Home / Romansa / Ms.Trouble / #4 Kehilangan

Share

#4 Kehilangan

Author: Jimi Muh
last update Last Updated: 2021-08-03 09:45:26

Seketika Salima berpikir bahwa yang terkapar di tengah jalan itu adalah Malik.

Ia keluar dan langsung berlari dari mobil, semua nasehat dari Malik tak ia perdulikan, yang ada pikiran saat itu hanya untuk segera melihat keadaan Malik.

Ketika hendak sampai di lokasi kejadian, satu persatu para pria berjaket hitam pergi berlalu dari tempat itu, yang ada hanya Dahlan yang tengah duduk di samping sebujur tubuh tak bergerak itu.

 Ketika sampai di tempat kejadian, Salima langsung histeris. Terlihat bercak darah bercucuran di sekitar lokasi itu.

"Malikkk, apa yang terjadi Dahlan, kau benar-benar sudah keterlaluan, akan kulaporkan kau ke polisi, atas tuduhan pembunuhan". Ancam Salima sembari mengusap air matanya.

"Harusnya aku yang bilang seperti itu, kamu liat nih yang tertembak ini siapa?". Seru Dahlan yang sedari tadi hanya menutup mukanya dengan sapu tangan.

Kemudian Salima melihat lebih dekat lagi dan ternyata itu bukan Malik, melainkan Jamal, teman geng motornya Dahlan.

"Astaga inikan Jamal teman kamu, lalu Malik dimana Dahlan?". 

"Dia melarikan diri setelah menembak mati Jamal". Tutur Dahlan. 

"Kamu jangan bercanda Dahlan, ga mungkin Malik melakukan hal itu". Seru Salima.

"Kalau dia ga salah lalu kenapa dia melarikan diri". Balas Dahlan membela diri. 

"Pokoknya saya tidak percaya semua kata-katamu Dahlan, kau adalah seorang penipu, aku sudah tau semua akal busukmu". Salima masih tetap tak percaya dengan semua perkataan Dahlan.

"Terserah kamu Sal, mau percaya atau tidak biarlah hukum yang bertindak". Pungkas Dahlan.

Dahlan merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menelpon pihak berwajib.

"Hallo selamat siang pak polisi, saya Dahlan mahasiswa ITB, melaporkan ada kejadian penembakan di jalan Sudirman no 38 dekat lampu merah". Tutur Dahlan melaporkan kepada polisi.

Selang beberapa menit, suara sirine polisi bagai halilintar menyambar, menggema di sepanjang jalan menuju tempat kejadian. Awak media pun tak luput ikut serta dalam peliputan kejadian itu. Satu persatu orang di sekitar lokasi ditanyai tentang bagaimana kronologi kejadian, ada yang menjawab dengan tidak tahu, ada pula yang mengoceh semaunya.

"Selamat siang pak, mohon maaf boleh minta waktunya sebentar, apa bapak melihat penembakan ini". Tanya reporter kepada tukang cilok di pinggir jalan.

"Maaf Mbak saya tidak tahu apa-apa, ketika saya kesini orang itu sudah mati di tengah jalan". Jawab tukang cilok dengan polosnya.

"Coba Mba tanya ke orang itu yang dekat mobil hitam, soalnya saya liat orang itu mendatangi si korban". Tambah tukang cilok sembari menunjuk aku dan Dahlan yang tengah duduk di samping mobil.

Seketika reporter balik arah dan segera mendatangi kami dengan langkah gontai.

"Selamat siang Mbak, Mas apa boleh minta waktunya sebentar?". Tanya reporter kepada kami.

"Boleh Mbak silahkan". Sahut Salima.

"Bagaimana kronologi kejadian penembakan ini". Tanya reporter

"Biasa Mba perkelahian anak muda". Dahlan angkat bicara.

"Apa Mas kenal pelaku penembakan dan juga si korban". Tambah reporter

"Pelaku penembakan adalah seorang penjahat ulung Mba, namanya Malik, dia biasa menganiaya mahasiswa sini". Dahlan bicara seenaknya.

"Tidak Mba, dia berbohong, sebenarnya Malik orang baik, dia (menunjuk Dahlan) sebenarnya yang mencegat mobil Malik ingin menganiayanya". Salima berusaha membela Malik.

"Kalau dia ga bersalah, terus kenapa dia kabur, kan aneh". Dahlan masih berusaha memojokkan Malik.

Di tengah wawancara itu datanglah polisi.

"Maaf apa Mas yang menelpon dan berada di tempat kejadian saat peristiwa penembakan". Tanya polisi kepada Dahlan

 "Iya pak saya". Jawab Dahlan

"Kalau begitu Mas harus ikut kami ke kantor polisi untuk menjadi saksi". Pungkas pak polisi

Tak lama setelah itu, datanglah ambulance. Tinuninu,,,,suara sirine menggema di sepanjang jalan, para perawat satu persatu menurunkan tandu darurat. 

Salima masih tak beranjak dari tempatnya. Memikirkan keadaan Malik yang hilang ntah kemana. 

