Share

Lamaran

Author: Mami Ge
last update Huling Na-update: 2021-01-20 22:08:29

Adriel sudah menetapkan keputusan sementaranya untuk menikahi Sandra. Tidak ada pilihan, kakek dan neneknya sudah kepalang senang saat Sandra diperkenalkan pada mereka. Sebenarnya, Adriel heran, entah apa yang membuat kedua orang tua itu menyukainya.

Adriel teringat pada ponsel gadis itu yang telah habis diperiksanya beberapa malam yang lalu. Entah mengapa juga, rasa penasarannya mencuat hingga dia tak sadar pagi sudah menjelang. Dia masih sibuk mengotak-atik ponsel si gadis.

Hari itu, dia, Dewanda dan Melati pergi ke tempat kediaman orang tua Sandra untuk menyampaikan lamaran. Awalnya, Adriel tidak ingin melakukan prosesi itu. Namun, karena dikira pernikahan mereka adalah sungguhan, Dewanda memaksa untuk melaksanakannya sebagai penghormatan kepada calon besan.

Sebelumnya, Adriel telah menghubungi Sandra untuk juga pulang ke kampungnya.

"Kami akan berangkat besok," beritahu Adriel lewat telepon.

"Aku gak bisa. Aku gak bisa libur mendadak, harus izin tiga hari sebelumnya," tolak Sandra.

"Aku gak mau tahu, pokoknya kamu harus datang. Bilang sakit atau apalah." Adriel tetap memaksa.

"Kalau ketahuan bagaimana? Aku bisa kena pecat."

"Aku akan mempekerjakanmu di perusahaanku."

"Ogah. Aku lebih baik makan uang dari orang lain. Nanti ada embel-embelnya."

"Embel-embel apa?" tanya Adriel kesal.

"Aku gak mau kamu menguasai hidupku," ujar Sandra dengan tegas.

"Terserah, pokoknya kamu harus datang. Ingat ponsel dan video itu masih ada di tanganku. Kamu gak mau, kan dilihat oleh kedua orang tuamu?"

"Kamu jangan macam-macam, ya," geram Sandra.

"Kalau begitu, besok kamu harus datang. Titik." Adriel langsung mematikan ponselnya, tidak mau mendengarkan alasan dari gadis itu lagi.

Saat Adriel sudah berangkat meninggalkan kota menuju kampung yang tidak jauh lagi dari perbatasan, Sandra masih hilir mudik di dalam kamar kosnya. Bagai buah simalakama. Jika dia tidak masuk kerja, sudah pasti dia akan dimarahi atasan, apalagi perusahaannya sedang banyak mengalami masalah. Namun, jika dia tidak mengikuti kata Adriel, nama baiknya jadi taruhan. Sandra tidak bisa membayangkan, fotonya bersama Adriel di dalam mobil malam itu, terpampang di media sosial.

Akhirnya, Sandra memutuskan untuk mengikuti keinginan Adriel. Sandra segera memesan travel. Sementara itu, dia mengemasi barang-barang yang akan dibawanya untuk pulang ke tempat orang tuanya.

***

Adriel dan kedua kakek, neneknya sudah melewati batas kota. Mereka disambut oleh pemandangan hijau nan asri, yang hampir tidak dapat mereka temukan di perkotaan. Di kiri kanan adalah pepohonan yang rapat, tidak ada gedung tinggi ataupun pabrik yang menyumbang polusi. Kendaraan yang mereka temui juga tidak seramai di dalam kota. Hanya ada beberapa mobil pribadi, travel dan mobil pengangkut hasil pertanian dari perkampungan itu.

"Kita akan masuk ke dalam perkampungannya," ujar sopir yang menemani perjalalanan mereka.

Rasa penasaran Adriel semakin tinggi tentang kampung Sandra, mengingat foto-foto yang dilihatnya dari handphone gadis itu. Adriel meluruskan duduknya, siap melihat apa yang ada di dalamnya.

