Share

Bab 7. Sangat Buas

Author: Dia Ning
last update Last Updated: 2025-05-15 10:59:11

Sinar mentari pagi menyusup lembut melalui celah tirai, perlahan membangunkan Lily dari tidurnya yang lelap. Ia menggeliat pelan, mencoba meregangkan tubuh yang terasa nyeri dan remuk—bekas dari malam penuh kendali yang dipaksakan oleh Damian.

"Damian... di mana pria brengsek itu?" gumam Lily. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar itu, tapi nyatanya Damian sudah tidak ada di sana. Yang tersisa hanyalah jejak-jejak semalam dengan aroma menusuk yang menyeruak ke seluruh ruangan.

"Oh shit... kau sangat buas, Damian."

Tubuhnya tiba-tiba mendesir hebat saat kembali mengingat permainan mereka semalam. Permainan yang sebelumnya tidak pernah Lily bayangkan, tapi ia sukses membuat sosok Damian Richi melolong sepanjang malam.

Lily bangkit dari tempat tidur yang tak berbentuk lagi. Langkah kakinya yang ia paksakan membawanya menuju pintu masuk kamar itu.

Namun, tiba-tiba kening Lily mengerut.

"Heh... kenapa pintunya terkunci?" gumamnya curiga. Tangannya tak henti memutar kenop, menarik, dan mendorong, mencoba membuka pintu yang enggan bergeser. Matanya menelusuri setiap inci permukaan pintu, naik turun dengan gelisah hingga akhirnya ia menyadari, pintu itu memang sengaja dikunci dari luar.

"Sial... pria brengsek itu—" Ucapan Lily menggantung saat kedua netraya menangkap secarik kertas yang diletakkan begitu saja di meja kecil dekat pintu.

Tanpa ragu Lily meraihnya dan seketika kedua netranya membulat setelah ia membaca isi dari surat itu.

'Kau tidak akan bisa keluar dari kamar ini, sayang. Tentu saja aku tidak akan melepaskan begitu saja buruanku yang sangat nikmat.'

"Brengsek... kau mengurungku di sini, Damian." Lily meremas kuat lembaran kertas itu hingga buku jari-jarinya memutih. Harusnya ia sudah pergi dari tempat itu dan melanjutkan rencana-rencana yang telah ia susun. Tapi ia tidak bisa berkutik, pria itu sangat licik.

Tak kenal menyerah, Lily berusaha keras mencari cara agar bisa keluar dari kamar itu, tapi nyatanya semua yang ada di kepalanya satu pun tidak ada membuahkan hasil.

"Damian!!" Lily berteriak frustrasi kemudian menghentakkan kakinya dengan kasar.

Berkali-kali ia mengumpat Damian dengan sumpah serapahnya hingga akhirnya ia memilih untuk diam karena semuanya terasa percuma.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka. Seketika Lily langsung menoleh dan menatap tajam Damian yang perlahan melangkah masuk ke dalam kamar sambil menyeringai, "Hm, kau terlihat sangat frustrasi setelah beberapa jam kutinggalkan," ucap Damian. Senyumnya menggoda dan sukses membuat darah Lily semakin mendidih.

Lily langsung bangkit, matanya tak henti menukik tajam ke arah pria itu seperti tombak yang siap menancap begitu saja.

"Kau mengunciku, Damian!" teriak Lily tepat di wajah pria itu. Kedua tangannya yang mengepal menghantam keras dada bidang pria itu.

"Heh, aku tau cara melawan wanita nakal seperti dirimu, Nona Moretti. Ini baru permulaan dari permainan yang kau ciptakan sendiri." Damian menyeringai puas. Kedua tangannya yang besar dengan mudah menangkap kedua tangan Lily.

"Lepaskan!" Lily memberontak.

"Tidak. kau tidak akan kulepaskan sekarang. Aku belum puas, sayang."

Senyum iblis itu terus mengembang di wajah pria tampan itu. Lily tak memiliki tenaga lagi saat Damian mendorongnya dengan kasar hingga tubuhnya membentur dinding yang ada di belakangnya.

