Share

Apartement

Author: Pebyuna
last update Last Updated: 2025-09-27 20:58:18

Esok paginya, aku sudah bersemangat dengan berbagai hidangan yang siap kukemas untuk pak James. Kali ini aku memasak menu yang sama dengan kemarin, tapi juga menambahkan menu lain agar bisa dinikmati pak James untuk makan siang dan makan malam. Ini kesempatan baik untukku mendekati pak James.

Aku memasak rendang daging juga. Kupikir makanan ini bisa sedikit tahan lama, jadi bisa dimakan nanti siang atau malam. Dino sedikit kebingungan saat aku masak cukup banyak hari ini. Setelah kuberi tau bahwa ini pesanan bosku, dia mengangguk mengerti, tak bertanya lagi.

Setelah siap, aku mengirimkan pesan pada pak James, bertanya di mana alamat rumahnya. Meskipun aku sekretarisnya, tapi sejauh ini, aku tidak tau rumah pasti pak James. Kabarnya beliau punya banyak rumah, tapi rumah utama yang ia tinggali bersama nona Claire cukup rahasia. Tadinya aku ingin mengirimkan melalui jasa antar saja, tapi kalau dipikir-pikir, ini kesempatan bagiku untuk mendekati dan tau lebih banyak tentang pak James. Mumpung nona Claire sedang tidak ada di rumah. Jadi, aku memutuskan untuk mengantarnya langsung sekalian nanti pergi ke rumah sakit.

Bunyi ponselku membuatku segera bersiap pergi. Aku membuka pesan dari pak James dan mengernyitkan dahiku heran. Bukankah ini alamat apartemen mewah di kota ini? Apakah pak James selama ini tinggal di apartemen, bukan rumah megah miliknya?

Memilih bodoh amat, aku segera pergi menggunakan ojek online, malas jika harus mengendarai motor sendiri. Jaraknya lumayan jauh, hampir 50 menit dengan jalanan yang sedikit macet. Akhirnya, aku sampai.

Aku menatap takjub lingkungan apartemen mewah ini. Kalau aku tinggal di sini, mungkin aku akan betah di rumah saja tanpa keluar. Tanganku bergerak untuk memotret apartemen mewah itu, lalu mengirimkannya kepada pak James sebagai bukti bahwa aku sudah sampai.

Namun, rupanya pak James menyuruhku untuk naik ke atas. Mengantarnya langsung ke depan apartemennya.

Unit miliknya berada di lantai 12. Tanganku terlurur memencet bel unitnya, tak lama pak James membuka pintu. Ia tersenyum lebar dan menyuruhku masuk. Aku menatapnya takjub. Pak James terlihat 10 tahun lebih muda saat mengenakan pakaian rumahan dengan rambut sedikit berantakan. Tak menunggu lama, aku mengikutinya masuk.

Mataku tak henti-hentinya menatap takjub apartemen milik pak James ini. Sederhana tapi terlihat berkelas. Di dalamnya sangat rapi. Pak James menyuruhku duduk di sofa. Tapi aku memilih untuk izin ke dapur untuk meletakkan makanan bawaanku.

"Bapak udah sarapan?"

Pak James menggeleng pelan. Mengikuti ke dapur dan mengambilkan air mineral dingin untukku. "Mau sarapan sekarang? Biar saya siapin," tawarku.

Pak James menyetujuinya. Ia berjalan duduk di meja makan. Kurasa dia sedang mengamatiku yang sedang menyiapkan makan untuknya. Kulirik sekilas, benar saja. Pak James sedang menatapku dengan senyum lebarnya. Aku menunduk, menahan sekuat tenaga agar tidak ikut tersenyum. Tapi, pipiku terasa memanas. Sial, aku merona.

"Kamu sekarang terlihat seperti seorang istri yang menyiapkan sarapan untuk suaminya, Diana." Pak James tertawa. Ah, dia menggodaku.

"Wajahmu memerah, Diana. Persis seperti seorang perawan yang belum pernah tersentuh laki-laki," ucapnya lagi.

