Share

Bab 2

Penulis: Lalaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 08:18:35

Matahari Melbourne naik lambat ke balik kaca jendela apartemen Kayra, memantulkan siluet tubuhnya yang berdiri di depan cermin. Kaus hitam tanpa lengan menempel di tubuhnya yang berkeringat. Gerakan pukulannya cepat, teratur. Ia sedang latihan shadow boxing, sebuah rutinitas pagi yang tak pernah ia tinggalkan.

Tangannya berhenti ketika suara notifikasi ponsel bergetar di meja.

[Pesan Masuk: Nomor Tidak Dikenal]

“Kau yang memukul seperti petarung. Dinner malam ini, pukul 8. Jangan tolak. Aku tidak suka mengulang undangan dua kali.” – V.

[Location]

Alis Kayra terangkat. Ponselnya langsung ia kunci kembali.

Ah, ini orangnya. Jadi dia mencariku, pikirnya. Dan dia berhasil.

Kayra tidak bertanya bagaimana pria itu mendapatkan nomornya. Orang seperti dia… pasti punya jalan. Tapi yang membuat Kayra lebih terusik bukan pada fakta bahwa pria itu mengundangnya makan malam.

Melainkan pada kenyataan bahwa ia tidak langsung menolak.

Sore harinya, langit mulai gelap saat Kayra berdiri di depan sebuah restoran bintang lima yang terletak di rooftop hotel tertutup di jantung kota.

Ia memakai celana panjang hitam high-waist dan blus berpotongan dalam berwarna wine red. Rambutnya ia ikat setengah, menyisakan beberapa helai di depan. Ia tetap tampil sederhana, tapi elegan. Tegas. Dan siap untuk siapa pun yang mencoba mengendalikannya.

Pelayan membukakan pintu, "Nona Kayra?"

Kayra mengangguk. Pelayan itu tidak menyebut siapa yang Kayra temui. Tapi saat masuk ke dalam, ia langsung tahu pria itu sudah menunggunya.

Valen Moretti duduk di meja pojok, menghadap ke jendela kaca yang menampakkan kota bercahaya. Setelan hitamnya rapi, jam tangannya berkilau samar, dan satu tangan memegang gelas wine merah. Pria itu tidak terlihat seperti kriminal, tapi justru karena itu, Kayra tahu… dia lebih berbahaya daripada yang terlihat.

Saat Kayra mendekat, Valen mengangkat alis sedikit. Tapi bukan senyum yang ia berikan, melainkan tatapan intens.

“Datang juga,” ujarnya pelan, suaranya rendah seperti bariton cello.

Kayra duduk tanpa diminta. “Aku penasaran, bukan tertarik.”

Valen menyeringai sedikit. “Bedanya tipis, Leone.”

“Kalau kamu berharap aku pakai dress dan senyum manis malam ini, kamu salah.”

“Aku tak pernah suka senyum palsu. Atau gaun yang terlalu lemas.”

Mereka saling tatap. Tidak satu pun dari mereka tunduk. Tak ada basa-basi.

Pelayan datang, membawakan wine putih untuk Kayra.

“Pesanan saya?” tanyanya.

Valen menyela. “Aku pilihkan. Sauvignon Blanc dari Marlborough. Lembut, tapi menggigit di akhir.”

Kayra mengambil gelasnya dan mencicip. “Kalau kamu pikir kamu bisa mengendalikan semua orang dengan memesan wine yang tepat…”

“Aku hanya ingin tahu seberapa banyak kamu akan membiarkanku masuk,” ucap Valen datar.

Kayra menatap tajam. “Kenapa aku?”

Valen diam sejenak, lalu bersandar ke belakang.

“Kamu berbeda. Karena tidak ada rasa takut di matamu saat kamu menatapku. Itu… langka.”

Kayra mengambil gelasnya. "Aku tidak tahu siapa kamu, jadi untuk apa aku takut?"

Valen menyeringai. "Aku Valen Moretti." Suaranya nyaris seperti bisikan, tapi berat. Tidak ada rayuan. Hanya kejujuran yang tajam seperti silet.

Kayra menggigit bibir bawahnya, lalu meletakkan gelas dengan tenang. Pikirannya mengonfirmasi bahwa pria di hadapannya benar-benar berbahaya.

“Kalau kamu cari petarung, sewa bodyguard. Kalau kamu cari petualangan, pergi ke klub malam. Aku bukan keduanya.”

Valen mencondongkan tubuh ke depan. “Kalau kamu bukan petarung, kenapa kamu begitu lihai membunuh?”

“Aku tidak membunuh,” jawab Kayra pelan. “Tapi kalau kamu mengancam, aku akan buatmu diam selamanya.”

Mata mereka bertemu. Tegang. Menggantung. Dan di dalamnya, ada sesuatu yang lebih primal.

Setelah makan malam selesai, tanpa makanan pencuci mulut, tanpa basa-basi, Valen mengantar Kayra sampai depan hotel. Di sana, mobil hitamnya berhenti.