"Semua rencanamu dan semua yang ada di dalam pikiranmu, aku bisa membacanya. Tapi ingat, aku lebih senang mengendalikan daripada dikendalikan, sayang."

Bisikan itu bagaikan sebuah racun yang menyebar cepat ke tubuh Lily. Kedua tangannya masih tertahan, tubuh mungilnya kalah dan sedikit pun tak mampu berkutik di hadapan pria itu.

"Tapi kau pengecut. Kau hanya bisa memanfaatkan tubuh kekarmu ini, menjebakku agar aku tidak bisa berkutik. Ini bukanlah permainan yang seimbang, Tuan Richi."

Damian terkekeh, kekehan kecil itu hampir seperti tawa yang mengejek Lily. "Sayangnya aku tidak peduli. Aku selalu suka menggunakan caraku sendiri untuk menaklukkan siapa pun itu, termasuk wanita tak tahu diri sepertimu."

Tubuh Lily seketika menegang saat jari-jari Damian bergerak lembut menelusuri kontur wajahnya. Lily ingin mengalihkan pandangannya dari wajah Damian yang begitu dekat dengannya, tapi itu tidak bisa ia lakukan karena Damian menguncinya dengan sentuhan itu.

Hei, mengapa ia terlihat sangat tampan?

Lily segera membuang jauh pikirannya itu. Ia bukan seperti wanita lain yang begitu memuja-muja wajah tampan seorang Damian Richi.

"Aku tahu juga kau tengah berusaha menepis apa yang ada di dalam pikiranmu." Damian menebaknya dengan asal, tapi itu berhasil membuat wajah Lily bersemu.

Bibir Lily terkatup rapat, ia menegak salivanya yang terkumpul, berusaha keras agar tak terpengaruh oleh ucapan pria itu. Tapi tubuhnya bereaksi sebaliknya saat Damian semakin liar menyentuhnya.

"Hm, mengapa kau tidak bicara, sayang?"

Ibu jarinya bergerak dan mengusap kasar bibir merah merona Lily yang terlihat sangat menggoda. Tapi belum sempat Damian bertindak lebih, Lily mengeluarkan seluruh tenaganya dan menendang perut pria itu. Sontak apa yang dilakukan oleh Lily berhasil membangkitkan sisi gelap Damian.

"LILYANA!"

Teriakan itu menggema di seluruh kamar itu. Damian seperti sosok iblis yang membuat Lily sedikit ketakutan. Lily ingin kabur, tapi dengan mudah Damian meraihnya lagi.

"Hei, kau tidak akan bisa pergi. Aku belum puas bermain denganmu," tekan pria itu.

Damian bergerak cepat, membuka laci-laci meja di sampingnya lalu meraih sepasang borgol yang tersembunyi di dalamnya. Tanpa memberi Lily kesempatan untuk melawan, ia segera memborgol kedua tangan wanita itu dengan cekatan.

"Aku ingin keluar, Damian!"

"Berteriaklah sekeras mungkin, Liliyana... aku suka teriakan yang keluar dari bibir mungilmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 7. Sangat Buas

    Sinar mentari pagi menyusup lembut melalui celah tirai, perlahan membangunkan Lily dari tidurnya yang lelap. Ia menggeliat pelan, mencoba meregangkan tubuh yang terasa nyeri dan remuk—bekas dari malam penuh kendali yang dipaksakan oleh Damian."Damian... di mana pria brengsek itu?" gumam Lily. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar itu, tapi nyatanya Damian sudah tidak ada di sana. Yang tersisa hanyalah jejak-jejak semalam dengan aroma menusuk yang menyeruak ke seluruh ruangan."Oh shit... kau sangat buas, Damian." Tubuhnya tiba-tiba mendesir hebat saat kembali mengingat permainan mereka semalam. Permainan yang sebelumnya tidak pernah Lily bayangkan, tapi ia sukses membuat sosok Damian Richi melolong sepanjang malam.Lily bangkit dari tempat tidur yang tak berbentuk lagi. Langkah kakinya yang ia paksakan membawanya menuju pintu masuk kamar itu.Namun, tiba-tiba kening Lily mengerut."Heh... kenapa pintunya terkunci?" gumamnya curiga. Tangannya tak henti memutar kenop, menarik,

