Share

Sahabat Terbaik

Penulis: Novita024
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-20 23:09:34

"Diana, sejak kapan kamu disini?" tanya Lia yang melihat Diana sudah berada di depan pintu apartemen miliknya.

Diana berlari menghampiri Lia sambil tersenyum cengengesan. "Sekitar lima menit yang lalu."

Lia hanya manggut-manggut mengerti.

"Dia siapa?" tanya Diana saat melihat pemuda tampan yang berdiri di samping Lia.

Lia menepuk pelan dahinya, hampir saja ia lupa dengan keberadaan Rian.

"Kenalin, ini Rian. Dia adalah rekan di tempatku berkerja," Lia memberi jeda sesaat. "Rian, ini Diana sahabatku."

"Hai Diana," sapa Rian begitupun sebaliknya. Ia mengulurkan tangannya yang langsung disambut riang oleh Diana.

Mata Diana seperti tidak mau lepas dari Rian, pemuda tampan tersebut seolah menghipnotisnya dengan pesona yang tampak menyilaukan.

Rian yang merasa sedikit risih dengan tatapan Diana memilih pamit pergi. "Aku balik dulu ya."

Lia tersenyum singkat. "Iya."

Lia menoleh ke Diana, gadis itu terdiam seperti patung, mulut yang sedikit terbuka dan mata yang yang terus menerawang mengikuti kepergian Rian.

"Diana."

"Diana," panggil Lia kembali. Namun, gadis tersebut masih sibuk dengan dunianya.

"Woii! Ilernya tumpah tu," peringat Lia.

Dengan gerakan cepat, Diana mengatup bibirnya dan mengelap area sekitar mulut.

"Gak ada kok," bantah Diana yang sukses membuat Lia tertawa terpingkal, yang benar saja, Diana begitu polos mempercayai perkataannya.

Melihat Lia yang tertawa ngakak membuat Diana tersadar, bahwa dirinya baru saja dibohongi Lia.

"Dasar temen lucnat," cerca Diana kesal.

"Habisnya kamu sih, lihat cowok sampe segitunya." Jujur Lia sembari menggelengkan kepalanya.

Diana kembali tersenyum cengengesan, ia membayangkan wajah Rian kembali.

"Udah cukup halunya, cepat masuk," ajak Lia yang sudah membuka pintu.

Diana kemudian mengikuti langkah Lia masuk ke dalam kamar apartemen. Ia melepaskan sepatu dan menggantinya dengan sandal begitu pula dengan Lia.

"Oh ya, kenapa kemari?" tanya Lia saat keduanya duduk di sofa.

Diana melirik sekilas Lia dengan ekor matanya. "Kenapa tidak suka aku menginap di sini."

"Bukan itu, aku hanya bingung, bukankah ibumu baru pulang kemarin. Ku pikir kalian akan menghabiskan waktu bersama," ucap Lia jujur.

Diana tertawa hambar. Andai saja yang dikatakan Lia itu benar maka, ia dan ibunya mungkin sedang bersama sekarang tetapi, hal tersebut tidak terjadi. Ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

"Mama balik ke London, katanya terjadi beberapa kendala untuk ajang fashion bulan ini, itu sebabnya dia harus kembali kesana." terang Diana menunduk.

Lia sungguh mengerti perasaan Diana saat ini. "Jangan sedih gitu dong, kan ada aku."

Lia merentangkan kedua tangannya bermaksud memeluk sahabatnya itu namun, Diana langsung mencegah pergerakannya.

"Mandi dulu sana!" Peringat Diana menepis tangan Lia agar menjauh darinya.

Sementara Lia hanya tersenyum kikuk, ia kemudian bangkit dari sofa dan pergi ke kamar mandi.

🍀 🍀 🍀

Setelah selesai mandi, Lia mencium aroma makanan yang membuat perutnya keroncong, dengan cepat ia memakai pakaian dan pergi ke dapur.

Di sana ia mendapati Diana yang tengah sibuk berkutat dengan alat masak, memang tidak dapat diragukan lagi, selain cantik Diana juga pintar memasak. Kemampuan memasaknya bahkan mampu menandingi chef bintang lima. Sebenarnya Lia juga bisa memasak hanya saja tidak se pandai Diana. 