Aku mendengus kesal sambil menatapnya. "Ya, memang saya perawan, Pak," kataku spontan. Kulihat, pak James seperti terkejut.

"Kamu beneran masih perawan, Diana?" tanyanya, mencoba memastikan. Aku hanya mengangguk asal. Memangnya ada yang salah dengan perawan?

"Wahhh." Pak James menatapku takjub. Aku memutar bola mataku malas. Kekaguman pak James justru membuatku merasa jelek. "Jarang sekali ada perempuan yang menjaga dirinya di zaman sekarang. Kamu hebat, Diana. Jangan mudah menyerahkan dirimu pada laki-laki. Laki-laki sekarang banyak yang tidak bisa diandalkan," ucapnya.

Kenapa ini. Rasanya, pak James sedang menyindirku. Aku berniat menggodanya dan dia bilang agar aku menjaga diri? Hah, permainan macam apa ini.

Sepiring menu sarapan sudah terhidang di depan mata pak James. Beliau segera menyantapnya setelah aku mempersilakan. "Ada rendang juga, Pak. Bisa buat lauk nanti siang atau malam. Saya taruh di kulkas Bapak. Bapak tinggal masak nasi dan hangatin lauknya aja."

Pak James mengangguk. "Kamu nggak ikut makan?" tanyanya.

Aku menggeleng. "Saya sudah sarapan di rumah."

"Harusnya kamu makan bersama saya, agar saya tidak sarapan sendiri. Saya jadi tidak enak menyuruhku kamu memasak dan mengantarkannya ke sini."

Aku tertawa pelan. "Kalau gitu, naikin gaji saya, Pak. Anggap aja sebagai ucapan terima kasih," godaku sambil mengedipkan sebelah mata. Aku tidak tau kenapa tiba-tiba aku jadi seberani ini pada Pak James. Mungkin efek tidak sedang bekerja. Jadi aku merasa pak James tidak bisa memarahiku karena alasan keprofesionalitasan sekarang.

Pak James ikut tertawa. "Sudah saya pikirkan, Diana. Bekerjalah lebih lama lagi, nanti akan saya kasih naik gaji."

Senyumku perlahan luntur. Menyadari bahwa aku akan hengkang menjadi sekretaris pak James kurang lebih sebulan lagi. Mungkin menyadari raut wajahku yang berubah, pak James menegurku.

"Kenapa, Diana? Kamu tidak berniat bekerja lebih lama. dengan saya?"

Aku tersadar dan menggeleng. "Ah tidak. Tentu saja saya mau naik gaji." Pak James sepertinya tidak puas dengan jawabanku. Tapi, aku segera mengalihkan topik. "Bapak tinggal di apartemen ini?"

"Ya. Saat Claire tidak di rumah, saya sering tidur di sini. Rumah saya terlalu besar untuk saya tinggali sendiri."

Aku mengangguk paham. Diam cukup lama. Mencoba mencari topik lain selagi pak James menikmati sarapannya. Jujur, aku merasa awkward sekarang.

"Pak James dulu ketemu nona Claire di mana?" tanyaku.

Pak James menghentikan suapannya. Lalu menatapku cukup lama. Aku cukup kikuk, merasa salah berbicara. Tapi, pak James akhirnya tetap menjawab pertanyaanku.

"Di sini," jawabnya. Dia melanjutkan makannya. Sementara aku dibuat bingung dengan jawabannya. Di apartemen ini maksudnya? Bagaimana bisa?

"Kamu tau, cinta satu malam. Kami pertama kali bertemu di sini, tidur bersama."

Aku terkejut. Saking terkejutnya sampai menutup mulutku dengan tanganku. Pak James malah menertawakanku. "Sudah kuduga, perawan sepertimu pasti akan terkejut mendengar jawabanku," katanya.

"Maksud saya, kalian pertama kali kenal dari mana?"

