kenop, menarik,

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 6. Buktikan

    Tindakan itu berhasil memancing kemarahan Damian."Heh... kau..."Belum sempat Lily menyentuh kenop pintu, tangan kekar Damian telah lebih dulu meraih tengkuknya dari belakang dengan kasar. Cengkeramannya kuat dan mendominasi, membuat Lily tersentak dan mengerang pelan karena tekanan mendadak itu."Ke mana kau pikir kau akan pergi, hah?" suara Damian rendah dan dingin, nyaris seperti geraman binatang buas yang baru saja kehilangan kesabarannya.Lily tak sempat menjawab. Dalam sekejap, Damian menarik tubuhnya ke belakang dan menyeretnya dengan langkah cepat, seperti membawa barang miliknya sendiri. Tidak ada kelembutan, hanya kemarahan dan hasrat yang meledak-ledak."Aku belum selesai denganmu," gumamnya penuh amarah sebelum ia menjatuhkan tubuh Lily ke atas ranjang dengan keras, membuat wanita itu memantul sedikit karena benturan.Lily terengah, napasnya berat, rambutnya terurai berantakan menutupi sebagian wajah. Tapi ia tetap menatap Damian dengan sorot mata menantang, meskipun tubu

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 5. Aku Tidak Sabar Memangsa Buruanku

    Tidak terdengar lagi suara Bianca di luar sana. Dengan itu, Damian langsung bergegas keluar dari dalam toilet. Tujuannya jelas, yaitu mengejar buruannya yang telah kabur entah ke mana. "Kau pikir kau bisa pergi begitu saja, Nona Moretti? Jangan pikir aku hanya pria biasa seperti yang ada di pikiranmu," gumam Damian dengan senyum tipis. Dengan cepat, Damian menuju mobilnya yang terparkir di depan restoran kemudian meninggalkan Bianca yang masih sibuk mencari keberadaannya. Damian tahu betul di mana Lily. Pria itu adalah orang berkuasa yang tidak mudah dikelabuhi begitu saja, ia memiliki anak buah di mana-mana yang bisa memberikan informasi apa pun. Selang beberapa menit, mobil Damian berhenti di salah satu klub mewah. Buruannya ada di dalam sana. Lily duduk di sofa VIP dengan anggun, jemarinya memainkan gelas wine merah yang berputar perlahan di tangannya. Sorot matanya penuh kepuasan saat mengamati kerumunan di lantai dansa, seolah yakin pria itu akan segera tiba. Dan benar saja.

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 4. Mulai Tertarik

    Gaun mewah berkelas dan mahal sudah melekat sempurna di tubuh Lily. Kali ini, ia memilih gaun yang sedikit lebih terbuka—tentu saja, untuk menyelinap dan menggagalkan makan malam Bianca dengan pria itu. Senyum tipis terukir di bibirnya. Jemarinya dengan perlahan menyusuri garis lehernya, merasakan kain lembut yang membungkus kulitnya. "Aku hanya penasaran... apa kau akan tetap bersama wanita itu, atau malah meninggalkannya dan membawaku pergi dari sana." Lily menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinganya, memperhatikan pantulan dirinya di cermin dengan penuh percaya diri. Ia tahu apa yang ia lakukan berbahaya, tetapi itu justru yang membuatnya semakin bersemangat. Dengan langkah anggun, ia mengambil tas tangan kecilnya lalu berjalan keluar dari kamar, meninggalkan aroma parfum mahal yang lembut namun menggoda. Malam ini, tidak ada yang bisa menghalanginya. Di tempat lain, Damian duduk di meja restoran mewah dengan ekspresi datar. Cahaya lilin berpendar lembut di wajahnya yang

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 3. Berusaha Keras Menahan Diri

    "Permulaan yang cukup mengesankan, Tuan Richi. Aku menyukai cara kau memperlakukan wanita itu." Lily bersandar santai di kursi mobil, sorot matanya menyiratkan permainan saat menatap Damian. Senyum miring tak henti menghiasi wajahnya, seolah menikmati setiap detik ketegangan yang ia ciptakan. Sementara itu, Damian duduk kaku di sampingnya, menatap lurus ke depan tanpa sedikit pun menoleh pada wanita yang kini duduk anggun di sisinya. "Diam saja? Tak mau bicara dengan selir barumu?" Nada suara Lily terdengar ringan, tapi ujung jarinya mulai bergerak. Dengan sengaja, ia meremas lembut paha Damian—gerakan kecil yang sukses membuat rahang pria itu menegang dan kedua tangannya mengepal. "Singkirkan tanganmu. Aku muak dengan perempuan murahan," desis Damian tajam. Namun Lily tak tersinggung. Ia justru terkekeh pelan dan sedikit tertawa. "Perempuan murahan, katamu? Tapi kau justru memilih wanita yang bahkan lebih rendah dari wanita bayaran untuk jadi kekasihmu. Di mana letak kehormatan

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 2. Kesepakatan Penawaran Lily

    "Yang aku tahu, sosok pria sepertimu tidak suka menghabiskan waktu terlalu lama untuk membuat keputusan," ucap Lily dengan nada datar namun tajam, membuyarkan lamunan Damian. Pria itu mengerjap pelan, terhentak sejenak seolah baru tersadar dari perjalanan panjang dalam pikirannya sendiri. Tatapan kosongnya sebelumnya tampak penuh beban, seolah bayang-bayang masa lalu kembali menghantuinya. "Ya, aku menyepakatinya," gumam Damian akhirnya, suaranya rendah dan berat. Ia memutar badannya sehingga membelakangi Lily. "Bagus," balas Lily sambil tersenyum, senyum yang terpatri anggun di wajahnya seperti topeng tak tergoyahkan. Di balik senyum itu, ada ribuan helai niat tersembunyi. Rencana awalnya berjalan nyaris sempurna. Layaknya rubah kecil yang lihai, Lily tahu betul kapan harus bergerak, kapan harus diam, dan kapan harus mencabik. Ia bukan hanya cantik, tapi cerdik—sangat cerdik. Tak. Tak. Tak. Ketukan sepatu hak tingginya terdengar begitu nyaring, Lily mendekati Damian yang mas

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 1. Pertemuan Lily dan Damian

    "Selamat pagi, Tuan Damian. Maaf telah membuat Anda menunggu lama." Lily melangkah dengan anggun, setiap gerakan tubuhnya dipenuhi kepercayaan diri yang terlatih. Tumit tingginya mengetuk lantai marmer dengan irama halus, sementara gaun formalnya membalut tubuh dengan sempurna, menonjolkan siluet yang tak bisa diabaikan. Ia duduk di hadapan Damian. Tatapannya tajam, lekat tertuju pada pria itu yang tampak dingin dan kaku—tak tergoyahkan sedikit pun oleh Lily yang tengah berusaha memancing perhatiannya. Lily menyunggingkan senyum tipis. Pikirannya berlarian liar, mencoba memikirkan kembali cara untuk menaklukkan pria yang jauh dari apa yang ia perkirakan. "Tidak masalah, Nona Moretti. Kita tidak perlu terlalu formal." Nada suara Damian terdengar santai, tapi Lily menangkap sesuatu di balik senyumnya yang samar. Ia tahu siapa Damian Richi. Seorang pria yang cukup berbahaya, dikenal luas di dunia bisnis dengan cara-cara keras dan tanpa kompromi. Namun, bagi Lily, itu bukanlah h

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status