Diana adalah gadis yang berasal dari masyarakat kalangan atas atau bisa di bilang, orang yang lumayan terpandang. Orang tuanya termasuk pengusaha kaya di negeri ini. Namun sikap Diana tidak seperti anak orang kaya kebanyakan. Ia tidak pernah sombong atau pemilih dalam berteman itulah hal yang paling dikagumi Lia.

Lia ingat, Saat mereka kuliah dulu, dimana semua orang sibuk memamerkan tas bermerek tetapi, Diana ia sama sekali tidak tertarik, padahal hampir setengah dari barang mahal tersebut berasal dari perusahaan fashion yang dikelola ibunya. Ia bisa saja meninggalkan Lia dan berteman dengan gadis yang setara dengannya. Namun, Diana tidak melakukannya, ia lebih suka hidup sederhana asalkan hal tersebut membuat dirinya nyaman.

Sungguh Lia amat beruntung memiliki sahabat seperti Diana.

"Ngapain diam disitu, lagi merenungkan nasib," tuduh Diana yang menyadari kehadiran Lia, ia kini tengah sibuk menyajikan pasta di atas piring.

"Anggap saja iya," sahut Lia yang telah duduk di kursi. "Wahh, pasta seafood."

Mata Lia ikut berbinar melihat makanan yang tergeletak tepat didepannya, bukan hanya itu, liurnya serasa ikut menetes.

Setelah selesai memasak, Diana melepas celemek yang ia gunakan dan duduk di kursi.

"Boleh dimakan sekarangkan?" tanya Lia memastikan.

"Gak, sepuluh tahun kemudian baru boleh di makan," ketus Diana.

"Keburu mati kelaparan kalau gitu," sahut Lia asal.

Setelah itu tidak ada suara, keduanya sibuk menyantap makanan dalam diam.

"Enak banget," puji Lia setelah menghabiskan sepiring pasta hanya dalam waktu singkat.

Diana tersenyum bangga. "Tentu saja kan aku yang masak."

Lia langsung menghadiahkan keduanya jempolnya kepada Diana.

"Aku gak perlu dua jempol darimu, cepat cuci piring sana." ujar Diana menunjuk piring kotor dengan dagunya.

"Siap bos," balas Lia, ia segera mengumpulkan piring kotor lalu, mencucinya.

* * *

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Miss Gagal Move On   Masa Lalu

    Saat kamu pergi, tidak ada lagi kata 'baik-baik saja' di dalam hidupku.***FlashbackSore itu Lia tersenyum senang manatap layar ponselnya dengan tatapan berbinar, ia tampak sesekali melompat kegirangan."Aku akan segera menemui." ujar Lia penuh semangat. Senyum di wajahnya tampak begitu indah. Seindah langit senja kala itu.Lia sudah berjanji untuk bertemu Arka di sebuah jembatan dekat kampus, tak berapa lama, orang yang ia tunggu akhirnya datang. Lia langsung menyambut Arka dengan senyum terbaiknya."Hai sayang," sapa Lia, ia langsung mengandeng tangan Arka. Arka hanya diam, ia menatap dalam manik mata Lia. "Ada apa?" tanyanya ketus. Kemudian menepis tangan Lia begitu saja.Lia yang menyadari perubahan raut wajah Arka, merasa aneh sekal

  • Miss Gagal Move On   Aku baik-baik saja

    Jika cinta datang hanya untuk menyakiti, tak bisakah ia pergi tanpa mengiris hati.***Diana duduk sendirian di bangku taman, ia melimpah segala rasa sedih yang di tahannya di dalam hati. Ia menangis hingga terisak pilu, tidak perduli, orang-orang yang melewati dengan tatapan bingung.Suara ponsel mengalihkan perhatian Diana, ia menghapus segera air matanya dan mengatur suaranya agar tidak terdengar serak."Iya halo," sahut Diana dengan nada riang yang dibuat-buat."Maaf Mbak, naskah novel yang anda ajukan satu bulan lalu, tidak bisa kami terima karena tidak sesuai dengan keinginan penerbit," terang suara seberang.Diana berusaha tegar, ia tidak berusaha untuk berdebat tentang naskahnya dan mengakhiri percakapan tersebut seadanya. "Tidak masalah, saya mengerti."Setelah mematikan ponselnya, Diana kini kem

  • Miss Gagal Move On   Apa itu rasa sakit?