Bangunan pertama yang mereka lihat adalah sebuah rumah yang sepertinya sudah tidak terawat lagi. Setengah pagar yang mengelilingi bagian depannya sudah roboh. Rumput-rumput juga sudah tumbuh leluasa di pekarangannya.

Di depan, masih berdiri plang yang tulisannya sudah tidak terlihat jelas. Adriel teringat pada salah satu foto Sandra. Gadis itu sedang berfoto di tempat yang sama dengan papan nama yang masih terbaca. Panti Asuhan Belaian Kasih. Dewanda dan Melati juga tampak sedang memperhatikan bangunan tua itu.

Mobil mereka terus melaju, memasuki perkampungan. Mereka disambut oleh sawah-sawah yang mulai menguning. Tampak orang-orangan sawah tersebar di luasnya persawahan, bergoyang-goyang mengusir burung yang hendak menghampiri.

Perkampungan itu sangat asri, banyak sawah dan perkebunan yang menyumbangkan oksigen bagi udara. Berbeda sekali dengan suasana kota yang penuh dengan polusi. Mereka sengaja membuka kaca mobil untuk bisa menikmati segarnya.

Akhirnya mereka sampai di depan rumah Sandra. Ayah dan Ibunya keluar saat melihat ada mobil yang berhenti. Semua mereka yang berada dalam mobil keluar, kecuali sopir. Damar langsung berjalan menghampiri mereka.

"Selamat siang, Pak," sapa Adriel dengan membungkukkan badan sedikit.

"Selamat siang, Nak Adriel. Pasti perjalanannya sangat melelahkan." Damar menyapa dengan ramah, sambil tersenyum pada dua orang tua yang ikut bersama Adriel.

Adriel hanya membalas dengan senyuman dingin. "Ini papa Sandra, Kek," ujarnya pada Dewanda.

Dewanda langsung segera bertegur sapa pada Damar, kemudian diikuti oleh Melati. Di depan pintu, Maria telah menunggu dengan senyum yang merekah. Jelas sekali tampak kebahagiaan dari wajahnya, akhirnya putri sulungnya itu dilamar orang.

Sebenarnya, bukannya tidak ada laki-laki yang menginginkannya. Sandra pernah dilamar oleh beberapa orang laki-laki, salah satunya adalah sahabatnya sejak kecil. Namun, Sandra tidak dapat menerimanya dengan alasa tidak ada cinta. Alangkah bahagianya Maria ketika mengetahui Sandra memiliki kekasih dan siap untuk melamar. Semua yang diucapkan oleh keluarga besarnya, terpatahkan.

"Mari masuk," ucap Maria setelah menyapa dan memperkenalkan diri dengan antusias pada tamu sepesialnya itu.

Mata Adriel tertarik untuk menyapu foto-foto di dinding. Dia kembali tertegun pada foto yang berlatar belakang panti asuhan itu. Damar dan Maria sempat heran melihat ketiga tamunya tengah menatap foto yang sama.

"Itu panti asuhan yang di depan. Sandra dan adiknya sering bermain di sana ketika panti asuhan itu masih aktif. Sekali hari mereka berfoto bersama dengan anak-anak di sana, kami mengabadikannya di sini sebagai kenang-kenangan." Serentak ketiganya terkejut dan segera menoleh pada Damar.

"Sandra ...?" Adriel mengalihkan pembicaraan, kebetulan juga Sandra belum muncul dihadapan mereka.

"Seharusnya, dia sudah sampai." Maria melihat ke luar, berharap putrinya segera datang.

"Dia jadi datang, kan?" Adriel hampir tidak bisa mengontrol dirinya, kekesalannya diketahui oleh Maria.

"Jadi, Nak. Sebelum berangkat tadi, dia menghubungi kami." Maria kembali melihat jam dinding dan ke luar secara bergantian. Mulai timbul kekhawatirannya.

Maaf, ya Nak," ucap Maria dengan sungkan.