"Ya di sini." Aku memutar bola mataku. Sementara pak James kembali menertawakanku. "Kami tidak saling kenal sebelumnya. Hanya saja saya tau dia anak dari salah satu rekan kerja orang tua saya. Dan yah, kami melakukannya di pertemuan pertama," katanya frontal. Aku meringis kikuk. Tidak menyangka kisah cinta pak James dan nona Claire sangat tidak romantis seperti ini.

"Tapi, pak James mencintai nona Claire?"

Pertanyaanku membuat raut wajah pak James berubah datar. Namun, dengan cepat dia kembali tersenyum lebar. "Ya, tentu saja. Dia istri saya. Tentu saja saya sangat mencintainya," ucapnya.

Aku mengangguk saja. Tapi, pikiranku berkelana. Pak James, sepertinya tidak benar-benar mencintai nona Claire. Dia bersikap seperti mencintai nona Claire, sebab nona Claire adalah istrinya. Tapi, mengingat pernikahan mereka yang menginjak usia 10 tahun, membuatku ragu jika pak James tidak mencintai nona Claire.

Mungkinkah, ini yang ingin dipastikan nona Claire? Apakah pak James benar-benar mencintainya atau tidak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Sadar

    Hari ini aku tak masuk kerja. Seperti yang sudah kukatakan pada pak James beberapa waktu lalu. Hari ini jadwal ibu operasi, jadi aku ingin menemaninya. Aku duduk merenung setelah 2 jam berlalu sejak ibu masuk ruangan operasi. Tidak, aku tidak memikirkan atau khawatir soal keadaan ibu. Dokter Danu paling ahli di bidang ini. Jadi, aku sangat percaya padanya bisa melakukan yang terbaik untuk ibu. Kondisi ibu juga berangsur membaik, jauh lebih baik dari sebelumnya sebelum masuk kamar operasi. Jadi, harusnya ibu akan baik-baik saja. Pikiranku justru berkelana pada kondisi pak James. Setelah hari di mana pak James mengatakan bahwa ia mandul, aku sedikit khawatir. Pak James mungkin berpikir jika ia sangat bertanggung jawab atas kejadian malam bersama nona Claire. Lalu, saat tau dirinya tidak bisa menghamili nona Claire, pak James merasa semakin bersalah. Mungkin itu sebabnya pak James begitu putus asa. Nona Claire yang berseli

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Kebenaran yang Mengejutkan

    "Diana, menurutmu, perempuan lebih suka laki-laki yang membebaskannya untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan, atau mengekangnya dengan segala aturan?" Pak James tiba-tiba berhenti mengunyah. Ia manatapku, menunggu jawaban. Saat ini, kami sedang berada di warung nasi padang yang sama seperti yang kami kunjungi beberapa waktu lalu. Ini kedua kalinya pak James mengajakku kemarin. Tadinya, kupikir pak James akan mengurung diri di ruangannya setelah masalah yang ia hadapi dengan nona Claire. Tapi, ternyata tidak. Ia malah mengajakku ke sini. "Tentu saja pilih laki-laki yang membebaskan saya untuk melakukan segala hal yang saya mau. Tapi, bukan dalam artian sebebas-bebasnya. Perempuan itu suka diperhatikan, Pak. Jadi, dibebaskan dalam artian didukung, asalkan itu baik. Memangnya kenapa, Pak? Tumben Bapak tanya hal seperti ini?" Pak James hanya menggeleng pelan, lalu kembali menyantap makanannya. Membuatku bertanya-tanya. Apakah ini ada hubungannya dengan nona Claire. "Em, saya

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Kabur?

