"Hey, kak. Kartu apa ini?"Keesokan harinya, pagi hari menjelang siang, Diana yang saat ini memang sedang tak ada jam kuliah, berniat iseng masuk ke kamar Devan.Namun, gadis itu tak sengaja menemukan kartu berwarna emas yang tergeletak begitu saja di atas meja tepat di sebelah kasur Devan."Key, apa yang kau lakukan di kamarku? Kau ingin mengintipku?"Saat itu Devan yang baru saja memakai bajunya, dikejutkan dengan keberadaan Diana yang saat itu sudah duduk di kasurnya sambil memegang sebuah kartu yang baru kemarin di dapatkannya.Diana langsung berdiri dan tersenyum nakal saat mendengar apa yang diucapkan Devan.Sehingga membuat Devan tak sengaja memundurkan kepalanya, karena baru kali ini dia melihat adiknya sedikit liar."Kau sudah melihat punyaku, seharusnya aku juga harus melihat punyamu, cukup adil bukan?"Mata Devan terbelalak dengan mulut yang juga terbuka cukup lebar, saat itu Devan tahu tatapan Diana menuju ke bawah dimana rudalnya berada.Namun, saat mata Devan melirik ke
"Devan, bagaimana dengan acara nanti malam? Kau tidak melupakannya kan?"Devan menghembuskan nafas panjang lalu mengangguk meski Alvin yang bicara di seberang sana tak melihatnya."Tentu saja.... Kita akan ke sana."Mendengar jawaban dari Devan, wajah Alvin terlihat lebih cerah, lalu pemuda itu berniat mengakhiri sambungan tersebut.Namun ketika akan mengakhiri telefon yang masih tersambung itu, Alvin mendengar Devan berbicara di seberang sana."Alvin, aku juga mengajak Diana, dia ingin ikut bersama kita.""Baiklah, kita akan ke sana nanti."Panggilan itu pun akhirnya terputus, lalu Chris yang saat itu juga berada di dekat Alvin, bertanya pada temannya itu."Bagaimana?" Tanya Chris."Kita akan ke sana nanti malam."Mendengar jawaban dari Alvin barusan, membuat raut wajah Chris menjadi cerah dan lebih bersemangat."Baiklah, ayo kita selesaikan pekerjaan kita."Saat ini Alvin dan Chris masih berada di kantor pusat DB Investment untuk mengurus sesuatu sebelum pembukaan NexMedia Group yan
Jelas saat itu Calvin melihat keseriusan di wajah Alvin saat pemida itu mengatakannya barusan.Dan setelahnya Chris menyusul dengan senyuman miring yang jelas ditujukan kepada Calvin dan Nancy.Melihat tingkah keduanya yang terlihat percaya diri membuat Calvin mengerutkan keningnya.Sementara Nancy yang merasa bingung bertanya pada Calvin, "Sayang, apa yang terjadi? Bukankah mereka itu bawahanmu?"Alvin dan Chris sendiri setelah melangkahkan kaki mengikuti Devan dan adiknya, tersenyum canggung saat melewati para keamanan yang dari tadi memperhatikan keduanya."Maaf, Tuan. Malam ini seluruh kamar di hotel ini sudah penuh...." Ucap resepsionis hotel saat keempatnya datang mendekat.Diana yang saat itu berjalan paling depan menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Maaf, tapi kami bukan untuk menginap."Resepsionis itu menatap keempatnya sedikit heran, namun dia tetap berusaha tersenyum ramah, hingga akhirnya balas bertanya."Oh, maaf.... Jadi, katakan padaku, apa yang bisa aku bantu?""M
Mengabaikan pertanyaan Diana, kali ini Devan memandang kearah Nancy yang memperlakukan dirinya.Devan mulai meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Melihat sikap Nancy yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya.Bahwa wanita benar-benar mengerikan dari yang dia pikirkan. Namun menurut Devan, masih ada wanita yang tulus, dan itu tergambar jelas dalam diri Diana."Berikan padaku!...."Nancy langsung menyerahkan kartu berwarna hitam yang ada di tangannya, sesaat setelah Calvin meminta pada gadis itu.Calvin langsung tersenyum miring dan mengambil kartu itu dengan ujung ibu jari dan ujung telunjuknya. Seakan memegang kartu itu saja sudah membuatnya jijik."Imperium Luminary Black Card? Heh, apa kau bercanda?.... Kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukkan pada orang-orang itu hah?" Calvin mengejek Devan sambil menenteng kartu itu tinggi, seakan kartu itu mengandung sebuah virus berbahaya."Maaf, Tuan....""Calvin.... Aku Calvin Wall...." Jawab Calvin saat mendengar s