“Aku tidak minta kamu ikut denganku,” ucap Valen. “Aku minta kamu kerja denganku. Bayaran tak terbatas. Tugas? Jaga aku dari semua yang ingin lihat aku mati.”

Kayra menatapnya sebentar. “Kamu punya banyak pria bersenjata. Kenapa harus aku?”

“Karena kamu tidak bekerja untukku. Kamu bekerja untuk dirimu sendiri. Itu membuatmu berbahaya… dan bisa dipercaya.”

Kayra tertawa kecil. “Kamu tidak tahu siapa aku.”

Valen mendekat. Bibirnya hanya beberapa inci dari telinga Kayra. Suaranya hangat dan dingin sekaligus.

“Aku akan tahu. Percaya saja.”

Dan sebelum Kayra sempat menjawab, Valen melangkah mundur dan masuk ke mobil, lalu pergi.

Malam itu, Kayra berdiri lama di balkon apartemennya. Angin dingin mengelus wajahnya. Tapi tubuhnya masih terasa panas.

Bukan karena wine.

Tapi karena pria itu.

Valen Moretti. Ia menciptakan medan gravitasi tersendiri, seolah siapa pun yang masuk ke orbitnya… sulit keluar. Kayra tidak ingin tertarik. Tapi tubuhnya mengingat caranya berbicara, cara dia menatap tanpa berkedip, dan suaranya yang membekas seperti napas di tengkuk.

Ia tahu: Valen tidak akan menyerah hanya dengan satu pertemuan. Dan Kayra… tidak yakin apakah ia ingin dia menyerah.

Di sisi lain kota, Valen masuk ke ruang bawah tanah di salah satu gudang miliknya.

Luca menyambutnya dengan sebuah map.

“Kayra Leone. Usia 29. Mantan atlet MMA. Menang 17 kali, kalah 1, karena cedera. Ayah tentara. Ibu meninggal muda. Tinggal sendiri sejak umur 19. Sekarang freelance trainer, kadang ambil job security untuk event-event bawah tanah.”

Valen membuka map itu. Di dalamnya ada foto Kayra dari berbagai sudut. Salah satunya saat dia melatih anak-anak di komunitas setempat.

“Aku ingin semua yang bisa membuatnya tetap dekat denganku. Tapi jangan sentuh dia. Jangan ganggu. Dia… tidak seperti yang lain.”

Luca mengangguk, lalu ragu.

“Kamu yakin dia bukan ancaman?”

Valen tersenyum tipis.

“Dia adalah ancaman. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku ingin ancaman itu tetap di sampingku.”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Milik Sang Bayangan   Bab 7

    Malam turun perlahan di vila tepi pantai milik Valen Moretti. Angin laut membawa bau asin dan suara ombak yang menghantam lembut bibir pasir. Di dalam, cahaya lampu kuning menggantung hangat di ruang tamu berlangit tinggi, memantulkan siluet tubuh dua manusia yang tak lagi saling menyembunyikan ketertarikan mereka.Kayra duduk di lantai, bersandar di kaki sofa, mengenakan oversized shirt milik Valen yang kebesaran di bahunya. Rambutnya masih basah karena mandi, dan matanya sibuk menelusuri berkas-berkas tua yang tergeletak di meja rendah: peta, catatan tangan, dan beberapa foto yang lusuh.Valen berdiri tak jauh, memandangi perempuan itu. Bukan dengan nafsu, kali ini. Tapi sesuatu yang lebih dalam. Seperti menatap mata pedang setelah bertahun-tahun terjebak dalam perang.“Semua orang ingin jadi kuat,” kata Valen pelan, akhirnya bicara.Kayra menoleh. “Tapi tidak semua orang tahu caranya.”Valen mengangguk, melangkah pelan, lalu duduk di belakang Kayra, membiarkan punggung perempuan it

  • Milik Sang Bayangan   Bab 6

    Cahaya malam masuk dari jendela kaca sempit di bagian atas ruang latihan bawah tanah. Sisa-sisa latihan hari itu masih terasa di udara, keringat, logam, dan jejak adrenalin yang menggantung.Valen berdiri membelakangi Kayra, membersihkan salah satu pistol kesayangannya dengan tangan tanpa sarung. Kaosnya menempel basah di punggung, memperlihatkan garis-garis otot yang seperti diukir dari batu. Kayra berdiri di seberang ruangan, memutar pisau kecil di tangannya, senjata lipat ringan yang tadi ia ambil hanya untuk main-main.“Malam ini sepi sekali,” ucap Kayra sambil melangkah pelan ke arahnya. “Aku pikir markas mafia biasanya sibuk. Penuh suara teriakan, langkah kaki tergesa, atau orang berdarah yang menyeret diri ke ruangan ini.”Valen tak menoleh. “Malam ini aku matikan semuanya.”“Kenapa?”“Karena aku tahu kamu akan datang.”Kayra berhenti hanya beberapa langkah di belakangnya. “Jadi kamu menungguku?”“Aku tidak pernah menunggu siapa pun. Tapi kamu… membuatku mau melakukannya.”Vale