    "Selamat pagi, Pak," sapaku pada Pak James yang sedang sibuk menatap layar tablet miliknya. Kacamata yang ia pakai menambah kesan wibawa. Pak James menatapku, lalu melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di meja. "Selamat pagi, Diana," jawabnya dengan senyum samar. Ia memandangku aneh, sedikit menaikkan alisnya. "Kamu sedang tak enak badan?" tanyanya. Aku sedikit bingung awalnya. Namun, pak James melirik syal yang kukenakan, membuatku paham maksud pertanyaannya. Aku segera menggeleng pelan, lalu akhirnya mengangguk karena kupikir akan lebih baik jika aku berbohong. "Iya, sedikit tidak enak badan pak James. Tapi saya masih kuat bekerja," kataku. Pak James menatapku seakan tak percaya. Tapi, pada akhirnya ia mengangguk saja. Lagipula, tidak mungkin juga jika aku mengatakan yang sejujurnya. Pak James mungkin tidak akan mengingatnya dan malah menuduhku yang tidak-tidak. Karena semalam dia mabuk. Bahkan setelah pelepasannya, dia langsung a

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Melanjutkan Kegiatan

    Rupanya dugaanku salah. Bukannya menghentikan kegiatannya, Pak James malah kembali menciumku secara brutal. Tangannya sudah menyusup ke punggungku, melepaskan kaitan bra yang kukenakan. Tanganku segera menutupi dua asetku yang tak lagi tertutup bra. Pak James kembali menegakkan badannya, lalu diam menatap bagian depanku dengan mata berkilat nafsu. "Jangan ditutup, Diana. Tidak baik menutupi sesuatu yang sangat indah ini," ucapnya parau, sambil mencoba menyingkirkan kedua tanganku. Aku masih mencoba menahan tangan pak James, tapi tenagaku tak cukup kuat. Dengan sekali sentak, pak James berhasil menyingkirkan kedua tanganku dari dua bongkahan milikku. Tanganku ditarik ke atas, membuat dadaku lebih condong ke arahnya. Dan tanpa aba-aba, pak James langsung menenggelamkan kepalanya ke sana. "Ah.... Bapak hentikanhh." Pak James menghirup dalam-dalam aroma tubuhku. Ia juga kembali memberikan tanda di san

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Affair

    Setelah kejadian di dapur apartemen pak James hari itu, aku memutuskan untuk pulang. Pak James tak lagi menghubungiku. Akupun juga tak berniat menghubunginya. Aku butuh waktu, khususnya untuk memikirkan rencanaku selanjutnya. Ada rasa takut ketika mendengar kenyataan bahwa pak James mungkin tertarik padaku, juga tubuhku. Meskipun nona Claire memintaku untuk menggunakan tubuh untuk menggoda pak James—dan sudah kulakukan, nyatanya ada perasaan takut jika hal-hal yang melewati batas akhirnya terjadi. Pak James laki-laki normal. Dia bilang sendiri padaku. Artinya, apakah aku sudah menemukan jawaban yang nona Claire minta? Apakah aku harus menghentikan pekerjaan ini sekarang dan memberi tau nona Claire bahwa pak James tidak setia padanya? Tapi, apa yang akan dilakukan nona Claire selanjutnya setelah mengetahui hal ini? Apakah mereka tetap melanjutkan pernikahan atau malah memutuskan bercerai? Jika bercerai, bukankah aku terlalu jahat pada pak J

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Gotcha

    Perbincanganku dengan pak James masih berlanjut. Tapi kini kami sudah berpindah duduk di sofa. Di depan kami, televisi besar pak James menyala, menampilkan salah satu tayangan berita yang begitu membosankan menurutku. "Em, kalau boleh tau, nona Claire pergi ke mana, Pak? Kenapa Bapak tidak ikut saja? Ini kan weekend." Aku menoleh ke arah Pak James yang tampak fokus menonton berita. Pak James sepertinya sangat tertarik dengan dunia politik, juga berita kriminal. "Swiss. Dia sedang liburan. Menikmati waktu sendirinya. Kamu tau, perempuan terkadang butuh me time." Aku mengangguk saja. Tapi, batinku seakan tidak setuju. Sebagai seorang perempuan yang masih lajang, aku justru memiliki harapan untuk bisa pergi liburan dengan kekasihku. Untuk me time, akan lebih baik jika hanya untuk kegiatan murah, seperti tidur, baca buku, ngopi santai. Tapi liburan di Swiss, sayang sekali jika tidak bersama pasangan. "Bapak membiarkannya per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status