Alka melebarkan matanya ketika melihat video yang ditunjukkan oleh Jeremy melalui ponsel milik pria itu. Terdapat sebuah video, lengkap dengan suara saat Alka bertengkar dengan Wilda, di cafe tempatnya bekerja di Warsawa sana. Ketika Alka mencoba mengelak bahwa Wilda menemuinya, Jeremy segera menunjukkan kiriman video, dan rekaman suara di media sosial miliknya, yang dikirimkan oleh seseorang."Seseorang mengirimkan rekaman ini? Siapa, Mas?" tanya Alka penasaran dengan pelaku yang mengirim pesan tersebut kepada Jeremy.Jeremy menggeleng. "Aku tidak tahu itu siapa."Alka kemudian mengingat bahwa ia memang sengajanya merekam hasil percakapannya bersama Wilda di sana menggunakan ponsel miliknya. Tepat sebelum ponsel Alka dihancurkan oleh Wilda, terlebih dahulu Alka mengirimkannya kepada Nur. Tapi ia tidak menyangka bahwa rekaman itu bisa sampai pada Jeremy bahkan beserta videonya juga. Hanya Nur yang Alka kirimi rekaman suara itu. Dan otomatis, yang memiliki rekaman itu, hanya Nur send
Begitu mengetahui sang anak sadar, Jeremy menekan tombol di dekat ranjang Naufal untuk memanggil dokter. Alka menitikkan air matanya terharu melihat sang anak yang sadar setelah beberapa hari memejamkan mata. Tak bedanya dengan Jeremy, pria itupun merasakan kelegaan dalam hati setelah beberapa hari mencemaskan Naufal. Beberapa menit kemudian, dokter yang merawat dan memantau keadaan Naufal datang memasuki ruang VIP. Sang dokter kemudian dengan sigap melakukan pemeriksaan terhadap Naufal. "Syukurlah. Tidak ada masalah dengan keadaan adik Naufal, " kata Dokter memberitahu setelah selesai melakukan serangkaian pemeriksaan. "Terima kasih, Dokter." Jeremy mengucapkan terimakasih terhadap dokter. Dokter mengangguk ramah. Ia kemudian pamit untuk keluar. Diikuti oleh Jeremy dibelakangnya."Ibu!" panggil Naufal lirih. "Iya, Sayang." Alka berjalan mendekati putranya. "kamu mau apa nak?""Aku mau dipeluk ibu, " jawabnya dengan suara lemah. Alka mengangguk. "Iya." Alka naik ke atas ranjang
"Amplopnya jatuh," gumam Alka. Ia kemudian merendahkan tubuhnya untuk memungut amplop itu. Namun karena amplop itu terbuka dan isinya berceceran ke lantai. Dan ternyata isi dari amplop tersebut adalah beberapa lembar foto yang tercetak. Alka memunguti satu persatu foto-foto itu, dan mengamatinya. keningnya berkerut ketika melihat sosok wanita yang berpose mesra dengan seorang pria. Bahkan beberapa dari foto itu, buat alka melebarkan matanya."Ini foto-foto Diana bersama dengan pria siapa?" Foto tersebut adalah foto-foto Diana bersama Rangga yang telah digunakan oleh Jeremy sebagai bukti di persidangan perceraian mereka. Dan yang membuat Alka bergidik ngeri, terdapat foto Diana tanpa busana di hotel bersama pria itu."Apa karena ini mereka bercerai?" duga Alka.Alka hampir lupa bahwa ia pernah membaca berita bahwa Jeremy bercerai dengan istrinya. Dan perceraian itu, disebabkan oleh Diana yang berselingkuh. "Berarti berita itu benar? Dan ini selingkuhannya Diana?" Tak ingin memanda
Jeremy hening sejenak mendengarkan pertanyaan yang dilontarkan oleh istrinya. Jeremy tahu apa yang ada di dalam hati wanita itu. Sebuah kekhawatiran yang sama sekali tidak diinginkan jika sampai ada sesuatu yang terjadi. Sebuah senyuman, tersungging di bibir Jeremy. "Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu pasti tidak mau jika anak kita memiliki saudara tiri, bukan?" "Ehh ... Maksudnya bukan begitu. Aku hanya tidak ingin ada keributan di masa depan nanti," sahut Alka. "Kamu jangan khawatir. Naufal tidak akan memiliki adik dari ibu yang lain. Ibunya hanya kamu sendiri. Dan dia, hanya akan memiliki saudara, yang lahir dari rahim yang sama dengannya," kata Jeremy. Jeremy tahu seperti apa sifat yang dimiliki Alka. Istrinya itu memiliki sebuah hati yang tulus. Jika seandainya dia dimintai tolong untuk merawat anak orang lain, pasti atas dasar kemanusiaan dia bersedia melakukannya. Kendati Alka mendengar penuturan dari Sari bahwa Jeremy tidak bisa mencintai Diana, bukan berarti mereka ti