"Gak apa. Kita langsung saja, Kek." Adriel menoleh pada kakeknya.

"Baik, kami langsung saja, meski Sandra belum datang. Mereka nanti bisa ketemu di kota. Maklum, lagi kasmaran, sulit menahan rindu sebentar saja." Dewanda melirik Adriel dengan senyum menggoda. Damar dan Maria ikut tersenyum, demikian juga dengan Melati.

"Kami ke sini untuk menyampaikan lamaran cucu kami Adriel kepada putri Bapak dan Ibu, Sandra. Seperti yang kami ketahui, mereka sudah menjalin hubungan spesial dan berencana untuk meneruskannya ke jenjang serius. Kami harap, Bapak dan Ibu dapat menerima lamaran ini hingga kita bisa merencanakan pernikahannya."

Belum sempat Damar menjawab, sopir mereka telah berdiri di depan pintu dengan sebuah parcel besar yang berisi hantaran untuk lamaran. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa buah hingga sopir itu harus bolak-balik untuk membawanya. Maria dapat melihat barang-barang di dalam bungkusan transparannya, bukan barang-barang murahan, justru sesuatu yang tidak mungkin mereka belikan untuk Sandra.

"Sungguh sebuah kehormatan bagi kami, menerima kedatangan Bapak dan Ibu beserta Nak Adriel, apalagi membawa lamaran bersama hantaran yang menurut kami terlalu belebihan ini. Sementara kami hanya dapat menyambut dengan cara sederhana ini. Kami tentunya sangat senang mendengar kabar ini, sebelumnya Sandra memang sudah cerita." Damar tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya.

"Jadi bagaimana lamarannya?" tanya Dewanda memastikan.

"Tentu kami terima dengan senang hati." Senyum yang terukir di wajah Damar dan Maria merekah.

"Baiklah, kami pun senang mendengarnya. Tinggal kita menentukan tanggal dan tempat pernikahannya." Dewanda dan Melati ikut tersenyum bahagia.

"Minggu depan dan tempatnya di kota. Saya sudah sepakat dengan Sandra." Semua terkejut mendengar keputusan yang sudah dibuat Adriel.

"Tapi, kami belum ada persiapan," ujar Maria.

"Tidak perlu, biar saya yang siapkan semuanya. Sandra akan mengundang semua keluarga besarnya di kota. Dua hari sebelum pesta, Bapak dan Ibu akan dijemput oleh orang suruhan saya." Adriel menjelaskannya seperti bukan sedang melamar tapi memberi informasi pada rekan bisnisnya.

"Baiklah," jawab Maria sungkan. Tidak ada yang bisa dikatakannya lagi. Dia saling berpandangan dengan suaminya.

"Kalau begitu, kami pamit dulu," pinta Adriel langsung.

"Apa tidak menunggu Sandra dulu?" tanya Damar merasa tidak enak karena Sandra belum juga datang.

"Tidak perlu, kami bisa bertemu di kota besok." Adriel kesal karena merasa Sandra tidak mematuhinya.

"Maklum saja, Bu, Pak yang lagi kasamaran. Apalagi mau dekat waktu pernikahan, ada saja ujian." Melati berusaha mencairkan suasana agar calon besannya itu tidak merasa bersalah. Semua ikut tertawa kecil kecuali Adriel yang masih menyimpan kedongkolan.

Tiba-tiba Sandra datang berjalan kaki, tidak dengan travel yang seharusnya mengantar sampai ke depan rumah. Wajahnya menyimpan kecemasan. Sampai di rumah dia menatap kedua orang tuanya. Semua ikut terkejut melihat ekspresinya

"Ibu Ani masuk rumah sakit?" beri tahu Sandra tanpa menyapa tamu yang datang.

"Ibu Ani kenapa?" tanya Damar tidak kalah kaget dan cemasnya.