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 6. Buktikan

    Tindakan itu berhasil memancing kemarahan Damian."Heh... kau..."Belum sempat Lily menyentuh kenop pintu, tangan kekar Damian telah lebih dulu meraih tengkuknya dari belakang dengan kasar. Cengkeramannya kuat dan mendominasi, membuat Lily tersentak dan mengerang pelan karena tekanan mendadak itu."Ke mana kau pikir kau akan pergi, hah?" suara Damian rendah dan dingin, nyaris seperti geraman binatang buas yang baru saja kehilangan kesabarannya.Lily tak sempat menjawab. Dalam sekejap, Damian menarik tubuhnya ke belakang dan menyeretnya dengan langkah cepat, seperti membawa barang miliknya sendiri. Tidak ada kelembutan, hanya kemarahan dan hasrat yang meledak-ledak."Aku belum selesai denganmu," gumamnya penuh amarah sebelum ia menjatuhkan tubuh Lily ke atas ranjang dengan keras, membuat wanita itu memantul sedikit karena benturan.Lily terengah, napasnya berat, rambutnya terurai berantakan menutupi sebagian wajah. Tapi ia tetap menatap Damian dengan sorot mata menantang, meskipun tubu

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 5. Aku Tidak Sabar Memangsa Buruanku

    Tidak terdengar lagi suara Bianca di luar sana. Dengan itu, Damian langsung bergegas keluar dari dalam toilet. Tujuannya jelas, yaitu mengejar buruannya yang telah kabur entah ke mana. "Kau pikir kau bisa pergi begitu saja, Nona Moretti? Jangan pikir aku hanya pria biasa seperti yang ada di pikiranmu," gumam Damian dengan senyum tipis. Dengan cepat, Damian menuju mobilnya yang terparkir di depan restoran kemudian meninggalkan Bianca yang masih sibuk mencari keberadaannya. Damian tahu betul di mana Lily. Pria itu adalah orang berkuasa yang tidak mudah dikelabuhi begitu saja, ia memiliki anak buah di mana-mana yang bisa memberikan informasi apa pun. Selang beberapa menit, mobil Damian berhenti di salah satu klub mewah. Buruannya ada di dalam sana. Lily duduk di sofa VIP dengan anggun, jemarinya memainkan gelas wine merah yang berputar perlahan di tangannya. Sorot matanya penuh kepuasan saat mengamati kerumunan di lantai dansa, seolah yakin pria itu akan segera tiba. Dan benar saja.

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 4. Mulai Tertarik

    Gaun mewah berkelas dan mahal sudah melekat sempurna di tubuh Lily. Kali ini, ia memilih gaun yang sedikit lebih terbuka—tentu saja, untuk menyelinap dan menggagalkan makan malam Bianca dengan pria itu. Senyum tipis terukir di bibirnya. Jemarinya dengan perlahan menyusuri garis lehernya, merasakan kain lembut yang membungkus kulitnya. "Aku hanya penasaran... apa kau akan tetap bersama wanita itu, atau malah meninggalkannya dan membawaku pergi dari sana." Lily menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinganya, memperhatikan pantulan dirinya di cermin dengan penuh percaya diri. Ia tahu apa yang ia lakukan berbahaya, tetapi itu justru yang membuatnya semakin bersemangat. Dengan langkah anggun, ia mengambil tas tangan kecilnya lalu berjalan keluar dari kamar, meninggalkan aroma parfum mahal yang lembut namun menggoda. Malam ini, tidak ada yang bisa menghalanginya. Di tempat lain, Damian duduk di meja restoran mewah dengan ekspresi datar. Cahaya lilin berpendar lembut di wajahnya yang