Alka berada di dalam ruangan rawat sang anak, ditemani oleh Nur. Nur izin cuti dari tempatnya bekerja, dan pulang untuk melihat keadaan Naufal. Nur pulang sendiri, karena Sari harus menyelesaikan masalah Visa nya terlebih dahulu. Seminggu kemudian, barulah Sari ikut menyusul pulang, dan menengok keadaan Naufal.Nur selalu berkomunikasi dengan Alka ketika Alka pertama kali menginjakkan kaki di tanah air. Nur selalu menanyakan mengenai keadaan Naufal. Dan Nur, merasa sedih ketika mendengar Naufal harus dipasang gips pada bagian bahu.Alka kini tengah mencurahkan isi hatinya kepada Nur. Mengatakan apa yang ia rasakan dan mengeluarkan semua kesedihan yang ia simpan. Alka membahas tentang panti asuhan bersama Nur. Memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi hingga putranya bersama anak-anak lain menjadi korban."Aku bahkan, sampai ikut sedih dengan anak-anak yang ikut menjadi korban," kata Alka kepada Nur.Wajah Alka terlihat sendu. Kemarin, Alka bertemu dengan Bu Nani. Dari wanita paruh bay
"Kamu pemimpinnya. Tentu saja kamu harus bertanggung jawab," ujar Hasan ketika duduk bersama Jeremy. Jeremy terbang ke Makassar, untuk menemui sang ayah guna membahas soal proyek panti asuhan yang terhenti, akibat ambruk. Setelah banyaknya pertimbangan didalam otak, Jeremy memutuskan meninggalkan Alka menjaga Naufal. Ia perlu membahas tentang proyek yang tersendat bersama sang ayah. "Tentu saja aku harus bertanggung jawab. Sebab aku bukanlah seorang pecundang yang selalu lari dari masalah. Aku bukan seperti papa," sindir Jeremy. Hasan berdecak sinis. "Ya ... ya ... ya. Papa tahu. Papa tahu kamu sangat berbeda dari Papa." "Sebanyak 20 anak yang menjadi korban dalam peristiwa ambruknya Panti Asuhan tersebut. Kasus ini dalam penyelidikan kepolisian. Dan kepolisian menduga kami melakukan permainan dalam melakukan pembangunan ini," beritahu Jeremy. Sudah lebih dari satu minggu, insiden ambruknya panti yang sedang direnovasi. Tim INAFIS menduga bahwa perusahaan keluarga Arthur melakukan
"Apa maksud kamu berbicara seperti itu?" tanya Hasan dengan nada membentak. Entah benar atau tidak yang telah dituduhkan oleh Jeremy, Hasan tak suka jika ada orang yang mencurigai, dan menudingnya secara terang-terangan. Hasan selalu penuh perhitungan jika ingin melakukan sebuah kecurangan. Supaya tidak ada yang bisa mencurigai dirinya. Dan Jeremy, sangat paham tentang itu. Tatapan tajam yang dilontarkan oleh putranya, membuat suasana tegang menyelimuti ruangan itu. Jeremy mengepalkan tangan dan tetap menatap tajam seolah ingin menguliti pria paruh baya itu. Hasan merasa bahwa, Jeremy ingin menyerang dan menyudutkan dirinya. "Entah mengapa, aku merasa seperti papa hanya ingin memanfaatkan kekuasaan ku, " cetus Jeremy. "Memanfaatkan? Apa maksudmu?" Hasan menampilkan raut muka yang datar. "Papa menyerahkan posisi kepemimpinan perusahaan kepadaku. Papa sengaja menyerahkan perusahaan itu dengan alasan ingin fokus pada dunia politik yang Papa jalani. Tapi sampai detik ini, aku yang
"Selamat siang, suster. " Alka masuk ke dalam ruangan putra nya dan menyapa suster yang menggunakan masker. Suster yang menutupi mulutnya dengan masker tersebut, terlonjak kaget melihat kedatangan Alka. "Selamat siang, ibu Alka." Tangan sebelah kiri milik suster tersebut, disembunyikan kesamping agar tidak terlihat oleh Alka. Alka memperhatikan setiap gerak-gerik suster yang menurutnya mencurigakan. Dari tatapan mata suster itu, terlihat kegugupan yang tertangkap karena tak berani menatap Alka terlalu lama. "Anda menggunakan masker. Apa anda sakit?" tanya Alka dengan tatapan mengintimidasi. Suster tersebut, menghela napas berat, dan kemudian menjawab, "Iya benar. Saya sakit." Alka menaikkan kedua alisnya. "Tapi kalau anda sakit, kenapa harus berangkat bertugas? Bukankah setiap peraturan di rumah sakit ini, staf medis yang sakit, diperbolehkan untuk izin libur dulu? Anda tidak melakukan cuti?" Pemilik rumah sakit ini, adalah teman akrab Jeremy. Alka sedikit tahu aturan kerja rum
