Share

Bab 3_Bertemu Ratih

BAB 3

Hari ini Airin akan meresmikan pembukaan cabang baru untuk butiknya. Pagi-pagi sekali ia sudah rapi dan cantik. Bram yang tak bisa menemani karena harus menemui klien dari luar pun meminta maaf pada istrinya.

“Sayang, maaf, ya, aku gak bisa hadir temani kamu di acara hari ini,” ucapnya seraya memeluk pinggang Airin.

“Gapapa, Sayang.” Airin menjawab seraya tersenyum lalu merangkul dan menggelayut manja pada suaminya.

“Bener gapapa, Sayang?”

“Ya gapapa, dong.”

“Terima kasih, Sayang. Kamu itu bener-bener wanita hebat. Aku bangga sama kamu dan aku sangat bahagia memiliki kamu. I love you.”

“I love you more,”

Bram dengan lembut mencium istrinya sementara Airin semakin erat memeluk suaminya.

“Aku berangkat duluan, ya, kamu hati-hati, ya, Sayang.”

“Iya, Sayang, kamu juga hati-hati.”

“Kenzo?”

“Gapapa, biar nanti aku yang antar.”

“Oke.”

Setelah Bram pergi, Airin gegas merapikan semua yang akan ia bawa untuk keperluan launching hari ini. Sambil sesekali memanggil Kenzo yang masih di kamarnya.

“Kenzooo ....”

“Ayo, Sayang. Nanti terlambat sekolah, Nak.”

“Aku udah siap, Mi.” Tiba-tiba saja Kenzo sudah ada di belakangnya.

“Sudah siap, Nak? Kita berangkat sekarang, ya?”

“Oke, Mami. Let’s go.” Kenzo menyahut seraya berlari mendahului ibunya.

“Eh, tidak lari-lari, Sayang. Berjalan yang baik, Nak.” Airin berseru mengingatkan anak lelaki itu supaya tidak berlari-lari. Namun, yang diingatkan sudah duduk manis di dalam mobil.

***

Riuh suara tepuk tangan dari semua yang hadir meramaikan acara peresmian cabang baru Manjadda butique.

Senyum bahagia tak lepas dari bibir Airin, kilatan lampu kamera dari berbagai penjuru menangkap gambar dirinya yang terlihat sangat cantik dan elegan sekali.

“Selamat, ya, Bu Airin atas pembukaan cabang barunya.”

“Waaahh ... selamat, ya, sukses selalu, Bu Airin.”

“Haaiii ... selamat, ya, wanita hebat.”

“Sukses selalu, Bu Airin.”

Berbagai ucapan selamat mengalir dari pengunjung dan para undangan yang hadir. Bangunan lumayan besar yang Airin ubah menjadi butik cantik dengan tatanan ruangan yang ia sulap seperti suasana rumah ini membuat betah setiap pengunjung yang datang.

Airin juga tak lupa menyediakan sebuah Coffee Shop di ujung bangunan yang bertema outdoor. Jadi, pengunjung tak hanya datang untuk berbelanja, tetapi juga bisa hang out sambil ngopi atau bisa juga sebagai tempat seseorang yang membuat janji bertemu.

Ponselnya berdering, sebuah panggilan masuk yang tertera atas nama suaminya dan segera Airin menerimanya.

[Hallo, Sayang ... selamat, ya, istriku. Gimana acaranya?]

“Terima kasih, Sayang. Alhamdulillah acara berjalan baik, dan ini masih rame pengunjung, Sayang.”

[Alhamdulillah, aku bangga padamu, Sayang. Oh, iya, hari ini aku pulang cepat, kita keluar, ya, nanti kujemput ke butik.]

“Mami ‘kan bawa mobil, Pi.”

[Gapapa, nanti mobil Mami biar orang kantor yang urus.”]

“Oke ....”

“Ya sudah, Mami tunggu, ya, I love you.”

[Love you more.]