  • Milik Sang Bayangan   Bab 5

    Gudang senjata Valen tidak seperti tempat penyimpanan ilegal biasa. Ini lebih seperti museum kekuasaan, tertata rapi, simetris, penuh dengan koleksi senjata dari berbagai benua, dari pisau belati hingga sniper buatan tangan. Lampu sorot lembut memantulkan kilau baja dan krom. Semua tertutup kaca pelindung, terkunci dengan sistem biometrik.Tapi pagi ini, untuk pertama kalinya, kunci itu dibuka untuk seseorang selain Valen.Untuk Kayra.“Ini tempat yang menarik untuk ajakan kencan,” gumam Kayra, melangkah masuk dengan tangan di saku jaket kulitnya.Valen, berdiri di tengah ruangan, menyerahkan pistol ke tangan perempuan itu. “Ini bukan kencan. Ini tes kepercayaan.”Kayra menerima pistol itu tanpa ragu, memeriksanya secepat tentara.“Glock 19 Gen 5. Modifikasi custom. Kamu tahu aku lebih suka tangan kosong, ‘kan?” Ucap Kayra. Valen mendekat. “Kalau kamu harus pilih antara menyentuh kulitku atau memegang senjata, kamu pilih yang mana?”Kayra memutar bola mata. “Pertanyaan konyol.”Tapi

  • Milik Sang Bayangan   Bab 4

    Gudang itu sunyi pagi-pagi buta. Cahaya matahari masih tertahan oleh jendela-jendela kaca besar yang tertutup tirai hitam. Di tengahnya, lantai kayu mengilap menghampar luas, dikelilingi oleh rak senjata, punching bag, dan dinding cermin panjang. Tempat ini bukan sekadar ruang latihan.Tempat ini adalah arena. Dan Valen Moretti telah mempersiapkan medan tempurnya dengan sangat pribadi.Pintu besi bergeser otomatis. Kayra masuk mengenakan setelan training hitam-hitam, legging dan sport bra yang memperlihatkan perut kotaknya yang sempurna. Rambutnya dikepang ke belakang. Tatapannya dingin, fokus. Tapi napasnya… sudah mulai panas bahkan sebelum mereka bertarung.Valen berdiri di tengah arena. Tanpa jas, hanya celana latihan dan kaus tipis yang membentuk lekuk otot punggung dan dadanya dengan jelas. Ia terlihat seperti petarung sejati, meskipun tubuhnya lebih sering memerintah daripada bertempur.“Mengira aku akan terlambat?” tanya Kayra, menyibak rambutnya ke bahu.Valen menyeringai keci

  • Milik Sang Bayangan   Bab 3

    Restoran itu berdiri di atas bukit kecil di sisi timur Melbourne, tersembunyi di balik pagar tanaman yang dirawat rapi dan dinding batu kapur putih bergaya Mediterania. Tempat itu hanya buka untuk tamu pilihan, dan hanya menerima reservasi dari orang-orang dengan nama belakang yang bisa membuat pintu terbuka tanpa diketuk.Kayra tidak menyangka dia akan kembali bertemu pria itu begitu cepat. Tapi pesan singkat datang tadi pagi:“Makan malam. Tempat yang tidak ada kamera. Aku ingin kamu duduk di depanku tanpa rasa curiga.” – V.”Tak ada permintaan. Hanya pernyataan. Seolah dia tahu Kayra akan datang.Dan anehnya… ia memang datang.Mobil hitam yang mengantarnya berhenti tepat di depan pintu masuk. Seorang pelayan berseragam abu-abu dengan sarung tangan putih membungkuk saat membuka pintu.“Selamat datang, Nona Leone. Tuan Moretti telah menunggu.”Kayra berjalan masuk melewati lorong marmer, diiringi nyala lilin gantung dan aroma anggur tua. Di ujung ruangan, Valen sudah duduk. Kali ini

  • Milik Sang Bayangan   Bab 2

    Matahari Melbourne naik lambat ke balik kaca jendela apartemen Kayra, memantulkan siluet tubuhnya yang berdiri di depan cermin. Kaus hitam tanpa lengan menempel di tubuhnya yang berkeringat. Gerakan pukulannya cepat, teratur. Ia sedang latihan shadow boxing, sebuah rutinitas pagi yang tak pernah ia tinggalkan. Tangannya berhenti ketika suara notifikasi ponsel bergetar di meja. [Pesan Masuk: Nomor Tidak Dikenal] “Kau yang memukul seperti petarung. Dinner malam ini, pukul 8. Jangan tolak. Aku tidak suka mengulang undangan dua kali.” – V. [Location] Alis Kayra terangkat. Ponselnya langsung ia kunci kembali. Ah, ini orangnya. Jadi dia mencariku, pikirnya. Dan dia berhasil. Kayra tidak bertanya bagaimana pria itu mendapatkan nomornya. Orang seperti dia… pasti punya jalan. Tapi yang membuat Kayra lebih terusik bukan pada fakta bahwa pria itu mengundangnya makan malam. Melainkan pada kenyataan bahwa ia tidak langsung menolak. Sore harinya, langit mulai gelap saat Kayra berdiri di de

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status