Alvin, Chris, dan juga Diana ikut membelalakkan matanya karena terkejut dengan apa yang di lakukan Regina Clayton.Terlebih Nancy dan Calvin yang lebih terkejut, saat melihat bagaimana manajer hotel itu memperlakukan Devan, benar-benar membuat mereka membeku.Melihat kejadian itu, suasana lobi hotel yang seharusnya ada banyak orang di sana tiba-tiba saja menjadi hening.Selain itu beberapa tamu yang baru saja datang juga ikut menyaksikan kejadian itu, membuat Devan merasa tak nyaman.Regina yang masih dalam keadaan membungkuk dengan kedua tangan memegang kartu, manajer hotel itu berniat menyerahkan kembali kartu tersebut.Meski merasa canggung namun sudah terjadi, Devan langsung mengambil kartu itu hingga akhirnya berucap."Oh, terima kasih.... Aku hanya ingin mengajak teman-temanku menghadiri pesta ulang tahun Nona Olivia, tapi aku melupakan kartu undanganku....""Tidak perlu.... Bahkan kartu emas untuk dijadikan undangan itu hanya mengambil ide dari kartu milik anda. Tentu saja kart
Saat itu Regina sudah menunggu keempatnya di depan sebuah lift yang baru saja terbuka.Regina sengaja membiarkan mereka masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti di belakang dan berbalik begitu dia masuk.Entah kenapa saat itu Alvin dan Chris baru menyadari betapa indahnya lekuk tubuh wanita yang baru saja masuk itu.Sehingga membuat mata keduanya sedikit terbelalak saat melihat Regina dari belakang.Setelah menekan tombol di sebelah pintu lift yang akan membawa mereka ke lantai dimana acara sesungguhnya itu diadakan, Regina kembali bersuara."Tuan Blackwell.... Sekali lagi aku meminta maaf atas ketidaknyamanan ini."Devan sendiri tahu bagaimana seorang profesional bekerja, lagipula dia juga tahu siapa yang memulai semuanya."Nona Layton, tidak perlu.... Aku tahu kau seorang profesional dan aku menghargai itu," ucap Devan menanggapi.Meski saat itu Regina tidak menghadap ke arah Devan, sempat gadis itu melebarkan matanya.Cepat Regina menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Teri
Mendengar ucapan Regina barusan, Ken benar-benar dibuat terdiam di tempatnya berdiri saat ini.Regina bisa saja bersikap lebih dari ini, karena bagaimanapun dia mengenal banyak orang-orang hebat di Luxburg.Tentu saja Regina juga tahu siaap Brent Owen ayah dari pemuda yang mengaku bernama Ken Owen ini.Namun karena dia tahu siapa Brent Owen itu, justru membuat Regina berani berkata seperti ini.Menurut Regina pemuda yang mengenakan pakaian sederhana dengan hoodie sebagai atasannya itu, memiliki seduatu yang bisa memastikan pemuda itu berada jauh di atas keluarga Owen.Manajer hotel itu sendiri sangat siap jika harus berhadapan dengan keluarga Owen. Akan tetapi, dia sama sekali tidak siap jika harus berhadapan dengan pemuda yang lebih memilih menyembunyikan identitasnya, dari pada orang yang memamerkan kekayaan keluarganya seperti Ken ini.Bagi Regina, pemuda seperti Devan sangatlah langka dan pasti sangat berbahaya. Membelanya tanpa mengungkapkan identitasnya adalah cara Regina menun
Mendengar suara seorang gadis yang berkata seperti itu, membuat semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.Saat itu Olivia Hamilton sudah berdiri di sebelah Nancy memotong pembicaraan gadis itu.Meski saat ini Olivia sendiri terlihat tersenyum, namun sangat jelas yang terjadi malam ini membuat gadis yang seharusnya menjadi bintang di acara ini, terlihat tidak senang."Olivia, kau terlihat sangat cantik.... Tapi lihatlah pecundang-pecundang ini, mereka berusaha menyelinap ke acara ulang tahunmu.""Ya, Olivia.... Aku yakin mereka sengaja memalsukan kartu itu dan berusaha menyelinap ke sini," ucap Nancy menyetujui apa yang dikatakan Tommy barusan."Aku tahu, aku yang mengundang mereka...."Nancy menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang dikatakan temannya itu."Itu maksudku, tidak mungkin kau mengundang mereka, jadi cepat usir pecundang-pecundang....""Nancy!...."Apa yang dikatakan Nancy barusan menguap begitu saja di udara, karena Olivia langsung memotong perkataannya."Aku y