"Tadi aku mampir dulu melihat keadaannya, ternyata dia sudah tidak sadarkan diri di ruang tamu. Aku langsung minta tolong warga untuk membawanya ke puskemas. Sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit." Sandra belum sempurna mengatur napasnya.

"Apa Ibu Ani di panti asuhan itu?" tanya Dewanda tiba-tiba, membuat semua menatap kaget padanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mutualism Marriage   45. Keberadaan Adriana

    Adriel menatap mereka berdua secara bergantian. Mereka seperti enggan untuk menceritakannya. Dia menyorot linangan air di lensa mata Maria. Napas Sandra pun terlihat tidak normal, seperti tertahan-tahan."Adriana telah meninggal setelah sepuluh tahun menjadi bagian keluarga kami." Ada getaran dalam kalimat Maria. Linangan air itu memenuhi rongga matanya dan hendak meluap."Kami mengadopsinya dari panti asuhan Belaian Kasih. Dia adalah korban kecelakaan dan kedua orang tuanya meninggal. Beruntung dia selamat." Sebuah senyuman pahit terbit di wajahnya yang penuh guratan menua."Namun, tak seperti yang diharapkan. Kecelakaan itu menyisakan penderitaan baginya. Beberapa kali dia mengalami kejang dan kesakitan. Kondisi panti saat itu tidak memungkinkan untuk merawatnya. Entah mengapa juga, hati kami tergerak untuk mengadopsinya." Maria kembali tersenyum pilu mengenang Adriana."Lalu?"Sekuat hati Adriel berusaha bersikap biasa saja, seolah yang mengalami itu bukan adik kan

  • Mutualism Marriage   44. Cerita Lama

    "Pak Anto," sahut Damar dari dalam. Ia berjalan menghampiri pria itu yang masih berdiri di ambang pintu."Aku ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya dengan suara dipelankan, namun dapat terdengar jelas oleh Adriel dan Sandra."Nanti saja kita bicarakan, Pak. Anak dan menantu saya baru saja datang." Damar melirik sebentar ke dalam rumah, sambil tersenyum sungkan pada Adriel. Dia tampak sekali salah tingkah.Anto berusaha menganalisa arti kedipan mata Damar, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berpamitan. Sekejap menoleh Adriel yang tengah memandangnya penuh selidik.Adriel ingat betul wajah laki-laki yang menemukannya bersama Adriana di tengah hutan dekat tepi jurang saat itu. Dia tak sanggup lagi menangis karena harus menenangkan adiknya yang terisak meraung-raung. Hanya saja air matanya turun bagai aliran air dari mata air."Anto," sebutnya dalam hati.Baru kali ini dia mengetahui nama pria itu. Setelah menemukan mereka, Anto membawanya ke panti asuhan, bertemu deng

  • Mutualism Marriage   43. Kembali ke Masa Lalu

    Matahari belum terlalu tinggi saat mereka sampai di desa kediaman orang tua Sandra. Adriel memilih berjalan pagi sekali agar bisa santai, mengingat kondisi Sandra. Beruntung, Sandra sudah melewati masa-masa mualnya sehingga perjalanan dapat ditempuh dengan mulus."Stop, stop." Tiba-tiba Sandra meminta sopir memberhentikan mobil ketika melewati Panti Asuhan Belaian Kasih.Hampir tidak dapat dipercayainya, melihat bangunan tua dan reok itu sudah berubah menjadi bangunan baru dan kokoh. Adriel tahu apa yang membuat istrinya ingin berhenti, tapi dia tak ingin memberi tahunya sekarang. Sandra akan mengetahui saat semuanya sudah jelas.Bukan tanpa alasan Adriel mau menemani Sandra menemui orang tuanya. Sejak mengetahui bahwa Damar dan Maria yang mengadopsi Adriana, dia berusaha mencari waktu untuk membicarakannya."Aku sudah terlalu lama tidak ke sini. Tapi, siapa yang melakukannya?" oceh Sandra sendiri entah pada siapa dia bicara. Tapi, dia yakin kedua orang di dekatnya, mend