"Kamu kemana Malik". Lirih Salima sembari menelpon Malik berkali-kali tak pernah di angkat. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ms.Trouble   #17 Malam Kelabu

    Malam semakin gelap, kabut di jalan semakin senyap, suara kepakan burung cabak terdengar nyaring, sesekali hinggap pada dahan pohon-pohon kering.Malik masih mencari neng Ayu, sesuai petunjuk dari tukang cilok yang ia temui selepas sholat Maghrib, Malik melangkah gontai menuju ke tempat rumah makan yang berada di samping kanan jalan.Dari kejauhan terlihat begitu ramai, sampai-sampai antrean panjang menjadi pemandangan indah saat kesan pertama sampai di rumah makan itu.Malik mencari sekeliling, matanya bagai burung elang yang mengincar mangsanya.Di Sudut kiri ia melihat wanita berjilbab berbaju hitam seperti yang neng Ayu kenakan. Ia hampiri.

  • Ms.Trouble   #16 Kau Ada Aku Tiada

    Senja bersinar di ufuk barat, menemani cahaya yang kian berlalu terganti oleh samar gelapnya malam.Hari mulai gelap, Malik bersama bapak Marzuki dan neng Ayu tengah berkemas pulang dari pasar menuju ke tempat peristirahatan."Neng pulang duluan yah sama A Malik bapak mau mampir ke rumah pak ustadz dulu di belakang pasar bilang yah sama ibu nanti pulangnya agak malaman". Cakap bapak memberit

  • Ms.Trouble   #15 Nasehat Cinta

    Matahari sepenggalah seperempat kepala, menandakan terik sinar matahari sudah hampir berada pada puncaknya. Hampir semua makhluk tengah mencari tempat untuk berteduh, ada yang di bawah rumah, kios-kios dan ada juga yang di bawah naungan rindangnya pohon-pohon besar.Tapi tidak dengan Malik yang masih asyik menjajakan dagangannya di pasar."Malik sini". Panggil bapak menyuruh Malik mendekat."Iya pak". Sahut Malik melangkah pelan berpaling dari ibu penjual getuk yang tengah kesusahan mencerna setiap saran dari Malik."Kamu jaga dagangan bapak yah, bapak mau pulang sebentar mau nganterin pesanan orang di kampung sebelah". Pinta bapak kepada Malik agar tak jauh-jauh dari dagangannya itu.

  • Ms.Trouble   #14 Hasil Memuaskan

    Matahari sepenggalah seperempat kepala, menandakan terik sinar matahari sudah hampir berada pada puncaknya. Hampir semua makhluk tengah berteduh di bawah naungan rindangnya pohon-pohon besar.Tapi tidak dengan Malik yang masih asyik berdagang di pasar."Malik sini". Panggil bapak menyuruh Malik mendekat."Iya pak". Sahut Malik melangkah pelan berpaling dari ibu penjual getuk yang tengah kesusahan mencerna setiap saran dari Malik."Kamu jaga dagangan bapak yah, bapak mau pulang sebentar mau nganterin pesanan orang di kampung sebelah". Pinta bapak kepada Malik agar tak jauh-jauh dari dagangannya itu.

  • Ms.Trouble   #13 Marketing Getuk

    Hiruk pikuk kehidupan masyarakat pedesaan begitu terasa sangat hangat dikala Malik sampai di tengah pasar. Malik bertemu dengan seorang ibu penjual getuk yang tengah dirundung kemalangan karena sampai berjam-jam menunggu dagangannya belum satupun dicicipi pembeli bahkan menawar pun belum ada.Melihat kondisi itu Malik dengan segala upaya mendiskusikan rencana pemasaran produk getuk agar laku keras dipasaran dan tidak melulu harus mengungu pembeli."Makanan ini apa namanya Bu?". Tanya Malik kepada ibu penjual sembari memegang makanan yang ada di depannya."Ini namanya getuk nak, makanan khas orang Sunda, khususnya di daerah sini dahulu cukup terkenal akan kelezatan rasanya". Tutur ibu penjual getuk menceritakan tentang getuk."Hmm begitu yah bu, kok sekarang dagangan ibu masih banyak yah apa ada yang salah Bu dengan dagangan ibu?". Tanya Malik keheranan karena cerita kelezatan getuk tak mampu menepis kenyataan.

  • Ms.Trouble   #12 Pasar Tradisional

    Mentari pagi mulai tampak dari kejauhan, menghangati setiap insan makhluk di bumi. Suara kicau burung menyambut riang kedatangannya di pucuk-pucuk daun pohon cemara.Malik duduk termenung di samping pak Marzuki yang sedang fokus menyetir mobilnya."Nak Malik sudah betah belum di sini". Bapak Marzuki memulai pembicaraan berusaha mengusir keheningan."Alhamdulillah Pak saya sudah betah, tapi pak". Malik ingin mengucapkan sesuatu namun tidak enak hati."Tapi apa nak". Bapak Marzuki penasaran apakah ada hal yang disembunyikan oleh Malik."Sebenarnya saya juga rindu tempat yang seharusnya saya berada yaitu kampus Pak, takutnya saya di DO kalau belum juga kembali". Sahut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status