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 3. Berusaha Keras Menahan Diri

    "Permulaan yang cukup mengesankan, Tuan Richi. Aku menyukai cara kau memperlakukan wanita itu." Lily bersandar santai di kursi mobil, sorot matanya menyiratkan permainan saat menatap Damian. Senyum miring tak henti menghiasi wajahnya, seolah menikmati setiap detik ketegangan yang ia ciptakan. Sementara itu, Damian duduk kaku di sampingnya, menatap lurus ke depan tanpa sedikit pun menoleh pada wanita yang kini duduk anggun di sisinya. "Diam saja? Tak mau bicara dengan selir barumu?" Nada suara Lily terdengar ringan, tapi ujung jarinya mulai bergerak. Dengan sengaja, ia meremas lembut paha Damian—gerakan kecil yang sukses membuat rahang pria itu menegang dan kedua tangannya mengepal. "Singkirkan tanganmu. Aku muak dengan perempuan murahan," desis Damian tajam. Namun Lily tak tersinggung. Ia justru terkekeh pelan dan sedikit tertawa. "Perempuan murahan, katamu? Tapi kau justru memilih wanita yang bahkan lebih rendah dari wanita bayaran untuk jadi kekasihmu. Di mana letak kehormatan

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 2. Kesepakatan Penawaran Lily

    "Yang aku tahu, sosok pria sepertimu tidak suka menghabiskan waktu terlalu lama untuk membuat keputusan," ucap Lily dengan nada datar namun tajam, membuyarkan lamunan Damian. Pria itu mengerjap pelan, terhentak sejenak seolah baru tersadar dari perjalanan panjang dalam pikirannya sendiri. Tatapan kosongnya sebelumnya tampak penuh beban, seolah bayang-bayang masa lalu kembali menghantuinya. "Ya, aku menyepakatinya," gumam Damian akhirnya, suaranya rendah dan berat. Ia memutar badannya sehingga membelakangi Lily. "Bagus," balas Lily sambil tersenyum, senyum yang terpatri anggun di wajahnya seperti topeng tak tergoyahkan. Di balik senyum itu, ada ribuan helai niat tersembunyi. Rencana awalnya berjalan nyaris sempurna. Layaknya rubah kecil yang lihai, Lily tahu betul kapan harus bergerak, kapan harus diam, dan kapan harus mencabik. Ia bukan hanya cantik, tapi cerdik—sangat cerdik. Tak. Tak. Tak. Ketukan sepatu hak tingginya terdengar begitu nyaring, Lily mendekati Damian yang mas

  • Merebut Kekasih Ibu Tiriku Untuk Balas Dendam   Bab 1. Pertemuan Lily dan Damian

    "Selamat pagi, Tuan Damian. Maaf telah membuat Anda menunggu lama." Lily melangkah dengan anggun, setiap gerakan tubuhnya dipenuhi kepercayaan diri yang terlatih. Tumit tingginya mengetuk lantai marmer dengan irama halus, sementara gaun formalnya membalut tubuh dengan sempurna, menonjolkan siluet yang tak bisa diabaikan. Ia duduk di hadapan Damian. Tatapannya tajam, lekat tertuju pada pria itu yang tampak dingin dan kaku—tak tergoyahkan sedikit pun oleh Lily yang tengah berusaha memancing perhatiannya. Lily menyunggingkan senyum tipis. Pikirannya berlarian liar, mencoba memikirkan kembali cara untuk menaklukkan pria yang jauh dari apa yang ia perkirakan. "Tidak masalah, Nona Moretti. Kita tidak perlu terlalu formal." Nada suara Damian terdengar santai, tapi Lily menangkap sesuatu di balik senyumnya yang samar. Ia tahu siapa Damian Richi. Seorang pria yang cukup berbahaya, dikenal luas di dunia bisnis dengan cara-cara keras dan tanpa kompromi. Namun, bagi Lily, itu bukanlah h

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status