  • Mutualism Marriage   42. Duka Adriel

    Bi Tuti mengingat-ingat, matanya berotasi seperti anak sekolah yang sedang berkutat dengan hafalannya. Kemudian dia menggeleng perlahan."Pernah, sih." Wajahnya mendadak masam.Seperti yang ditakutinya, seketika itu juga hati Sandra mencelos. Baru saja ia merasakan manis perhatian Adriel ditambah bumbu godaan dari Bi Tuti, kini dia kembali dibawa ke alam sadar. Sandra harus sadar diri bahwa pernikahannya dengan Adriel hanya sebatas sebuah perjanjian sementara. Semua yang dilakukan suaminya adalah untuk mencapai tujuannya."Tapi, Nyonya ...." Bi Tuti buru-buru memperbaiki informasi yang diberikannya setelah melihat ekspresi Sandra."Bukan Tuan yang membawanya, dia yang datang sendiri," lanjutnya lagi."Siapa? Alena?" tebak Sandra yakin dengan mata tajam menyorot kepolosan seorang Tuti."Nyonya kenal? Pasti sedih sekali jika mengetahui mantan suami." Bi Tuti berlagak sedih seolah pernah merasakannya juga.Sandra hanya menarik kedua sudut bibirnya untuk memaksakan

  • Mutualism Marriage   41. Menahan Rasa

    Sandra terlena, pertahanannya kacau oleh sihir Adriel. Dia tak mampu menahan ketika bibir Adriel bekerja nakal. Pagutan laki-laki itu tak terbantahkan.Mereka masih berada di depan pintu kamar. Adriel tidak perlu takut ketahuan oleh siapapun di dalam rumah, ini adalah rumahnya. Dia juga tak perlu takut dimarahi karena Sandra adalah istrinya.Sandra merasakan dirinya semakin lemah. Bukan, hatinya yang lemah. Lidah Adriel telah menerobos masuk, mencari pasangannya. Organ tak bertulang itu begitu liar, memberi sensasi lain yang belum pernah dirasakan oleh Sandra.Ya, ini adalah kali pertamanya meski sebelumnya mereka pernah menyatu. Tidak seperti waktu lalu, Adriel tanpa permisi langsung pada intinya. Menerobos masuk tanpa pembukan, sangat menyakiti. Kali ini, Adriel meminta dengan penuh kelembutan.Dengan mudah, tanpa melepas pelukan dan pagutan, Adriel berhasil membawa Sandra masuk ke dalam kamar. Pintu tertutup dengan pelan, sepelan langkah mereka menuju ranjang lu

  • Mutualism Marriage   40. Cemburu

    Adriel mendongak sebentar, lalu kembali menatap meja. Wajahnya datar, tak ada ekspresi kaget kedatangan mantan kekasih.Ya, mantan. Sejak dia melihat langsung, kekasihnya itu berada dalam kamar bersama Denis, dia sudah tak menganggapnya kekasih lagi. Rasa yang selalu bergejolak setiap kali bertemu Alena, mendadak sirna, bagaikan goresan pasir terhapus ombak."Aku gak masalah, kamu kembali padanya untuk sementara waktu. Semua demi masa depan kita, kan? Tapi, gak gini juga, Sayang. Masa kamu mau makan di tempat seperti ini." Suara Alena terlalu nyaring, tak menyadari sepasang telinga milik penjual nasi goreng itu ikut mendengarnya. Wajahnya mengguratkan ketidaksenangan atas ucapan Alena."Kalau sudah selesai makan, kita langsung balik, ya," pinta Adriel pada Sandra. Wajahnya yang tenang berubah kusam.Alih-alih menjawab dan menanggapi Alena, dia malah menarik tangan Sandra yang tidak jadi menghabiskan nasi gorengnya. Seleranya menguap akibat kedatangan Alena.Sandra men

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status