"Maaf. Bukan karena aku ingin jadi menantu yang durhaka. Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa memberitahu suamiku, Ma," ucap Alka pada Wilda. Setelah Hasan ditangkap, rumah yang ditempati oleh Wilda di Makassar, resmi disita oleh pihak dari Hermin. Bukan hanya rumah yang disita paksa. Tetapi juga aset-aset milik Hasan dan Wilda lainnya juga ikut diambil oleh Hermin. Sebab, perusahaan yang dijalankan oleh keluarga Arthur selama puluhan tahun, berhasil diakuisisi oleh Hermin. Dengan keadaannya yang sekarang ini, Wilda memilih untuk tinggal di rumah putranya yang berada di Jakarta. Dan saat ini, Wilda berhadapan dengan Alka mengatakan maksud kedatangannya untuk tinggal di rumah ini. Wilda bahkan telah membawa beberapa koper besar berisi pakaiannya."Begitukah?" wilda menatap Alka dengan sinis. "Apa karena kamu bukan Nyonya, sehingga kamu tidak bisa sembarangan mengambil keputusan?"Alka menghela napas mendengar cibiran ibu mertua. "Rumah ini dibeli oleh suamiku. Dan segala apa
"Apa yang terjadi? Kenapa aku dipanggil oleh pihak kejaksaan untuk pemeriksaan?" tanya Iqbal dengan heran. Hari ini, Iqbal mendapatkan surat pemanggilan untuk melakukan pemeriksaan terkait kasus korupsi pembangunan semester. Iqbal juga sudah mendapatkan pesan jika dirinya mangkir dari pemanggilan, pihak kejaksaan akan melakukan penjemputan paksa. "Saya kurang tahu, Pak. Kemungkinan yang mengatakannya, juga bukan pak Hasan. Karena menurut orang yang berada di sana, pak Hasan juga tidak mengatakan siapa saja yang membantunya dalam melakukan pencucian uang tersebut," jelas Imran, asisten Iqbal. Iqbal menoleh ke arah asistennya, dengan mengerutkan kening. "Lalu ... siapa yang mengatakan kalau bukan Hasan? Hasan selalu melindungiku." Iqbal merasa heran mendengar penuturan asistennya. Jika Hasan tidak mungkin mengatakan. Karena ia tahu sahabatnya itu sangat melindunginya. Meskipun hubungan mereka renggang setelah perceraian antara Jeremy dan Diana, tidak ada permusuhan secara kompleks
Plak ... "Dasar anak kurang ajar!" amuk Hasan menampar dengan keras wajah putranya. "Apa yang ada di pikiranmu hingga kamu tega menyuruh seorang jaksa untuk menangkap ayahmu sendiri?" Hasan mengepalkan tangan dengan erat dan menatap tajam Jeremy. Jeremy menatap dingin sang ayah. "Bukankah setiap orang yang bersalah di negara ini, perlu diproses secara hukum?""Tetapi aku sama sekali tidak bersalah." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Jeremy. "Kamu tidak bisa seenaknya menuntutku seperti ini?"Hari ini, adalah hari di mana eksekusi penangkapan Hasan untuk di bawa ke Jakarta. Pengusaha kaya raya dari Makassar itu akan mengikuti proses hukum mengenai korupsi yang dilakukan olehnya bersama dengan Iqbal Wirawan. Jeremy membantu Jaksa bernama Fendi untuk memudahkan menangkap ayah nya. "Di mana hakim Margono? Aku dan dia bersahabat. Aku ingin berbicara dengannya terlebih dahulu," kata Hasan dengan penuh percaya diri.Hasan mengambil ponsel miliknya, dan mencari kontak milik ha