Airin tersenyum sendiri setelah sambungan terputus, selama sepuluh tahun menikah selama itu pula suminya tak pernah lupa mengucap kata “I love you” padanya. Wanita muda itu segera menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan dan setelah itu bersiap menunggu sang suami menjemputnya.

***

[Haiii Beeeib ... apa kabar? Lo lagi sibuk, ya?] Sambungan telepon dari Ratih membuatnya sejenak menghentikan aktivitas.

"Ah, enggak juga gue lagi di jalan ini mau ke butik, gimana ... gimana? Ada kabar apa?"

[Gini, kerjaan gue besok udah bisa gue rampungin semua, nah, 'kan gue punya waktu di sini satu minggu, berarti gue punya sisa waktu tiga hari lagi terhitung besok. Gimana kalo lusa lo nyusul ke sini, ya, Rin ... please ....]

"Hmm ... gimana, ya?"

[Ayolah, Airin ... please!]

"Gue izin paksu dulu, ya,"

[Oke, lah, gue tunggu kabarnya, ya, tapi gue yakin laki lo pasti kasih izinlah."

"Ya, semoga, ya."

[Ok, bye Airin ... take care.]

"Bye."

Airin melepas earphone dan kembali fokus mengendarai mobilnya. Ia pikir tak ada salahnya juga kalau ia sedikit refreshing untuk penyegaran, Bram pasti mengizinkan apalagi pergi sama Ratih. Nggak masalah-lah, begitu ia pikir.

Jalanan kota Jakarta lumayan lengang siang ini, Airin bisa memacu kendaraannya dengan kecepatan yang lebih dari biasanya, hari ini selain mengecek butik yang ada di Jakarta, ia juga berencana untuk mengunjungi butik yang baru ia resmikan tiga hari yang lalu, yang berlokasi di Bogor.

Setelah selesai semua urusan butik, Airin langsung tancap gas ke Bogor untuk mengunjungi butiknya yang berada di daerah jalan Padjajaran Bogor. Pembawaan Airin yang gesit dan pekerja keras membuatnya tak menemui masalah apa pun jika harus ke mana-mana sendirian dan menyetir sendiri.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, Airin tiba di Bogor. Waktu sudah masuk jam makan siang dan kebetulan perutnya sudah bernyanyi minta diisi.

Sebelum lanjut ke butik, wanita mandiri itu memutuskan untuk mengisi perutnya dulu di sebuah rumah makan yang menyajikan aneka macam masakan Sunda dan yang lebih menggugah selera Airin yaitu hidangan lalapnya yang lengkap, ia memarkirkan mobilnya di depan rumah makan yang berlokasi di jalan Bina Marga, Bogor.

Setelah selesai urusan mengisi perut, ia lanjut ke butik yang jaraknya tidak jauh lagi dari tempat ia berada. Pelan Airin melajukan kendaraan karena sedari masuk Bogor tadi, hujan sudah mengguyur kota ini, pantas saja tempat itu terkenal dengan sebutan kota hujan.

Tiba di butik, hujan masih sangat deras. Seorang sekuriti gegas menghampirinya dengan membawakan payung untuk Airin.

"Terima kasih." Dengan ramah Airin menerima payung yang dibawakan untuknya.

Beberapa karyawan menyapa Airin dan dibalas dengan senyuman, ia gegas masuk ke ruang kerjanya, kemudian menuju toilet yang ada di dalam ruangan untuk mengambil wudu karena Airin belum melaksanakan salat Zuhur.

Sudah menjadi kebiasaan Airin pergi ke mana pun ia tak pernah meninggalkan salat dan mukena selalu ia bawa dalam tasnya. Ia memang belum berhijab, tetapi ia selalu menjaga kewajiban sebagai umat Islam.

Setelah melaksanakan kewajibannya, ia lanjutkan dengan merapikan file dan barang-barang yang masih belum tertata dengan benar karena butik ini baru saja diresmikan dan pengunjung pun belum ramai seperti butiknya yang di Jakarta. Sementara di luar hujan semakin deras. Allahumma shoyyiban nafi'an.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status