    Untuk membuat orang yang kucintai bahagia, aku tidak harus ikut bahagia bukan? ~Diana~ Diana segera ke rumah sakit begitu mengetahui bahwa Lia dan Arka di serang preman. Diana langsung berlari memeluk Lia yang ketakutan di ruang tunggu. "Lia tenanglah, Arka akan baik-baik saja." "Diana aku takut, aku takut kejadian itu terulang lagi," tutur Lia sambil terus terisak, tubuhnya masih bergetar ketakutan. "Aku ini pembawa sial Diana, aku ini pembunuh!" Diana melepas pelukan mereka kasar. "Cukup Lia! Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, kejadian itu bukan karena ulahmu, semua hanya takdir dan kamu tidak bisa menghindar." Diana memegang erat kedua tangan Lia. Ia mencoba untuk terus meyakinkan Lia bahwa apa yang terjadi memang telah di takdir kan tuhan. "Mulai hari in

  • Miss Gagal Move On   Perlakuan yang Berbeda

    Rasa khawatir di matamu, membuktikan bahwa, kamu masih begitu mencintaiku.Bisakah aku menyimpulkan begitu?~Arka~Di sisi lain, Diana kini tengah sibuk mengambil kotak P3K yang berada di lemari atas.Seseorang datang dari belakang dan mengambil kotak P3K yang sejak tadi berusaha di raih Diana.Diana sedikit terkejut, ia berbalik melihat orang yang sudah mengambil benda tersebut."Rian, kok kamu ada di sini?" tanya Diana heran, padahal sebelumnya ia yakin Rian tadi duduk di ruang tamu."Ya mau bagaimana lagi, masak aku di tinggal sendirian." tutur Rian seadanya.Sebenarnya, Diana tidak bermaksud meninggalkan Rian sendirian di ruang tamu. Namun, luka di tangannya tiba-tiba berdenyut nyeri yang membuat Diana memutuskan untuk mengobati lukanya terlebih dahulu.

  • Miss Gagal Move On   Tamu tak Diundang

    Diana yang tak berhenti tersenyum sambil cengengesan tidak jelas membuat Lia merasa sedikit geli sekaligus aneh.Lia mengibaskan tangannya beberapa kali di depan wajah Diana. "Woi, kerasukan setan ya."Diana terkejut, ia menatap kesal ke arah Lia. "Enak aja, aku masih sadar tau."Sementara Lia hanya menaikan kedua bahunya acuh, tangannya mulai berselancar mengambil salah satu makanan yang telah di siapkan Diana."Aww, sakit. Kok tanganku dipukul sih." Lia sedikit meringis."Cuci tangan dulu sono!"Lia mendelik sebentar ke arah Diana, tiba-tiba muncullah ide lincik di otak cantiknya, Perut yang sudah keroncongan tidak bisa menunggu lagi, intinya Lia harus mendapat sepotong tempe goreng untuk mengganjal rasa lapar."Eh, Rian udah datang," Diana menolehkan wajahnya mengikuti arah yang di tunjuk Lia. Nihil, tidak ada siapapun di sana, hanya ada sebuah pintu yang masi

  • Miss Gagal Move On   Sekertaris atau Pembantu

    Semenjak Lia resmi menjadi pembantu, ralat maksudnya sekertaris sekaligus pembantu lebih tepatnya. Kehidupan Lia berubah 360°, tidak di kantor ataupun di apartemen, Arka selalu saja memerintah dirinya. Lihatlah keadaannya sekarang, sangat berantakan, rambutnya bahkan tampak sedikit acak-acakan.Ia menghampiri meja kasir untuk membayar pesanan Arka. Dengan langkah tergesa Lia segera kembali ke kantor. Jika tidak, gajinya pasti akan terancam."Dasar manusia sadis, gak punya moral, gak pake perasaan, dedemit, alien, makhluk jadi-jadian." Ya meski ia terus berjalan menuju ruangan Arka, ia tetap tidak berhenti melantunkan sumpah serapah meskipun hanya bisa ia ucapkan di dalam hati.Tanpa sengaja, Lia menabrak seseorang yang membuatnya tersungkur jatuh, namun untunglah ia masih bisa menyelamatkan bungkus plastik di tangan, agar isinya tidak tumpah."Punya mata gak sih!" Teriaknya ke arah Lia. Padahal jelas-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status