Alka muntah-muntah di kamar mandi. Jeremy yang berada di sampingnya, membantu memijat leher sang istri. Tangan jeremy Jeremy yang kanan mengurut leher, sedangkan tangan yang kiri ia gunakan untuk mengucur rambut Alka agar tidak menghalangi wajah. Jeremy pulang ke rumah lebih awal, dan mendapati sang istri tidak berada di rumah. Ketika ia bertanya kepada Mira, ART itu mengatakan bahwa pergi untuk sebuah urusan penting. Alka pulang setelah hari gelap dalam keadaan lemas dan hampir pingsan. Jeremy terkejut dengan kondisi sang istri. Ia berinisiatif untuk membawa Alka ke rumah sakit, namun di tolak oleh wanita itu. Hingga akhirnya Alka muntah-muntah dan digendong oleh Jeremy menuju kamar mandi. "Kita ke rumah sakit ya, Sayang," bujuk Jeremy sambil menuntun istrinya keluar dari kamar mandi. Alka menggeleng. "Aku istirahat saja. Ini kehamilan semester pertama. Kondisiku memang seperti ini waktu hamil Naufal dulu.""Apa waktu hamil Naufal, kondisi kamu begini juga?" tanya Jeremy. "Lebih
"Apa tujuanmu ingin meminta pertolongan kepada saya?" tanya Alka dengan ekspresi dingin.Alda menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Alka. Ia mengangkat wajahnya perlahan, dan menatap wanita yang kehilangan putranya karena perbuatan jahatnya. Alda menggigit bibirnya dengan dalam. Ada rasa berat ingin ia sampaikan."Sebelumnya, saya ingin mengajukan permohonan maaf kepada anda. Ibu Alka," kata Alda Alka mengalihkan pandangan ke arah lain dan enggan menatap Alda. "Permohonan maaf atas dasar apa?"Alda mencoba bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekati Alka. Ia sedikit kesulitan untuk berdiri karena kedua tangannya diborgol. Setelah berada di hadapan Alka, ia menjatuhkan lututnya dan bersimpuh."Mohon ampuni saya, Bu! Saya menyesal telah membuat anak ibu meninggal. Dan kini Saya merasakan karmanya. Bukan hanya di penjara, tetapi anak saya juga sakit keras. Saya benar-benar meminta maaf," ucapnya sambil berurai airmata.Alka menatap nanar wanita yang bersimpuh di hadapanny
"Jadi, apa yang kamu inginkan dengan mengajak saya bertemu?" tanya Hermin yang kini duduk berhadapan dengan Diana disebuah kafe.Diana menggenggam erat cangkir teh yang ia pegang. Ia menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab Hermin."Saya tahu anda tengah berusaha mengambil kembali perusahaan keluarga Arthur. Karena dulunya, perusahaan itu adalah milik keluarga anda. Dan anda ingin merebutnya dari mereka bukan?" Diana tersenyum miring.Hermin mengangkat kedua alisnya. "Itu benar. Lalu apa tujuanmu datang kepada saya, dan membahas hal ini?"Sebelum Diana memutuskan untuk menemui Hermin, wanita itu terlebih dahulu mencari tahu tentang hubungan Hermin dan Hasan di masa lalu. Dengan adanya ketegangan Hermin dan Wilda hingga saat ini, ia manfaatkan itu sebagai celah untuk mengadu domba keduanya. Apalagi Diana tahu bahwa, Jeremy tengah bekerjasama dengan ibu tirinya."Saya ingin, anda menjadikan Jeremy sebagai kambing hitam ketika lengsernya perusahaan itu saat anda ambil," ucap Dian
Alka terbangun ketika merasakan usapan hangat di kepalanya. Saat pertama kali ia membuka mata, wajah tampan sang suami, berada di dekatnya. Jeremy menatapnya dengan tatapan yang sendu, dan juga dalam. "Mas! Apa yang terjadi padaku?" lirih Alka. Jeremy menghela napas, dan menampilkan senyum. Ia kemudian meraih tangan istrinya, dan mengecup dengan lembut. "Ada kabar baik untuk kamu, Sayang," beritahu Jeremy. Alka mengerutkan kening. "Kabar baik apa, Mas?" Jeremy diam cukup lama sambil menatap wajah cantik istri. "Kamu hamil, Sayang." "Ha-hamil?!" Alka terkejut dan membelalakkan matanya. Jeremy mengangguk. "Iya benar. Dokter bilang, kandungan kamu sudah berusia 12 Minggu. Ada malaikat kecil kita di dalam perut kamu." Alka menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia bukan tak senang dengan kehamilan ini. Kabar ini mengejutkan, sekaligus membuat ia bimbang. Alka tak menyadari bahwa ia mengalami keterlambatan datang bulan. Namun dengan kondisinya yang sakit,
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru